SRI (System of Rice Intencification) adalah Teknik/ system budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.
KELEBIHAN
Berdasarkan hasil nyata di lapangan, umumnya SRI dapat meningkatkan produksi nyata dari 4-6 ton/ha gabah kering panen menjadi 8-12 ton/ha dengan kualitas padi yang dihasilkan lebih baik dengan bertambahnya produk beras kepala dan lebih tahan disimpan. Secara keseluruhan SRI memberikan hasil lebih baik, dalam arti lebih produktif (tanaman lebih tinggi, anakan lebih banyak, malai lebih panjang, dan bulir lebih berat), lebih sehat (tanaman lebih tahan hama dan Penyakit), lebih kuat (tanaman lebih tegar dan lebih tahan kekeringan), lebih menguntungkan (biaya produksi lebih rendah) dan memberikan resiko ekonomi yang lebih rendah.
Tingginya produktivitas padi sistem SRI antara lain karena budidaya padi metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitikberatkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa ke dalam tanah, dan konservasi air, mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Di sisi lain, tingginya produktivitas usahatani padi metode SRI juga memiliki kaitan dengan teknologi budidayanya. Budidaya usahatani padi dengan metode SRI pada prinsipnya memiliki kesamaan dengan sistem usahatani padi dengan metode konvensional, yaitu meliputi persiapan tanam, pengolahan lahan, pemeliharaan dan pemanenan.
Berdasarkan potensinya yang tinggi tersebut paket teknologi sistem SRI merupakan terobosan baru dalam menuju produktivitas yang tinggi. Namun sistem tersebut tidak dengan mudah diaplikasikan karena membutuhkan beberapa persyaratan, antara lain sistem tersebut membutuhkan:
Sistem SRI memiliki keunggulan untuk diterapkan dibandingkan dengan sistem konvensional. Adapun kelebihan usahatani sistem SRI dibandingkan dengan sistem konvensional adalah sebagai berikut.
No |
Komponen |
Sistem konvensional |
Sistem SRI |
1 |
Kebutuhan benih |
30-40 kg/ha |
5-7 kg/ha |
2 |
Pengujian benih |
Tidak dilakukan |
Dilakukan |
3 |
Umur dipersemaian |
20-30 hari setelah tanam (HSS) |
7-10 HSS |
4 |
Pengolahan lahan |
2-3 kali (struktur lumpur) |
3 kali (struktur lumpur dan rata |
5 |
Jumlah bibit perlubang |
Rata-rata 5 pohon |
1 pohon |
6 |
Posisi akan waktu tanam |
Tidak teratur |
Posisi akan horizontal |
7 |
Pengairan |
Terus digenangi |
Dilakukan secara berkala (3 atau 5 sekali) dan tidak menggenang |
8 |
Pemupukan |
Mengutamakan pupuk kimia |
Mengutamakan pupuk organik |
9 |
Penyiangan |
Diarahkan pada pembrantasan gulma |
Diarahkan pada pengelolaan perakaran |
10 |
Rendemen hasil |
50-60 % |
60-70 % |
11 |
Produktivitas |
5 ton/ha |
10 ton/ha |
Berdasarkan tabel diatas, maka kelebihan usahatani padi metode SRI dibandingkan dengan usahatani padi dengan cara konvensional adalah sebagai berikut:
KELEMAHAN
Model SRI lebih boros dalam penggunaan kompos. Kalau biaya kompos diperhitungkan maka usahatani padi model SRI akan menghasilkan sedikit keuntungan. Kurangnya ketersediaan pupuk kandang merupakan kendala bagi pengembangan SRI, karena petani tidak mampu memproduksi kompos untuk keseluruhan lahannya.Oleh karena itu, petani hanya mampu menerapkan SRI pada 30-50 persen lahannya.
Kendala yang akan dihadapi pada saat pengembangan pola SRI pada skala luas, terkait dengan ketersediaan bahan baku kompos untuk pembuatan pupuk organik, kebutuhan terhadap jumlah tenaga kerja untuk tanam yang sangat terbatas serta penanganan hasil produksi gabah dan pasar beras organik. Kendala teknis atas penerapan komponen SRI secara umum juga akan dialami pada kegiatan penanaman padi bibit muda, tanam dangkal dan penanaman sebatang yang menjadi risiko paling besar dalam pelaksanaan di lapangan, terutama pada saat turun hujan atau lahan tergenang sehingga harus dilakukan penyulaman serta penambahan biaya tenaga kerja, pada saat terjadinya serangan OPT.
Pada Tahun Anggaran 2019 di Kabupaten Buleleng, Dinas Pertanian memfasilitasi Demplot padi dengan sisten SRI ini sebanyak 5 lokasi yaitu :
Dari lokasi tersebut diperoleh, rata-rata jumlah anakan dalam 1 rumpun berkisar dari 30 – 41, bila dibandingkan dengan system konvesional berkisar kurang dari 20, tentu saja system ini menunjukkan dampak positif bagi produktivitas padi. Tetapi tentu saja hal ini harus juga didukung oleh beberapa factor yang telah disebutkan diatas, maka untuk itu system SRI di kabupaten yang telah dilakukan beberapa tahun belakang ini memberikan produktivitas yang baik dengan dukungan factor yang baik pula. Maka selanjutnya system ini, mempunyai potensi untuk dikembangkan di Kabupaten Buleleng.
Selanjutnya pengembangan usahatani padi model SRI secara massal juga harus mempertimbangkan dampak positif dan negatif terhadap pertumbuhan sektor ekonomi lain secara keseluruhan, mengingat kegiatan usahatani padi juga sangat terkait dengan berbagai kegiatan pendukung baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga diperlukan upaya yang bijak dari semua pihak yang terkait di dalamnya agar tujuan pencapaian peningkatan kesejahteraan petani sebagai pelaku utama kegiatan usahatani dapat terwujud.
OLeh :
(Erawati_BidangPenyuluhan)
Download disini