(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Teknik Budidaya Tanaman Lorong (Alley Cropping)

Admin distan | 03 Desember 2014 | 7611 kali

Oleh : Ir. IGA. Maya Kurnia, M.Si/PP.Madya Distanak Kabupaten Buleleng

Budidaya tanaman lorong (alley cropping) merupakan salah satu teknik konservasi tanah dan air yang telah lama diperkenalkan untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada lahan kering, namun belum diterapkan secara meluas oleh petani. Beberapa kendala penerapan budidaya lorong oleh petani secara meluas antara lain: (1).lambatnya pertumbuhan barisan tanaman pagar (hedgerows) pada lahan marginal, (2).kurang efektifnya fungsi barisan tanaman pagar untuk menghambat aliran permukaan dan erosi, (3).sulitnya pemeliharaan dan penanganan hasil pangkasan tanaman pagar, dan (4).terjadinya persaingan penyerapan air dan unsur hara antara tanaman budidaya yang ditanam di lorong (alley) dengan tanaman pagar.  Pada budidaya lorong konvensional, tanaman pertanian ditanam pada lorong-lorong di antara barisan tanaman pagar yang ditanam menurut kontur. Barisan tanaman pagar yang rapat diharapkan dapat menahan aliran permukaan serta erosi yang terjadi pada areal tanaman budidaya, sedangkan akarnya yang dalam dapat menyerap unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam untuk kemudian dikembalikan ke permukaan melalui pengembalian sisa tanaman hasil pangkasan tanaman pagar.  Efektivitas budidaya lorong pada lahan pertanian berlereng miring dalam pengendalian aliran permukaan dan erosi ditentukan oleh perkembangan tanaman pagar serta jarak antar barisan tanaman pagar. Pada awal penerapan budidaya lorong aliran permukaan dan erosi dapat menerobos tanaman pagar yang belum tumbuh merapat, meskipun ditanam lebih dari satu baris tanaman. Pada kondisi demikian, tanaman pagar kurang efektif dalam menghambat aliran permukaan dan menjaring sedimen yang terangkut, sehingga dapat menghanyutkan pupuk dan bahan organik. Setelah tanaman pagar berkembang, persaingan penyerapan air, unsur hara dan sinar matahari antara tanaman pagar dengan tanaman budidaya dapat mengurangi produksi tanaman yang dibudidayakan.  Persaingan sinar matahari oleh tajuk tanaman pagar dapat diatasi dengan memangkas tajuk tanaman pagar secara teratur selama musim pertanaman komoditas tanaman yang dibudidayakan di lorongnya, tetapi persaingan penyerapan air dan unsur hara oleh akar tanaman pagar sulit dihindari karena terus berkembang menyebar di dalam tanah pada areal tanaman budidaya. Sisa tanaman hasil pangkasan tanaman pagar disarankan untuk dikembalikan sebagai mulsa disebarkan di antara barisan tanaman budidya, sering dianggap sulit untuk dilakukan karena pangkasan cabang/ranting tanaman pagar relatif lebih sulit mengatur penyebarannya. Kelemahan-kelemahan yang mengakibatkan kesulitan teknis dalam penerapan dan pemeliharaannya merupakan kendala bagi keberlanjutan dan penyebarluasan adopsi teknologi budidaya lorong oleh petani. Seringkali kegiatan pembinaan dalam penerapan teknologi konservasi tanah dan air memerlukan biaya mahal diluar kemampuan finansial petani sehingga bantuan pembiayaan yang dikeluarkan pada saat penerapan teknologi tersebut akan menjadi sia-sia karena tidak dilanjutkan oleh usaha pemeliharaan yang berkesinambungan. Meskipun penerapan teknik budidaya lorong telah banyak dilaporkan dapat mengurangi tingkat kerusakan lahan pertanian oleh erosi, etika ilmuwan dapat memotivasi kemampuan menalarnya berfalsafah memikirkan pengembangan sains bagi penyempurnaan teknologi yang dapat memudahkan pemakai teknologi memperoleh keuntungan maksimal akibat mengadopsi teknologi tersebut.  Menurut Siswomartono dan Wirodidjojo (1990), kendala utama dalam memotivasi petani untuk menerapkan paket teknologi konservasi yang diperkenalkan meliputi : keterbatasan kemampuan finansial petani untuk menerapkan dan memelihara tindakan konservasi, serta tingkat pengetahuan dan keterampilan petani yang rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut, mereka menyarankan perlu dikembangkannya paket teknologi konservasi yang lebih tepat guna, yaitu secara teknik lebih sederhana, lebih ekonomis, dapat diterima masyarakat, tetapi lebih efektif dapat mengendalikan aliran permukaan dan erosi.  Menurut El-Swaify (1991), pengendalian aliran permukaan dan erosi harus diusahakan melalui peningkatan laju peresapan air ke dalam tanah, pemanfaatan sisa tanaman yang optimal untuk melindungi tanah dan memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologis tanah.  Barisan tanaman pagar berperakaran dalam yang ditanam pada guludan diharapkan dapat memperkuat guludan untuk menahan aliran permukaan dan menyerap unsur hara dari subsoil untuk pendaur-ulangan unsur hara yang lebih efisien.  Penanaman tanaman pagar pada guludan juga dapat berfungsi ganda, antara lain: (1).untuk memperkuat guludan, (2).menyerap kelebihan air dan unsur hara yang terkumpul di saluran untuk menghasilkan bahan organik, (3).mengurangi volume perakaran tanaman pagar yang dapat menjangkau dan bersaing dalam pengambilan air dan unsur hara dengan tanaman budidaya.  Sedangkan saluran bermulsa sangat penting untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan, sekaligus dapat membatasi persaingan air dan unsur hara oleh perkembangan akar tanaman pagar ke bidang pertanaman budidaya. Saluran juga berfungsi untuk mengumpulkan sisa tanaman dan hasil pangkasan tanaman pagar. Saluran teras gulud lebih didayagunakan untuk tempat pengomposan, sekaligus dapat menambah permukaan resapan yang berfungsi ganda yaitu untuk memperlancar drainase dari bidang pertanaman di bagian hulu/atas dan untuk mengairi bidang pertanaman di bagian hilir/bawah.  Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal untuk mengisi saluran teras gulud dapat mempunyai manfaat ganda, antara lain : (1).sebelum mengalami pelapukan sisa tanaman dapat mencegah longsornya dinding saluran serta melindungi permukaan resapan dari tumbukan air hujan dan penyumbatan pori oleh sedimen halus, (2).aktivitas organisme yang membantu proses pelapukan sisa tanaman bahkan dapat memperbaiki kondisi fisik tanah sekitar saluran dan meningkatkan daya resap saluran, (3).unsur hara yang dilepaskan selama proses pengomposan akan diserap oleh tanaman pagar yang kemudian dapat dikembalikan dalam bentuk sisa tanaman, (4).campuran kompos dan sedimen yang tertampung dalam saluran cukup gembur sehingga mudah diangkat dari saluran untuk dikembalikan ke bidang pertanaman setelah panen, dan (5).saluran yang sudah dikosongkan dapat digunakan untuk mengumpulkan sisa tanaman, sehingga dapat memudahkan. Sumber:  http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/01101/Kamir.htm