Serangan penyakit tanaman masih menjadi masalah dalam sistem budidaya ramah lingkungan. Adanya penggunaan pestisida sintetis yang berlebihan lama - kelamaan akan berdampak buruk terhadap organisme sasaran bahkan berdampak pada kesehatan lingkungan dan manusia. Salah satu alternatif pengendalian penyakit tanaman untuk mendukung budidaya ramah lingkungan adalah dengan memanfaatkan agens hayati seperti jamur Trichoderma sp. Jamur Trichoderma, sp berperan penting dalam upaya pengendalian berbagai macam penyakit tanaman misalnya Fusarium sp yang menyerang tanaman pangan hingga hortikultura dan beberapa penyakit terbawa tanah lainnya.
Jamur Trichoderma sp bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman sehingga jamur tersebut sering kali digunakan dalam usaha pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Selain itu, jamur Trichoderma sp juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik dan dapat pula berfungsi sebagai agen hayati maupun stimulator pertumbuhan tanaman. Melihat begitu banyaknya fungsi dari jamur Trichoderma sp ini, Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) BPP Banjar melakukan perbanyakan agens hayati Tricoderma sp pada media PDA tepatnya di Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) Desa Tangguwisia pada hari Selasa, 22 Juni 2021.
Adapun proses perbanyakan agens hayati Trichoderma sp ini diawali dengan pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) dengan bahan-bahan kentang, dextrose, agar-agar dan aquades. Proses pembuatan media PDA ini dilakukan di laboratorium dengan kondisi steril untuk menghindari kontaminasi media. Setelah pembuatan media PDA selesai, dilakukan inokulasi jamur Trichoderma sp pada media PDA tersebut. Setelah beberapa hari, biakan diamati untuk melihat jamur yang sudah tumbuh dengan ciri berwarna kehijauan. Untuk memperoleh jamur yang lebih banyak lagi, dapat dilakukan kembali perbanyakan pada media yang sama. Perbanyakan jamur Trichoderma ini diharapkan dapat mencegah dan mengendalikan penyakit Fusarium yang menyerang berbagai macam tanaman pangan, hortikultura, hingga tanaman perkebunan, karena jamur Trichoderma memiliki sifat antagonis terhadap jamur patogen yang menyebabkan berbagai penyakit tanaman.
Trichoderma yang sudah diperbanyak akan diaplikasikan pada tanaman cengkeh yang ada di Desa Pedawa dan Sidatapa yang terserang penyakit jamur akar putih (JAP) sekaligus mensosialisasikan kepada petani apa saja fungsi dari jamur Trichoderma ini dan pastinya akan memberikan informasi bagaimana cara perbanyakan agens hayati Trichoderma sp dengan alat, bahan dan proses yang mudah didapatkan serta mudah untuk dilakukan.
Dengan berkembangnya penggunaan jamur Trichoderma sebagai Agensia Pengendali Hayati oleh para petani diharapkan pemakaian fungisida kimia yang digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman dapat ditekan dan dapat menurun tiap tahunnya.