Berbudidaya cabai rawit tentunya mengharapkan hasil yang maksimal, apalagi saat ini harga cabai rawit sangat tinggi ditingkat pasar, sehingga petani sangat antusias untuk menanam cabai rawit karena harga yang sangat menjanjikan. Terkait dengan itu, Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng secara intensif dan berkala melakukan kegiatan berupa pembinaan, pemantauan, monitoring dan evaluasi pada setiap kegiatan penanaman cabai rawit di lapangan.
Pada hari Selasa, 15 Oktober 2024, Bidang Hortikultura dalam hal ini Penyuluh Pertanian Ahli Madya, Penyuluh Pertanian Ahli Muda, PMHP Ahli MUda bersama PPL Wilbin Desa Bontihing dan PPL Desa Pakisan Kecamatan Kubutambahan melakukan pembinaan dan pemantauan di lapangan terkait dengan komoditas cabai rawit.
Pada kunjungan tersebut, salah satu
petani dari Desa Bontihing yang setiap tahun selalu menanam cabai rawit yaitu pak
Wayan Sukarda menanam cabai seluas 0,10 Ha, saat ini sudah dilakukan pemanenan
7 kali dengan rentang waktu pemanenan setiap 5 hari sekali, kunjungan
selanjutnya adalah di lahan pak Nyoman Simpen, dimana saat ini beliau menanam
cabai rawit varietas lokal pakisan seluas 0,30 Ha, tanam bulan April 2024, panen pertama dilakukan akhir bulan Agustus
2024, panen
sudah dilakukan sebanyak 13 kali panen dengan harga cabai dipetani Rp.
32.000,-/Kg. Menurut beliau keterbatasan air menjadi
kendala untuk penanaman padi, sehingga dengan keterbatasan tersebut, pak Nyoman
Simpen memanfaatkan lahan untuk menanam cabai rawit. Untuk keberlanjutan
pemeliharanan tanamannya, beliau memanfaatkan air subak yang setiap 25 hari
sekali dapat giliran serta air sungai yang dibendung/ditampung dan diangkat dengan mesin.
Kunjungan dan pembinaan selanjutnya di
lahan milik petani pak Wayan Sukrama Desa Pakisan Kecamatan Kubutambahan seluas
50 are, tanam bulan Mei 2024 pada hari ini panen ke 3 dengan produksi 30 kg. Sementara
itu di lahan milik pak Nyoman Parsa
seluas 0,25 Ha, penanaman
dilakukan pada bulan Maret 2024, saat ini sudah panen sekitar 15 kali
Kunjungan yang dilakukan pada petani
tersebut untuk mengetahui permasalahan
atau kendala di lapangan yang dialami petani dalam rangka meningkatkan produksi
dan mencari solusinya, sehingga kedepanya petani mampu memprediksi kebutuhan
pasar dan menemukan harga yang sesuai dengan
kebutuhan pasar.
Kebiasaan dan keberlanjutan penanaman cabai rawit merah secara intensif
sudah dilakukan oleh petani di dua desa ini, sementara permasalahan yang
dialami adalah keterbatasan air dan secara teknis berbudidaya adalah Organisme
pengganggu tumbuhan (OPT), sehingga upaya yang dilakukan untuk pengendalian
yang optimal terhadap OPT dengan menggunakan pestisida yang ramah lingkungan.
Disamping memenuhi kebutuhan pasar, Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam hal ini Dinas Pertanian serta Dinas yang terkait membuat event event untuk menyerap hasil petani sehingga pada musim ditahun 2024 ini, petani merasakan dan menikmati hasil panennya, karena pasar menyerap seluruh hasil panen dengan harga yang sesuai walaupun berfluktuasi. Itulah harapan dari Pemerintah Kabupaten Buleleng, dimana kesejahteraan petani lebih membaik dengan produksi hasil tanamannya.