Oleh : KOMANG RISKA WARDANI/BPP SUKASADA
Musuh alami merupakan hal terpenting dalam siklus rantai makanan, musuh alami juga sangat dibutuhkan dalam dunia pertanian yaitu untuk mengendalikan jumlah populasi suatu hama. Pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama merupakan cara yang disediakan alam. Hama wereng, Penggerek Batang Padi dan juga hama Ulat Grayak merupakan hama yang sangat ditakuti oleh para petani terutama padi dan jagung karena serangan hama tersebut dapat mengakibatkan kerusakan fatal sehingga gagal panen.
Kumbang yang menurut Kalshoven (1981) bernama ilmiah Paederus fuscipes ini tergolong sebagai predator berbagai jenis serangga, terutama yang berstatus hama, seperti wereng batang coklat, ngengat, dan telur penggerek batang padi. Dengan demikian, kumbang tomcat sebenarnya merupakan sahabat petani karena memiliki potensi dalam mengatur populasi hama di alam. Bila kumbang tomcat dan predator potensial lainnya, seperti kumbang (Ophionea nigrofasciata) dan laba-laba (Lycosa pseudoannulata) musnah akibat penggunaan pestisida kimiawi secara berlebihan dalam pengendalian hama, dikhawatirkan predator sebagai faktor pengendali hama secara alamiah akan musnah sehingga dapat menyebabkan populasi hama menjadi eksplosif.
Serangga ini bersifat kosmopolit (berada di mana-mana) dan berhabitat di tanah lembap pada pertanaman padi dan palawija yang ditanam setelah padi sawah. Di dalam tanah, telur diletakkan secara tunggal. Setelah telur menetas, larva mengalami dua instar (dua kali pergantian kulit) sebelum menjadi pupa. Setelah dewasa, kumbang keluar dari dalam tanah kemudian hidup pada tajuk tanaman untuk mencari mangsa yang umumnya adalah kelompok serangga hama. Perkembangan dari telur menjadi dewasa berlangsung 13-19 hari (Singh dan Ali 2007). Stadium telur, larva, prapupa, dan pupa masing-masing berlangsung 4,0; 9,2; 1,0; dan 3,8 hari.
Dalam ekosistem pertanian, kumbang tomcat berperan sebagai predator generalis karena memiliki mangsa berbagai jenis serangga, terutama yang berstatus hama. Oleh karena itu, kumbang ini memiliki peran penting dan perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan pengendalian hama dengan insektisida. Dalam kondisi tertentu, kehadiran suatu jenis hama di pertanaman diperkirakan akan mengakibatkan kerugian bagi petani. Karena populasi predator relatif sedikit sehingga tidak mampu mengatur populasi hama maka tindakan pengendalian dengan insektisida dapat dibenarkan. Sebaliknya, meskipun populasi hama di pertanaman cukup banyak, karena populasi predator juga cukup banyak dan diperkirakan mampu mengatur populasi hama maka pengendalian dengan insektisida tidak dibenarkan. Oleh karena itu, upaya perlu dilakukan agar keberadaan kumbang tomcat dapat dilestarikan, tetapi populasinya tidak menjadi eksplosif agar tidak mengganggu manusia.
Eksplosi kumbang tomcat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu peningkatan populasi kumbang menjelang berakhirnya musim hujan, panen secara serempak, dan pembangunan kawasan permukiman di dekat habitat kumbang. Pada kondisi demikian, pada malam hari kumbang akan berterbangan dan bergerak menuju sumber cahaya di permukiman. Mengingat kumbang tomcat merupakan sahabat petani yang dapat membantu mengendalikan hama secara alamiah, untuk mengantisipasi terjadinya eksplosi perlu upaya untuk melestarikan habitatnya. Perubahan area persawahan menjadi permukiman berarti meniadakan habitat kumbang tomcat sehingga akan memicu terjadinya eksplosi.