(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Fenomena Padi Rebah Pada Musim Hujan

Admin distan | 12 Desember 2024 | 201 kali


M

usim hujan seperti saat ini memberi beberapa keuntungan bagi petani, seperti ketersediaan air yang tercukupi untuk irigasi tanaman padi. Namun, saat musim hujan, beberapa tanaman rentan terserang hama, penyakit maupun gangguan lainnya yang dapat menyebabkan tanaman khususnya padi gagal panen. Salah satu kekhawatiran petani saat musim hujan yaitu padi rebah/roboh akibat cuaca musim hujan yang extrim.

Rebah didefinisikan sebagai kondisi kecondongan permanen dari posisi tegak yang normal. Padi rebah pada saat periode pengisian biji merugikan petani. Kondisi ini dapat mengurangi bobot panen dan kualitas biji. Sejak lama diyakini fenomena padi rebah disebabkan batang yang lemah dalam menopang biji, akibat pemberian pupuk nitrogen (N) berlebihan. Namun fakta di lapangan menunjukkan walau pupuk N diberikan secara tepat, terpaan angin kencang dan curah hujan tinggi tetap menyebabkan padi rebah dan kehampaan. Pada saat musim hujan petani mengklaim kerugian hasil akibat rebah dan terendam lebih besar dibandingkan dengan rebah, walaupun kerugian produksi padi akibat cuaca ekstrim nyata terjadi namun klaim tersebut belum banyak dikaji.

                 Secara umum, padi mengalami kerebahan selalu pada fase setelah air di sawah dibuang atau dikeringkan. Penyebab rebah tersebut adalah pada saat air masih ada di sawah, dimana batang padi sebagaian terendam air dan bagian yang yang terendam air tersebut seperti mempunyai kekuatan karena adanya air. Tetapi setelah air dibuang keluar dari sawah, batang yang terendam tersebut terlihat seperti tidak kuat karena kehilangan air, disamping tanaman juga sudah semakin tua sehingga daya tahan batang juga semakin berkurang.

                   Seperti yang terjadi di Subak Lanyahan Kerobokan, Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan. Hasil pengamatan dari petugas POPT Kecamatan Sawan bersama Koordinator POPT Kabupaten serta PPL Wilbin Kerobokan pada Kamis, 12 Desember 2024, tanaman padi petani atas nama Nyoman Widiana mengalami kerebahan akibat DPI (curah hujan tinggi dan angin kencang) seluas 1.15 ha dengan varietas Inpari 32 dan umur tanaman 80 hst (hari setelah tanam). Untuk meminimalisir kehilangan hasil yang ditimbulkan, petugas menyarankan untuk memanen padi lebih awal ketika sudah memasuki umur atau fase generatif. Selain itu, beberapa tindakan antisipasi untuk musim tanam selanjutnya adalah melakukan pemupukan berimbang dengan tidak menggunakan pupuk N (urea) yang berlebihan membuat pertumbuhan tanaman berlebih sehingga batang kurang kokoh sehingga kekuatan batang tanaman berkurang. Pupuk ZA atau NPK dapat digunakan untuk memperkuat batang tanaman padi. Penanaman menggunakan metode tanam jajar legowo maka jumlah rumpun padi dapat meningkat sehingga membuat tanaman padi menjadi lebih kokoh.