(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Kultur Jaringan Pada Pisang

Admin distan | 06 April 2015 | 116562 kali

Oleh : Ir. IGA. Maya Kurnia, M.Si/PP. Madya pada Distanak Kab. Buleleng

Pisang adalah tumbuhan yang termasuk dalam famili Musaceae yang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Oleh karena jenisnya yang beranekaragam, pisang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat mulai dari bentuknya yang berupa pangan seperti pisang goreng, jumput-jumput pisang, kolak pisang, dan lain sebagainya. Pisang juga dimanfaatkan dalam pembuatan kerajinan rakyat seperti anyaman topi, tas, dan lainnya. Di Provinsi Bali, pisang merupakan komoditas yang sangat diperlukan ketika Hari Raya Agama Hindu tiba.  Sedangkan di Propinsi Kalimantan Selatan, merupakan salah satu daerah produksi yang wilayah potensial dikembangkannya tanaman pisang, seperti pisang menurun (kapok), pisang mauli(uli), pisang talas dan pisang raja. Pisang kepok dan talas sering dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk kolak pisang atau pisang goring, sedangkan pisang mauli (uli) sering dihidangkan sebagai pencuci mulut dalam acara selamatan dan perkawinan.

Seperti telah diketahui bahwa permintaan komoditas pisang di dalam negeri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendidikan, meningkatnya pendapatan dan kesadaran akan pentingnya gizi masyarakat. Selain itu perkembangan pariwisata atau agrowisata dan agroindustri yang mengolah hasil-hasil pertanian secara langsung akan meningkatkan kebutuhan bahan baku dari komoditas hortikultura (Cahyono,1995). Menurut Arias (1992) ”Peningkatan kebutuhan pisang sejalan dengan peningkatan populasi dengan perkembangan pasar-pasar baru, khususnya di Eropa, memiliki metode perkembangbiakan tradisional yang memungkinkan untuk mengatasi permintaan bahan tanaman baru.” Lagipula produksi pisang di tahun-tahun terakhir dipengaruhi oleh penyakit yang diakibatkan oleh jamur dan virus seperti Sigatoka hitam (Mycosphaerella musiocola), penyakit Panama (Fusarium oxysporum f. sp. cubense) dan penyakit pucuk tandan; menyebarkan perbanyakan tanaman dari negara ke negara atau benua ke benua termasuk penyebaran yang mungkin diikuti okeh penyakit tersebut (Schoofs (1990) dalam Islam, 1996).

Pisang umumnya diperbanyak dengan anakan. Anakan yang berdaun pedang  lebih disenangi petani, sebab pohon pisang yang berasal dari anakan demikian akan menghasilkan tandan yang lebih besar pada panen pertamanya (tanaman induk).
Bonggol atau potongan bonggol juga digunakan sebagai bahan perbanyakan. Tetapi jantung pisang juga merupakan eksplan yang menguntungkan karena mudah mendapatkannya dan resiko kontaminasi lebih kecil karena bukan berasal dari tanah dan tertutup rapat oleh kelopak bunga (Nisa dan Rodinah, 2005).  Disamping itu pula, kendala pengadaan bibit unggul secara konvensional adalah sulit mendapatkan bibit  yang berkualitas dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Salah satu keunggulan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan adalah sangat dimungkinkan mendapatkan bahan tanam dalam jumlah besar dalam waktu singkat (Priyono et al., 2000).  Perbanyakan tanaman secara konvensional umumnya masih memerlukan waktu yang lama dan tempat yang luas. Untuk mengatasi hal tersebut maka dapat dilakukan beberapa cara yang dianggap efektif untuk dapat meningkatkan kualitasmaupun kuantitas dari produksi tanaman pisang khususnya pisang varietas raja.
Sesuai dengan kemajuan teknologi, budidaya pisang pun mengalami kemajuan pesat. Budidaya pisang tidak hanya dilakukan sambil lalu tetapi telah dilakukan secara intensif (Satuhu dan Supriyadi, 2004). Sistem perbanyakan tanaman ini dikenal sebagai teknik kultur jaringan atau budidaya jaringan, dapat juga disebut dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif modern.  Pada dasarnya kultur jarungan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman seperti sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya secara aseptis (suci hama) di dalam atau di atas suatu medium budidaya sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.  Kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang diperlukan bagi proses pembiakan tersebut dapat terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi beberapa hal berikut ini : Pemilihan eksplan atau bahan tanaman, penggunaan media yang cocok, keadaan aseptik dan pengaturan udara yang baik (Nugroho dan Sugito, 2002).  
Tujuan lain dari kultur jaringan adalah untuk membiakkan bagian tanaman dalam ukuran yang sekecilkecilnya sehingga menjadi beratus-ratus ribu tanaman kecil (klon), dan untuk menghasilkan kalus sebanyak-banyaknya agar Dapat menghasilkan metabolit sekunder, misalnya untuk keperluan obat-obatan.  Perbanyakan secara kultur jaringan dilakukan dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti organ, jaringan, kumpulan sel, sel tunggal, protoplasma, dan kemudian menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan aseptik yang kaya nutrisi dan mengandung zat pengatur tumbuh. Proses ini berlangsung di dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian-bagain tersebut memperbanyak diri dan beregenerasi kembali menjadi tanaman lengkap (Saptarini, dkk, 2001).

Kini telah dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat,  melalui ujung pucuk yang bebas-penyakit. Cara ini telah dilaksanakan dalam skala komersial, tetapi adanya mutasi yang tidak dikehendaki menimbulkan kekhawatiran.  Dalam perbanyakan bibit pisang secara kultur jaringan, ada empat tahap yang harus dilalui yaitu, pertama, tahap inisiasi. Pada tahap ini eksplan membentuk kalus dan bertunas banyak. Kedua, tahap pelipatan tunas (multiplikasi) yaitu tunas yang sudah terbentuk dipisahkan kemudian ditumbuhkan dalam medium agar tumbuh tunas baru (perbanyakan sub kultur). Ketiga, tahap perakaran tunas (regenerasi planlet) dan tahap terakhir yaitu tahap aklimatisasi lingkungan (Sunarjono, 2002 dalam Wahyudi, 2004).  
Teknik kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yg mampu memperbanyak tanaman dengan mengambil sdikit dari bagian tanaman tersebut dengan memperbanyak melalui cara teknik kultur jaringan, yaitu mengambil bagian tanaman pisang dan di biakkan di laboratorium, dimana persentase pertumbuhan tanaman pisang dengan metode kultur jaringan dapat mencapai 99% apabila media yang digunakan merupakan media yang sesuai dengan tanaman pisang. ##dihimpun dari berbagai tulisan dalam Radian.  1992.  Penggunaan Air Kelapa Dalam Media Kultur Jaringan Pisang (Musa paradisiaca L).  Program Pasca Sarjana.  UGM.  Program KDK UNBRAW, Wetherall, D. F.  1982.  Pengantar Propagasi Tanaman Secara in vitro. #IKIP Semarang Press