Kakao (Theobroma cacao) adalah salah
satu tanaman komoditas penting di dunia, dikenal karena bijinya yang digunakan
untuk membuat cokelat. Kabupaten Buleleng menjadi salah satu penghasil kakao
selain penghasil komoditi perkebunan lainnya sepertinya cengkeh dan kopi.
Kabupaten Buleleng memiliki potensi besar dalam produksi kakao berkat kondisi
iklim tropis yang mendukung pertumbuhan tanaman ini. Namun, potensi ini
terancam oleh berbagai masalah, salah satunya adalah serangan hama Helopeltis.
Hama ini jika tidak dikendalikan dengan baik, dapat merusak hasil panen dan
mempengaruhi kualitas biji kakao.
Hama Helopeltis dengan nama ilmiah Helopeltis
antonii dan Helopeltis theobromae sering disebut sebagai kutu
penghisap menyerang berbagai bagian tanaman kakao, termasuk daun,
ranting, dan buah. Gejala awal serangan meliputi bercak-bercak kuning pada
daun, pengeringan dan kematian cabang, serta kerusakan pada buah kakao.
Kerusakan pada buah menyebabkan penurunan kualitas biji dan hasil panen yang
merugikan petani.
Gejala Serangan
Daun :
Muncul bercak-bercak kuning hingga coklat pada permukaan daun. Daun yang
terinfeksi akan mengering, menggulung, dan gugur lebih awal.
Ranting :
Terlihat luka-luka pada ranting, yang dapat menyebabkan pengeringan dan
kematian cabang.
Buah :
Buah kakao yang terkena hama mengalami kerusakan parah, seperti pembengkakan,
bercak-bercak, dan penurunan kualitas biji.
Upaya Pengendalian
Untuk mengatasi
serangan Helopeltis, beberapa upaya pengendalian yang efektif dapat diterapkan:
1.
Pemantauan Rutin: Lakukan
pemantauan secara berkala pada tanaman kakao untuk mendeteksi serangan sejak
dini. Pemeriksaan kenampakan pada daun, ranting, dan buah sangat penting untuk
mendeteksi serangan awal.
2.
Pengendalian Kultur Teknis
·
Pemangkasan: Pangkas cabang
yang terinfeksi untuk mengurangi sumber infeksi dan menekan populasi hama.
·
Pengaturan Jarak Tanam:
Sesuaikan jarak tanam untuk mengurangi kelembaban yang mendukung perkembangan
hama, serta meningkatkan ventilasi tanaman.
·
Sarungisasi : Melakukan
penyarungan buah dengan kantong plastik pada buah muda berukuran 8-15 cm. Dasar kantong plastik dibiarkan terbuka
sebagai ventilasi untuk mengatur kelembaban buah yang disarung
3.
Pengendalian Biologis:
·
Penggunaan Musuh Alami:
Introduksi musuh alami seperti predator dan parasitoid Helopeltis untuk
mengendalikan populasi hama secara alami.
Diantaranya adalah pemanfaatan semut hitam _(Dolichoderus thoracicus)_,
untuk meningkatkan populasi semut perlu di pasang sarang buatan yang dibuat
dari daun kakao kering atau daun kelapa yang diletakkan pada bagian jorget atau
cabang. Selain itu pengendalian juga dengan pemanfaatan APH Beauveria
bassiana dosis 1-1,5 kg biakan padat/ha atau 50-100 gr spora/ha dengan
volume semprot 500 l/ha.
4.
Pengendalian Kimia:
·
Insektisida: Penyemprotan
insektisida kimia merupakan pilihan terakhir jika intensitas serangan
Helopeltis sp. berat. Gunakan insektisida yang direkomendasikan dengan
mengikuti petunjuk penggunaan yang tepat. Rotasi insektisida penting untuk
mencegah resistensi.
5.
Pengendalian Fisik:
·
Perangkap: Pasang perangkap
untuk menangkap Helopeltis dewasa dan mengurangi jumlah hama aktif di kebun.
Potensi kakao di Kabupaten Buleleng sangat
besar, namun serangan hama seperti Helopeltis merupakan tantangan yang
perlu diatasi dengan serius. Dengan penerapan strategi pengendalian yang tepat
dan pemantauan yang rutin, petani kakao dapat mengurangi dampak hama ini dan
memaksimalkan hasil panen.