Menghadapi situasi pasca pandemi serta pesatnya perkembangan teknologi dan moderenisasi di segala sektor termasuk sektor pertanian, penyuluh pertanian memiliki peran yang penting dalam mendampingi pelaku utama/petani maupun pelaku usaha di sektor pertanian untuk pembangunan pertanian di wilayahnya masing masing. Berdasarkan hal tersebut, penting bagi para penyuluh untuk terus meningkatkan kapasitasnya baik dalam hal pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki. Salah satunya dengan menyelenggarakan pelatihan tematik bagi penyuluh pertanian yang akan dilaksanakan oleh 9 BPP yang ada di Kabupaten Buleleng. Sumber dana untuk kegiatan ini adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik TA 2022.
Pada hari Kamis, 28 Juli 2022 telah dilaksanakan pelatihan tematik bagi para penyuluh pertanian di Kecamatan Tejakula dengan mengambil tema Pupuk Trichoderma. Acara hari ini dibuka oleh Substansi Ketenagaan Putu Suardiyasa SP, M.I.L, dan dihadiri oleh wakil dari Penyuluh Kabupaten, serta penyuluh perwakilan dari 9 BPP.
Materi tematik kali ini tentang Pupuk Trichoderma. Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma, mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Trichoderma, disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Trichoderma, dapat menghambat pertumbuhan serta penyebaran racun jamur penyebab penyakit bagi tanaman seperti cendawan Rigdiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Fusarium monilifome, sclerotium rolfsii dan cendawan Sclerotium rilfisil. Penggunaan pupuk biologis dan agen hayati Trichoderma, sangat efektif mencegah penyakit busuk pangkal batang, busuk akar yang menyebabkan tanaman layu, dan penyakit jamur akar putih pada tanaman cengkeh.
Trichoderma, merupakan cendawan (fungi) yang termasuk dalam kelas ascomycetes, dimana Trichoderma, banyak ditemukan di dalam tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada tunggul kayu. Trichoderma, akan tumbuh dengan baik pada suhu 6 derajat Celcius sampai dengan 41 derajat Celcius dengan ph optimum 3 sampai dengan 7 dan Sukrosa dan glukosa merupakan karbon utama. Untuk berkembangbiak cendawan ini menggunakan konidia (spora).
Selain berkembangbiak secara alami di alam bebas, Trichoderma dapat juga dibiakkan secara buatan. Proses pembiakkan cendawan ini melalui dua tahapan yaitu starter dan pembiakkan pada media tanah (kompos).?Pada tahap starter, bahan yang butuhkan adalah beras, jagung dan biang Trichoderma, sp. Biang Trichoderma dapat diperoleh padproses pembiakan starter diawali dengan mengukus beras dan jagung selama satu setengah jam, diperkirakan beras telah lengket tapi tidak terlalu masak. Campuran beras dan sekam padi yang telah dikukus dimasukan dalam kantong plastik sebanyak setengah dari kantong plastik kemudian dikukus kembali selama satu jam. Angkat dan dinginkan dalam ruangan yang bersih (steril) selama 12 jam. Masukan biang Trichoderma, sp ¼ petri kedalam kantong plastik berisi campuran beras dan sekam kemudian dikocok sampai tercampur rata. Setelah kantong plastik diikat rapat, susun dan simpan pada ruangan bersih dan terhindar dari sinar matahari. Trichoderma, akan terlihat tumbuh setelah satu sampai dua minggu. Trichoderma yang telah tumbuh pada media beras dan jagung disebut dengan starter beras yang selanjutnya dapat dibiakkan pada media tanah.
Diakhir kegiatan di kec. Tejakula menyajikan materi tentang penyakit mulut dan kuku (PMK)
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan kapasitas penyuluh pertanian baik dalam hal pengetahuan maupun keterampilannya sehingga bisa lebih baik lagi memberikan pendampingan kepada petani dalam upaya mensukseskan pembangunan pertanian di Kabupaten Buleleng.