(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Pembuatan kompos dengan aktivator EM4

Admin distan | 03 November 2018 | 63880 kali

Permasalahan pupuk hampir selalu muncul setiap tahun, antara lain: kelangkaan pupuk di musim tanam, harga pupuk yang cenderung meningkat, beredarnya pupuk palsu, dan beban subsidi pemerintah yang semakin meningkat. Beberapa upaya dan program telah digulirkan oleh pemerintah melalui Departemen Pertanian RI, sebagai contoh, subsidi pupuk kimia untuk petani. Banyak penyelewengan dalam implementasi subsidi pupuk untuk petani yang menyebabkan kerugian baik pemerintah maupun pada petani.
Pemanfaatan pupuk organik merupakan solusi untuk mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga pupuk anorganik yang terus melambung. Penggunakan pupuk organik (berupa kompos) selalu mendapat perhatian semua kalangan karena bahan baku pembuatan kompos ini selalu tersedia secara berlimpah di sekitar areal pertanian. Kompos mampu memperbaiki sifat-sifat fisik, kimiawi, dan biologi tanah. Sumber bahan kompos antara lain berasal limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), arang sekam, abu dapur

Alternatif dari pupuk kimia adalah pupuk organik. Pemerintah mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik sebagai penganti/alternatif pupuk kimia. Departemen Pertanian mengeluarkan kebijakan untuk memberikan subsidi pupuk organik. Penyediaan pupuk organik bersubsidi diserahkan kepada BUMN dengan mekanisme distribusi yang mirip dengan pupuk kimia. Beberapa tahun sebelumnya pemerintah juga pernah mengeluarkan program GO ORGANIK 2010, tetapi gaung program ini seperti kurang terdengar.
Penggunaan pupuk kimia secara intensif oleh petani selama beberapa dekade ini membuat petani tergantung pada pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia yang intensif dan belebihan dalam jangka panjang menyebabkan kesuburan tanah dan kandungan bahan organik tanah menurun. Kandungan bahan organik di sebagian besar sawah di P Jawa diperkirakan menurun hingga 1% saja. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi miskin bahan organik ini menimbulkan banyak masalah, antara lain: efisiensi pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah rendah, kebutuhan pupuk meningkat, dan produktivitas lahan yang semakin menurun.

Petani melupakan salah satu sumber daya yang dapat menyediakan unsur hara tanaman, mempertahankan kesuburan tanah dan menambah bahan organik tanah, yaitu: JERAMI. Petani memiliki kebiasaan membakar jerami setelah panen. Pemanfaatkan jerami sisa panen padi untuk kompos secara bertahap dapat mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas sawah. Kompos jerami adalah bahan yang sangat potensial untuk meningkatkan kandungan bahan organik di sawah-sawah.
Sifat-Sifat Kompos
1. Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan,
2. Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai,
3. Menambah daya ikat air pada tanah,
4. Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
5. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara
6. Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlah sedikit (jumlah hara ini tergantung dari bahan pembuat pupuk organik),
7. Membantu proses pelapukan bahan mineral,
8. Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba,
9. Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan

Kompos yang dihasilkan melalui fermentasi dengan pemberian EM4 dinamakan bokashi. Kata bokashi diambil dari bahasa Jepang yang berarti bahan organik yang terfermentasi. Oleh orang Indonesia kata bokashi dipanjangkan menjadi “bahan organik kaya akan sumber kehidupan”.

Tempat Pembuatan
Pembuatan bokashi tidak memerlukan tempat khusus. Dalam gudang atau gubuk juga dapat dilakukan. Perlu diperhatikan, proses tersebut tidak terkena matahari maupun hujan secara langsun. Oleh karenanya, tempat pembuatan diusahakan beratap. Bila pengomposan dilakukan di atas tanah, sebaiknya diberi alas, misalnya plastic, terpal atau dedaunan.

