M |
usim hujan seperti saat ini memberi
beberapa keuntungan bagi petani, seperti ketersediaan air yang tercukupi untuk
irigasi tanaman padi. Namun, saat musim hujan, beberapa tanaman rentan
terserang hama, penyakit maupun gangguan lainnya yang dapat menyebabkan tanaman
khususnya padi gagal panen. Salah satu kekhawatiran petani saat musim hujan
yaitu padi rebah/roboh akibat cuaca musim hujan yang extrim.
Rebah didefinisikan
sebagai kondisi kecondongan permanen dari posisi tegak yang normal. Padi rebah
pada saat periode pengisian biji merugikan petani. Kondisi ini dapat mengurangi
bobot panen dan kualitas biji. Sejak lama diyakini fenomena padi rebah disebabkan
batang yang lemah dalam menopang biji, akibat pemberian pupuk nitrogen (N)
berlebihan. Namun fakta di lapangan menunjukkan walau pupuk N diberikan secara
tepat, terpaan angin kencang dan curah hujan tinggi tetap menyebabkan padi
rebah dan kehampaan. Pada saat musim hujan petani mengklaim kerugian hasil
akibat rebah dan terendam lebih besar dibandingkan dengan rebah, walaupun
kerugian produksi padi akibat cuaca ekstrim nyata terjadi namun klaim tersebut
belum banyak dikaji.
Secara umum, padi
mengalami kerebahan selalu pada fase setelah air di sawah dibuang atau
dikeringkan. Penyebab rebah tersebut adalah pada saat air masih ada di sawah,
dimana batang padi sebagaian terendam air dan bagian yang yang terendam air
tersebut seperti mempunyai kekuatan karena adanya air. Tetapi setelah air
dibuang keluar dari sawah, batang yang terendam tersebut terlihat seperti tidak
kuat karena kehilangan air, disamping tanaman juga sudah semakin tua sehingga
daya tahan batang juga semakin berkurang.
Seperti yang terjadi di
Subak Lanyahan Kerobokan, Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan. Hasil pengamatan
dari petugas POPT Kecamatan Sawan bersama Koordinator POPT Kabupaten serta PPL
Wilbin Kerobokan pada Kamis, 12 Desember 2024, tanaman padi petani atas nama Nyoman
Widiana mengalami kerebahan akibat DPI (curah hujan tinggi dan angin kencang)
seluas 1.15 ha dengan varietas Inpari 32 dan umur tanaman 80 hst (hari setelah
tanam). Untuk meminimalisir kehilangan hasil yang ditimbulkan, petugas
menyarankan untuk memanen padi lebih awal ketika sudah memasuki umur atau fase
generatif. Selain itu, beberapa tindakan antisipasi untuk musim tanam
selanjutnya adalah melakukan pemupukan berimbang dengan tidak menggunakan pupuk
N (urea) yang berlebihan membuat pertumbuhan tanaman berlebih sehingga batang
kurang kokoh sehingga kekuatan batang tanaman berkurang. Pupuk ZA atau NPK
dapat digunakan untuk memperkuat batang tanaman padi. Penanaman menggunakan
metode tanam jajar legowo maka jumlah rumpun padi dapat meningkat sehingga
membuat tanaman padi menjadi lebih kokoh.