Oleh Ir. IGusti Ayu Maya Kurnia, MSi
PP Madya Koordinator Petugas Pertanian di Kecamatan Sukasada
Pengairan atau Irigasi adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran-saluran untuk ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara teratur. Apabila terdapat air yang berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman. Pengairan pada tanaman dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: (1).Pengairan di atas tanah; (2).Pengairan di dalam tanah (sub irrigation); (3).Pengairan dengan penyemprotan (sprinkler irrigation); dan (4).Pengairan tetes (drip irrigation). Untuk tanaman padi teknik pengairan yang digunakan adalah pengairan di atas tanah. Pemberian air pada padi sawah dalam jaringan irigasi, terdapat 3 sistem, yaitu : (a).sistem irigasi terus menerus; (b). sistem irigasi rotasi, dan (c).sistem irigasi berselang. Kebanyakan jaringan irigasi yang ada di Indonesia, menerapkan sistem irigasi terus menerus (continous flow). Sistem Pengairan/irigasi terus menerus (continuous flow) dilakukan dengan memberikan air kepada tanaman dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga beberapa hari menjelang panen. Penggunaan sistem ini, dengan mempertimbangkan : penerimaan respon yang baik pada waktu pemupukan, menekan pertumbuhan gulma, dan menghemat tenaga untuk pengolahan tanah. Selain tidak efisien, cara ini juga berpotensi mengurangi (1).efisiensi serapan hara nitrogen, (2).meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer, (3).menaikkan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi yang dibutuhkan. Pada Irigasi bergilir (rotational irrigation) merupakan teknik irigasi dimana pemberian air dilakukan pada suatu luasan tertentu untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan. Sedangkan pada Pengairan Berselang (intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Kondisi seperti itu ditujukan antara lain untuk : (a).Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas; (b).Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam; (c).Mengurangi timbulnya keracunan besi; (d).Mengurangi penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar; (e).Mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat; (f).Mengurangi kerebahan; (g).Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah); (h).Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen; (i).Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah); (j).Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus Cara pengelolaan air pada sistem pengairan berselang : (1).Lakukan teknik pergiliran pengairan dalam satu musim tanam. Bibit ditanam pada kondisi tanah jenuh air dan petakan sawah dialiri lagi setelah 3-4 hari. Pengelolaan air selanjutnya diatur sebagai berikut : Lakukan pergiliran air selang 3 hari. Tinggi genangan pada hari pertama lahan diairi sekitar 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Lahan sawah diairi lagi pada hari ke 4. Cara pengairan ini berlangsung sampai fase anakan maksimal. Mulai dari fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus sekitar 10-15 hari sebelum tanaman dipanen, petakan sawah dikeringkan; Lakukan pengairan berdasar ketersediaan air. Perhatikan ketersediaan air selama musim tanam. Apabila sumber air tidak cukup menjamin selama satu musim, maka lakukan pengairan bergilir dengan periode lebih lama sampai selang 5 hari; Lakukan pengairan dengan mempertimbangkan sifat fisik tanah. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek. Dari ketiga sistem di atas, sistem irigasi berselang merupakan sistem yang dapat diandalkan.
Sumber : www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/995/