(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Tebu (Saccharum officinarum Linn)

Admin distan | 13 Maret 2018 | 78979 kali

Oleh : Ir. IGusti Ayu Maya Kurnia, M.Si/PP Madya Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman jenis rumput-rumputan (Gramineae) ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera. Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm. Tebu merupakan tumbuhan monokotil, batang tanaman tebu memiliki memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai jenis tanah dari dataran rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl). Kualitas tebu dipengaruhi oleh iklim. Walaupun tanaman yang sama namun iklim yang berbeda, maka kualitasnyapun berbeda. Secara umum persyaratan pertumbuhan tanaman tebu adalah sebagai berikut: curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Untuk tanaman dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun. Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Ketinggian tempat yang paling cocok adalah 0 – 900 mdpl. Beberapa kondisi iklim yang membuat kualitas tebu menurun adalah : (a.) Tanaman pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah; (b.) Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tebu sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya; (c.) Curah hujan yang terus menerus mengurangi kualitas tebu; (d.) Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 21-32,30 C; (e.) Khusus kelembaban yang tinggi memudahkan pertumbuhan penyakit yang mengurangi  kualitas. Pada prinsipnya persiapan bibit yang ditanam di areal lahan kering sama dengan yang ditanam di sawah. Namun karena kondisi yang terlalu kering kadang dipakai pula bagal mata empat. Waktu tanam tebu di lahan kering terdiri dari dua periode, yaitu : Periode I menjelang musim kemarau (Mei – Agustus) pada daerah – daerah basah dengan 7 bulan basah dan daerah sedang yaitu 5 – 6 bulan basah, atau pada daerah yang memiliki tanah lembab. Namun dapat juga diberikan tambahan air untuk periode ini. Periode II menjelang musim hujan (Oktober – November) pada daerah sedang dan kering yaitu 3 – 4 bulan basah. Kebutuhan bibit yang akan ditanam adalah 11 mata tumbuh per meter juringan. Selain itu juga, untuk menghindari penyulaman yang membutuhkan biaya besar. Bibit ditanam dengan posisi mata disamping dan disusun secara end to end.  Cara penanaman ini bervariasi menurut kondisi lahan dan ketersediaan bibit, perlu diketahui, pada umumnya kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada turunnya hujan sehingga kemungkinan tunas mati akan besar. Oleh karena itu, dengan over lapping atau double row, tunas yang hidup disebelahnya diharapkan dapat menggantikannya. 

Cara penanaman tebu bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut : bibit yang telah diangkut menggunakan keranjang diecer pada guludan agar mudah dalam mengambilnya, kemudian bibit ditanam merata pada juringan/kairan dan ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri, untuk tanaman pertama pada lahan kering biasanya cenderung anakannya sedikit berkurang dibandingkan tanah sawah (reynoso), sehingga jumlah bibit tiap juringan diusahakan lebih bila dibandingkan dengan lahan sawah (± 80 ku), dan bila pada saat tanam curah terlalu tinggi, diusahakan tanam dengan cara glatimongup (bibit sedikit terlihat).

https://jonipertaniaan2012.wordpress.com/2012/12/04/budidaya-tebu

Pada tahun 2016 menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan tercatat luas areal perkebunan tebu adalah 445.520 hektar dengan nilai produksi 2,222 juta ton. Tebu termasuk salah satu komoditas yang menyumbang pengaruh besar ke perekonomian Indonesia. Olahan utama dari tebu ini adalah untuk menghasilkan gula, dimana gula merupakan salah satu komoditas bahan pangan yang strategis. Gula memiliki peran penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun industri makanan dan minuman. Nilai ini menunjukkan perlunya upaya untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah dengan perluasan areal perkebunan beserta peningkatan produktivitas dan pengembangan pola usahatani yang diakukan oleh para petani tebu. Pengembangan tebu lahan kering di luar pulau Jawa menghadapi sejumlah kendala terutama sifat tanah yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman semusim. Keberhasilan usaha budidaya tebu di lahan kering selalu dibatasi dengan faktor alam yang sulit dikendalikan. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian juga telah menetapkan kebijakan pembangunan perkebunan dengan penambahan luas areal perkebunan tebu di luar Pulau Jawa. Perluasan lahan juga akan dilakukan pemerintah melalui lahan masyarakat dan PT Perkebunan Nusantara. https://farming.id/kualitas-tebu-sebagai-penghasil-gula-perlu-ditingkatkan

Bali dengan jumlah penduduk sebesar 4.200.000 jiwa, lebih dari 30% penduduknya masih menggantungkan mata pencahariannya pada sektor pertanian dalam arti luas. Memperhatikan peran sektor pertanian yang cukup strategis baik dalam menopang pertumbuhan ekonomi, menekan inflasi, penanggulangan kemiskinan dan pengangguran serta penyedia pangan maka saat ini dan pada waktu yang akan datang pembangunan sektor pertanian akan tetap menjadi prioritas. Pemilihan tanaman tebu sebagai salah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomis diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan peningkatan pendapatan petani. Pengembangan tanaman tebu dengan seluas 1.200 Ha pada 5 (lima) Desa di Kecamatan Gerokgak, Buleleng ini merupakan kerjasama dengan PT. Perkebunan Nusantara XI yang nantinya kalau sudah masa panen akan dibawa ke pabrik gula Asembagoes, Situbondo, Jawa Timur mengingat di Bali sendiri belum ada pabrik gula. Melihat minat petani, ternyata ada sekitar 2000 hektar lahan yang siap untuk ditanami tebu. Kondisi ini bisa mempermudah untuk mencapai target kedepan dengan memanfaatkan minimal lahan seluas 5000 hektar agar bisa mendirikan pabrik gula. Sebagai awal kegiatan tersebut wilayah lahan kritis di Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak diberdayakan menjadi perkebunan tebu. Seluas 3,8 hektar lahan telah ditanami tebu pada Rabu 25 April 2018 oleh PT Perkebunan Nusantara XI PG Asem Bagus, Jawa Timur melibatkan kerjasama dengan sejumlah petani setempat sebagai pemilik lahan.  Sebenarnya, ada sekitar 1.200 hektar lahan percontohan yang akan ditanami di enam desa di Kecamatan Gerokgak karena kondisi tanahnya yang dinilai cocok untuk perkebunan tebu yaitu Desa Penyabangan, Desa Sumberkima, Desa Pengulon, Desa Tukadsumaga, Desa Pemuteran. Varietas tebu yang ditanam perdana ini adalah N.XI 1-3 di lahan seluas 3,8 hektar tersebut. Sebanyak 6000 sampai 6500 mata tunas tebu dapat ditanam di areal seluas 1 hektar. Untuk sekali tanam, tebu dapat dipanen sebanyak empat kali, berarti satu kali masa tanam petani dapat memanen hingga empat tahun ke depan. Seratus ton tebu basah dihasilkan dari lahan seluas 1 hektar. Varietas ini dipilih karena sudah teruji di daerah Jawa dan tanah serta iklim juga mendukung untuk penanaman varietas N.XI 1.

www.koranbuleleng.com/2018/04/25/merubah-lahan-kritis