Padi setelah dipanen secara umum mempunyai kadar air cukup tinggi sekitar 20- 23% basis basah pada musim kering dan pada musim hujan disekitar 24-27% basis basah (Purwadaria, 1995). Pada tingkat kadar air tersebut padi tidak aman disimpan karena sangat mudah terserang jamur atau mudah rusak, pada kondisi yang lembab proses respirasi akan berjalan dengan cepat, akibatnya terjadi butir gabah yang busuk, berjamur, berkecambah maupun terjadi reaksi browning enzimatis yang dapat menyebabkan beras berwarna kuning atau kuning kecoklatan (Nugraha et al., 2007).
Penanganan pascapanen padi khususnya pengeringan merupakan proses yang sangat penting untuk mempertahankan kualitas padi selama proses penyimpanan. Pengeringan merupakan usaha mengurangi sejumlah massa air dari dalam bahan. Pengeringan menjadi sangat penting karena dengan berkurangnya kandungan air dalam bahan, resiko kerusakan bahan akibat aktivitas enzimatis dan biologi dapat dikurangi sehingga bahan pertanian dapat dipertahankan kualitasnya selama proses penyimpanan.
Padi perlu dikeringkan hingga kadar air sekitar 14% basis basah agar aman disimpan dalam jangka waktu lama atau sebelum dipasarkan. Di Indonesia pengeringan gabah sebagian besar masih dilakukan dengan metode penjemuran langsung di bawah sinar matahari. Cara ini sederhana dan mudah namun bergantung pada cuaca, memerlukan tempat yang luas, kehilangan hasil padi cukup tinggi, waktu pengeringan cukup lama, mudah terkontaminasi dengan benda asing dan kadar air akhir tidak seragam sehingga mutu beras rendah saat digiling.
Akibat berbagai kendala yang dihadapi tersebut, penggunaan alat pengering buatan mulai digunakan petani untuk mengeringkan gabah. Ada beberapa alat pengering buatan yang saat ini telah berkembang di petani seperti pengering tipe box (box dryer)/tumpukan datar (flat bed dryer), pengering tipe sirkulasi, pengering tipe fluidisasi, tipe oven dan alat pengering dengan tenaga matahari (Solar Dryer). Berbagai tipe pengering ini tidak memerlukan tempat yang luas dan tidak terkotaminasi dengan benda asing. Masing-masing alat tersebut memiliki keunggulan, kelemahan dan kinerja yang berbeda saat diterapkan di petani.
(BIDANG TP)