(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Pendampingan Kegiatan Pengaplikasian Pestisida Nabati berbahan Ekstrak Bawang Putih di Subak Abian Giri Merta, Desa Wanagiri.

Admin distan | 23 September 2024 | 10 kali

Senin, 23 September 2024, Koordinator Petugas Pertanian BPP Sukasada, POPT Kecamatan Sukasada dan PP Wilbin Kelurahan Sukasada melaksanakan Pendampingan Kegiatan Pengaplikasian Pestisida Nabati berbahan Ekstrak Bawang Putih dalam upaya pengendalian Penyakit Karat Daun pada Tanaman Kopi Arabika di Subak Abian Giri Merta, Banjar Dinas Yeh Ketipat, Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Pada pelaksanaan kegiatan tersebut turut serta Wayan Adi Antara (POPT Perkebunan Propinsi Bali),  I Made Widiasa (Kelian Subak Abian Giri Merta), I wayan Muja (Petani), dan I Gede Winarta (Petani).

Penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B et Br, merupakan penyakit penting pada tanaman kopi di dunia yang menyerang Arabika maupun Robusta.Gejala penyakit karat daun dapat dilihat pada permukaan atas dan bawah daun, ditandai dengan bercak kuning jingga seperti serbuk (powder). Daun yang terinfeksi timbul bercak kuning, kemudian berubah menjadi coklat. Jika diamati pada bagian bawah daun tampak bercak yang awalnya berwarna kuning muda, selanjutnya berubah menjadi kuning tua, pada bagian tersebut akan terlihat jelas tepung yang berwarna oranye atau jingga. Tepung tersebut adalah uredospore jamur Hemileia vastatrix B et Br. Gejala lanjut pada daun tampak bercak coklat saling bergabung, menjadi lebih besar, kemudian mengering dan gugur. Pada serangan berat mengakibatkan hampir seluruh daun gugur sehingga tanaman akan kelihatan gundul.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah lingkungan, yaitu suhu, kelembapan udara, curah hujan, dan sinar matahari. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 21-250C, suhu di atas 150C sekitar tanaman kopi dapat menghambat perkembangan penyakit. Hujan berperan dalam meningkatkan kelembapan sehingga sesuai untuk perkecambahan uredospora dan penyebaran Hemileia vastatrix. Sinar matahari langsung menyentuh permukaan daun, menghambat proses perkecambahan uredospora dan memperpanjang periode inkubasi penyakit karat daun. Penyebaran uredospora dapat melalui hujan, dan angin, serangga seperti jenis thrips, burung dan manusia.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan mengarahkan semua usaha tani untuk mengimplementasikan sistem pengelolaan hama terpadu (PHT) serta penanganan dampak perubahan iklim. Sistem PHT mengintegrasikan berbagai strategi pengendalian yang tepat dan umumnya berfokus pada pendekatan ekologi terhadap kesehatan ekosistem. Salah satu metode pengendalian yang dapat digunakan dalam mendukung penerapan sistem PHT adalah menggunakan pestisida nabati.

Bawang putih merupakan salah satu jenis tanaman berumbi yang memiliki banyak kegunaan. Umbi bawang putih mengandung banyak zat-zat yang mengandung komponen sulfida, yang memiliki potensi sebagai antimikroba. Komponen sulfida pada bawang putih adalah allisin, diallil disulfida, diallil trisulfida, dan metil allil trisulfida.  Dialil disulfida (DADS atau 4,5-dithia-1,7-oktadiena) adalah suatu senyawa organosulfur yang terdapat pada bawang putih dan beberapa tumbuhan dari genus Allium lainnya. Terdapat bersama dialil trisulfida dan dialil tetrasulfida, DADS adalah salah satu komponen utama dari minyak atsiri bawang putih. Kegunaan dari diallil disulfida antara lain dapat membantu mengatur kadar glukosa dalam darah, sebagai antimikroba, digunakan untuk campuran dalam insektisida dan larvasida untuk membunuh hama dan larva yang mengganggu tanaman

DADS terpisah dari minyak esensial bawang putih menunjukkan aktivitas antifungal terhadap beberapa jamur (Candida albicans, Candida tropicalis dan Blastoschizomyces capitatus). Selain itu, saponin yang diekstraksi dari Allium sativum menunjukkan aktivitas antijamur terhadap Botrytis cinerea dan Trichoderma harzianum (Diana, 2016). Laporan sebelumnya telah menunjukkan aktivitas antijamur allicin, senyawa yang ada dalam minyak esensial Allium sativum, in vitro melawan Aspergillus, Trichophyton dan Candida spp.

Berdasarkan hal-hal tersebut sangat berpotensi ekstrak bawang putih dapat digunakan sebagai Pestisida Nabati yang ramah lingkungan dengan bahan-bahan dan cara pembuatannya sebagai berikut :

Cara Pembuatan Pestisida Bawang Putih

OPT Sasaran : Cendawan/Jamur

Bahan dan Alat        :

1.       Bawang Putih 2 siung atau 50/100gr,

2.       Klerek 2 buah/Lidah Buaya 2 helai / sabun cuci piring,

3.       Air 1 liter,

4.       Alat penumbuk/blender,

5.       Alat penyaring dan

6.       Botol.

Langkah Pembuatan :

1.       Langkah pertama hancurkan 2 siung bawang putih dengan diparut atau digerus ,

2.       Rendam dalam air 1 ltr selama 5-12 jam.

3.       Jika menggunakan klerek, campurkan air sebanyak 1 gelas ( + 250ml) kemudian bilas biji klerek dalan air tsb.

4.       Jika menggunakan lidah buaya, hancurkan lidah buaya dengan diblender

5.       Air rendaman dicampurkan dengan air hasil bilas biji kelek atau 2 sendok makan lidah buaya yang sudah diblender.

6.       Hasil campuran ektrak bawang putih dengan air klerek/lidah buaya kemudian di saring.

7.       Masukkan dalam botol

Cara Penggunaan/Aplikasi    :

1.       Tambahkan larutan yang sudah disaring dengan air dengan perbandingan 1 : 9 air.

2.       Larutkan/kocok sebelum digunakan.

3.       Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang karat daun ada pagi hari

 

Diharapkan dengan adanya Pengapliksian Pestisida Nabati  ini petani sebagai pelaku utama dapat menerapkan PHT terhadap tanaman yang dibudidaya terhadap pengendalian serangan OPT Tanaman Kopi, yang merupakan budidaya ramah lingkungan dapat mengurangi biaya operasional terkait pemeriharaan/pengendalian OPT Karat Daut Tanaman Kopi sehingga dapat menjagahasil produksi Tanaman Kopi.



(BPP SUKASADA)