(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Pertanian Terintegrasi Bag. 2

Admin distan | 17 Desember 2015 | 1027 kali

Oleh : IGA. Maya Kurnia-PP Madya- Distanak Buleleng

 

Pada Sistem Pertanian Terintegrasi atau integrated farming system, syarat tanaman yang bisa diusahakan adalah yang bernilai ekonomi dan bisa menyediakan pakan untuk peternakan. Contonya : padi, strawberi, apel, anggur, singkong, tomat, talas dan jamur dapat digunakan dalam integrated farming system. Perhatikan bahwa padi yang digunakan harus berlabel biru atau yang tahan terhadap air yang agak tinggi. Hasil samping pertanian berupa jerami, sekam dan sisa batang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan ikan, pembuatan biogas dan kompos.  Jamur dapat dipilih karena menggunakan kotoran ternak dan tidak membutuhkan lahan luas (Sumber : Simon & Schuster 1994)

Ikan yang digunakan untuk integrated farming system adalah ikan air tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai ekonomis. Ikan yang sering digunakan adalah ikan nila, gurami, mas dan lele. Ikan dapat dipelihara secara tunggal (monoculture) atau campuran (polyculture), asalkan jenis yang dipelihara mempunyai kebiasaan makan berbeda agar tidak terjadi perebutan pakan, misalnya ikan mas dengan gurami.  Nutrisi untuk ikan berasal dari jatuhan kotoran ternak yang kering dan sisa pakan ternak. Selain yang kering, kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga memacu perkembangan plankton yang menjadi makanan ikan. Oleh karena itu, sebaiknya peternak juga memilih ikan yang dapat memanfaatkan plankton di dalam kolam seperti ikan tambangan. Ikan nila, gurami, mas dan lele adalah ikan yang dapat digunakan dalam integrated farming system. (Sumber : wikipedia.com)

Waste Treatment, Komponen ini berperan dalam penyediaan energi dan penekan pencemaran lingkungan. Hasil dari pengolahan limbah tersebut adalah : Kompos dan pupuk kandang.  Bahan pembuat kompos adalah kotoran sapi (80-83%), jerami padi (bisa sekam, serbuk gergaji dan lain-lain sebanyak 5%), abu dapur (10%), bakteri starter (0,25%) dan kapur (2%). Bahan lain dapat digunakan asalkan kotoran sapi minimal 40% dan kotoran ayam 25%. Teknik pembuatannya adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 lokasi (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut dinaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Proses pembuatannya diawali dengan membiarkan kotoran sapi (feses dan urin) selama 1 minggu agar kadar air menurun hingga 60%. Lalu kotoran dipindahkan ke lokasi satu dan dicampur merata dengan jerami padi, abu dapur, kapur dan bakteri starter.  Setelah satu minggu tumpukan dipindahkan ke lokasi kedua dengan cara diaduk/ dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga 70OC untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan bebas dari biji gulma. Dan kompos didapat telah siap digunakan

(Sumber : http://www.sinartani.com).

Download disini