SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, air, dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. SRI pertama kali dikembangkan di Madagaskar oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis. Dia mempublikasikan metode temuannya pada tahun 1983. Oleh penemunya, metodologi ini disebut Ie Systme de Riziculture Intensive (bahasa Perancis). Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.
Penanaman SRI kali ini berlokasi di lahan milik Bapak Darmaya (Subak Kekeran - Desa Kekeran), sebagai demplot adaptasi teknologi spesifik lokalita seluas 0,5ha. Didampingi langsung oleh PPL Wilbin (drh. I Gusti Lanang Made Suyasa) dan Kelian Subak Kekeran. Berbeda dengan penanaman semestinya, dengan metode SRI dirasakan lebih susah oleh sekaa memula (tukang tanam) karena mesti membuat garis dengan caplak (alat konvensional) dengan ukuran 30cm x 30cm agar tegak lurus dan untuk penanaman mesti berjalan ke depan. Untuk penanam pemula memang dirasa agak sulit, karena terbiasa menanam dengan berjalan mundur.
Beberapa keunggulan SRI :
Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air maksimal 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus).
Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg per hektar. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang, dll.
Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 – 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih awal.
Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton per hektar.
Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan mikro-oragisme lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
Sumber :
Yunus, S. 2019. Budidaya Padi Organik Dengan Metode SRI. Alam Tani. Diakses 11 September 2019.... (Wahyu_BPPBusungbiu)