Alat dan Bahan
Pembuatan kompos dengan kapasitas 1 ton diperlukan kotak yang berukuran 3m x 1m x 1,5m.
Bahan utama (bahan organik) yang dibutuhkan untuk membuat bokashi ada beberapa macam seperti jerami, pupuk kandang, kotoran hewan, rumput, pupuk hijau, sekam atau serbuk gergaji. Bahan lain yang mutlak dibutukan adalah dedak. Kebutuhan dedak ini sekitar 10% dari total bokashi yang akan dihasilkan. Namun, jika bahan organik berupa kotoran hewan (bukan pupuk kandang) maka kebutuhannya lebih banyak, sekitar 15-20%.
Sebagai sumber energi atau makanan bagi bakteri, pada tahap awal sebelum proses fermentasi diperlukan molase (tetes tebu). Molase ini dapat diganti dengan gula putih atau gula merah. Dari ketiga bahan tersebut, molase lebih baik daripada gula merah dan gula merah lebih baik daripada gula putih. Hal ini dapat dipahami karena molase mengandung asam amino yang lebih baik daripadagula merah dan asam amino pada gula merah lebih baik daripada dalam dula putih.
Selain dosis di atas, dalam pembuatan bokashi dapat digunakan dosis yang umum. Bila akan menghasilkan 1 ton bokash, dapat digunakan takaran atau dosis: 80% bahan oraganik, 10% pupuk kandang, 10% dedak, 1 liter EM4, 1 liter molase (½ kg gula pasir atau ½ kg gula merah), serta air secukupnya (kadar air 30%).
Cara Pembuatan
Pembuatan berbagai macam bokashi pada dasarnya tidak berbeda. Oleh karenanya, teknik pembuatanya diulas sekali saja. Tahap pembuatan bokashi sebagai berikut.
a. Siapkan larutan EM4 + gula + air dicampur merata.
b. Siapkan bahn-bahan bokashi :
• Bokashi jerami : jerami yang sudah dipotong-potong + dedak + sekam dicampur merata.
• Bokashi pupuk kandang : pupuk kandang + sekam + dedak dicampur merata.
• Bokashi pupuk kandang-arang : pupuk kandang + dedak + arang sekam/arang serbuk gergaji dicampur merata.
• Bokashi pupuk kandang-tanah : tanah + pupuk kandang + arang sekam/arang serbuk gergaji + dedak dicampur merata.
• Bokashi ekspres : jerami kering (bahan yang lain) + bokashi yang sudah jadi + dedak dicampur merata.

c. Bahan bokashi yang telah disiapkan disiram larutan EM4. Pencampuran dilakukan perlahan dan merata hingga kandungan air -+ 30-40%. Kandungan air yang diinginkan diuji dengan menggenggam bahan, ditandai dengan tidak menetesnya air bila bahan digenggam dan akan mekar bila genggaman dilepaskan.
d. Bahan yang telah dicampur diletakkan diatas tempat yang kering atau dapat juga dimasukkan kedalam ember atau karung. Bila diletakkan dilantai, bahan sebaikknya ditumpuk secara teratur. Tumpukan bahan umumnya setinggi 15-20 cm, tetapi dapat juga hingga 1,5 m. setelah itu tumpukan bahan ditutup dengan karung goni atau terpal.
e. Suhu tumpukan dipertahankan antara 40-50o C. untuk mengontrolnya, setiap 5 jam sekali (minimal sekali sehari) suhunya diukur. Apabila suhunya tinggi, bahan tersebut dibalik didiamkan sebentar agar suhunya turun, lalu ditutup kembali. Demikian seterusnya.
f. Proses merlangsung 4-7 hari, kecuali untuk bokashi ekpres, fermentasi berlangsung 24 jam (1 hari). Apabila bahannya mengandung minyak (seperti minyak kayu putih, nilam, cengkih, ampas kelapa, atau ampas tahu), proses fermentasi berlangsung lebih lama, sekitar 14-29 hari karena dibutukan waktu untuk menetralisir minyak tersebut.
g. Setelah bahan menjadi bokashi, karung goni dapat dibuka. Bokashi ini dicirikan dengan warna hitam, gembur, tidak panas, dan tidak berbau. Dalam kondisi seperti itu, bokashi telah dapat digunakan sebagai pupuk.

Penggunaan
Bokashi dapat digunakan seperti pupuk kandang atau pupuk kompos. Dosis yang umum digunakan yaitu 3-4 genggam bokashi untuk satu meter persegi lahan. Penggunaan berbagai macam bokashi secara umum sama. Namun, alangkah baiknya bila penggunaannya disesuaikan dengan unsur hara dalam bokashi tersebut.
1. Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang baik digunakan untuk melanjutkan fermentasi penutup tanah (mulsa) dari bahan organic dan digunakan dalam lahan sawah karena ketersediaan bahannya cukup.
2. Bokashi pupuk kandang dan bokashi pupuk kandang-tanah baik digunakan untuk media pembibitan dan media tanam yang masih kecil.
3. Bokashi ekspres baik digunakan untuk penutup tanah (mulsa) pada tanaman sayur dan buah-buahan.

Keunggulan
Bokashi yang diperoleh dengan bantuan EM4 sudah dapat digunakan dalam waktu yang relatif singkat, yaitu setelah proses 7 - 14 hari. Selain itu bokashi hasil pengomposan tidak panas, tidak berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit, serta tidak membahayakan pertumbuhan atau produksi tanaman.

Red. Candraningsih/BPP Sawan