.Pembudidayaan buah naga mulai digandrungi oleh para kalangan petani di Buleleng. Pasalnya, buah naga yang dihasilkan ini memiliki nilai ekonomis. Kebanyakan buah naga yang dibudidayakan para petani ini adalah buah naga merah.
Banyak orang tak mengetahui bahwa ada buah naga warna lain yakni buah naga putih, buah naga kuning, orange, dan hitam. Jenis buah naga ini tergolong langka.
Kini buah naga warna kuning yang yang tertolong paling langka, sedang dibudidaya di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali.
Menariknya, sang pembudidaya buah naga kuning itu adalah seorang notaris bernama Made Arnaja. Arnaja adalah warga Desa Tajun.
Buah naga warna kuning yang dibudidaya oleh Bapak Arnaja.
Uniknya, Arnaja menggeluti pertanian buah naga lantaran hoby. Dari hoby itu, maka pensiun notaris ini mengembangkan buah naga berbagai jenis.
Ditemui di kebunnya, Arnaja mengaku bahwa bertani merupakan bagian dari hidupnya. Kata dia, awalnya ia hanya iseng-iseng untuk bertani di sela-sela waktu menikmati masa pensiun. Berbekal lahan 1,5 hektare yang dimiliki persis di sebelah rumahnya, ia mulai mencoba untuk menekuni pertanian buah.
Melihat buah naga cukup diminati masyarakat, ia pun mengembangkan buah naga warna merah dan putih, hingga juga mengembangkan buah naga kuning jenis palora.
“Awalnya saya hanya mengembangkan buah naga merah dan putih. Ya, melihat sudah umum, saya kembangkan buah naga kuning, karena tergolong langka dan mahal. Kalau saya kira, mungkin ini satu-satunya di Bali ada budidaya buah naga kuning. Saya saja cari bibit buah naga kuning sulit, dapatnya di Pasuruan, cuma satu itu sepanjang sekitar 30 sentimeter. Itu tahun 2016,” ujar Bapak Arnaja, Karena tekad yang tinggi, Bapak Arnaja terus berinovasi mengembangkan buah naga kuning ini.Awalnya ia membuat dengan satu tiang dengan teknik sambung batang. Alhasil, setelah satu tahun berjalan, kini sudah ada 1.000 pohon buah naga kuning. “Kalau panen itu baru bisa satu tahun, bisa dapat 40 sampai dengan 50 buah per pohonnya. Dan untungnya berbuah tanpa mengenal musim. Begitu buah dipanen, bisa muncul lagi bunga baru,” kisah Arnaja.
Bahkan buah naga kuning ini, jika dijual di pasaran harganya mencapai Rp 350 ribu per kilogram. Bukan hanya di Tajun, ia juga mengembangkan buah naga kuning ini di lahannya seluad 4 hektar di Desa Batu Kaang, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Untuk perawatannya, sambung Arjana, buah naga kuning selain rajin disiram, juga rutin disemprot ketika memasuki musim penghujan, agar menghilangkan jamur yang melekat pada batangnya.
“Buah naga kuning ini budidaya secara organik, baik itu pupuk, penyemprotan menggunakan bahan-bahan dari organik, yang berasal dari kotoran kambing dan kompos dedaunan yang diolah. Ya ini, untuk menjaga kualitas agar sehat dan manis, karena tidak terkena zat kimia,” ucap Arnaja.
Gede Ngurah Sani Arimbawa_BPPKubutambahan