(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Mengatasi Hama Helopeltis pada Tanaman Kakao

Admin distan | 30 Agustus 2024 | 1163 kali

Kakao (Theobroma cacao) adalah salah satu tanaman komoditas penting di dunia, dikenal karena bijinya yang digunakan untuk membuat cokelat. Kabupaten Buleleng menjadi salah satu penghasil kakao selain penghasil komoditi perkebunan lainnya sepertinya cengkeh dan kopi. Kabupaten Buleleng memiliki potensi besar dalam produksi kakao berkat kondisi iklim tropis yang mendukung pertumbuhan tanaman ini. Namun, potensi ini terancam oleh berbagai masalah, salah satunya adalah serangan hama Helopeltis. Hama ini jika tidak dikendalikan dengan baik, dapat merusak hasil panen dan mempengaruhi kualitas biji kakao.

Hama Helopeltis dengan nama ilmiah Helopeltis antonii dan Helopeltis theobromae sering disebut sebagai kutu penghisap menyerang berbagai bagian tanaman kakao, termasuk daun, ranting, dan buah. Gejala awal serangan meliputi bercak-bercak kuning pada daun, pengeringan dan kematian cabang, serta kerusakan pada buah kakao. Kerusakan pada buah menyebabkan penurunan kualitas biji dan hasil panen yang merugikan petani.

 

Gejala Serangan

Daun          : Muncul bercak-bercak kuning hingga coklat pada permukaan daun. Daun yang terinfeksi akan mengering, menggulung, dan gugur lebih awal.

Ranting       : Terlihat luka-luka pada ranting, yang dapat menyebabkan pengeringan dan kematian cabang.

Buah           : Buah kakao yang terkena hama mengalami kerusakan parah, seperti pembengkakan, bercak-bercak, dan penurunan kualitas biji.

 

Upaya Pengendalian

Untuk mengatasi serangan Helopeltis, beberapa upaya pengendalian yang efektif dapat diterapkan:

1.             Pemantauan Rutin: Lakukan pemantauan secara berkala pada tanaman kakao untuk mendeteksi serangan sejak dini. Pemeriksaan kenampakan pada daun, ranting, dan buah sangat penting untuk mendeteksi serangan awal.

2.             Pengendalian Kultur Teknis

·      Pemangkasan: Pangkas cabang yang terinfeksi untuk mengurangi sumber infeksi dan menekan populasi hama.

·      Pengaturan Jarak Tanam: Sesuaikan jarak tanam untuk mengurangi kelembaban yang mendukung perkembangan hama, serta meningkatkan ventilasi tanaman.

·      Sarungisasi : Melakukan penyarungan buah dengan kantong plastik pada buah muda berukuran 8-15 cm.  Dasar kantong plastik dibiarkan terbuka sebagai ventilasi untuk mengatur kelembaban buah yang disarung

3.             Pengendalian Biologis:

·      Penggunaan Musuh Alami: Introduksi musuh alami seperti predator dan parasitoid Helopeltis untuk mengendalikan populasi hama secara alami.  Diantaranya adalah pemanfaatan semut hitam _(Dolichoderus thoracicus)_, untuk meningkatkan populasi semut perlu di pasang sarang buatan yang dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa yang diletakkan pada bagian jorget atau cabang. Selain itu pengendalian juga dengan pemanfaatan APH Beauveria bassiana dosis 1-1,5 kg biakan padat/ha atau 50-100 gr spora/ha dengan volume semprot 500 l/ha.

4.             Pengendalian Kimia:

·      Insektisida: Penyemprotan insektisida kimia merupakan pilihan terakhir jika intensitas serangan Helopeltis sp. berat. Gunakan insektisida yang direkomendasikan dengan mengikuti petunjuk penggunaan yang tepat. Rotasi insektisida penting untuk mencegah resistensi.

5.             Pengendalian Fisik:

·         Perangkap: Pasang perangkap untuk menangkap Helopeltis dewasa dan mengurangi jumlah hama aktif di kebun.

 

Potensi kakao di Kabupaten Buleleng sangat besar, namun serangan hama seperti Helopeltis merupakan tantangan yang perlu diatasi dengan serius. Dengan penerapan strategi pengendalian yang tepat dan pemantauan yang rutin, petani kakao dapat mengurangi dampak hama ini dan memaksimalkan hasil panen.