(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Konservasi Tanah dan Air pada Lahan Kritis

Admin distan | 05 Desember 2014 | 27535 kali

Oleh : Ir. IGA. Maya Kurnia, M.Si/PP. Madya Distanak Kab. Buleleng

Paradigma pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi telah memacu pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan sehingga eksploitasi sumberdaya alam semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan manusia. Akibatnya sumberdaya alam semakin langka dan menurun baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pemanfaatan sumberdaya secara berlebihan telah menyebabkan kondisi tanah menjadi kritis (rusak). Selain itu pula di beberapa tempat masih terdapat Lahan Kering dimana umumnya menjadikan air sebagai faktor pembatas yang utama dalam pengelolaannya, oleh karena itu ketersediaan air menjadi sesuatu yang sangat penting dalam pengelolaaan lahan kritis khususnya lahan kering. Untuk dapat menjamin adanya ketersediaan air baik dimusim penghujan dan musim kemarau diperlukan teknologi yang applicable dan hemat biaya. Beberapa penelitian konservasi air dan lahan kritis telah dilakukan dan diujicoba untuk dapat memaksimalkan simpanan air hujan dan mengoptimalkan manfaat sumberdaya air terutama pada musim kemarau.  Beberapa metode konservasi lahan kritis seperti metode vegetative yakni dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman, serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah, penutupan lahan oleh seresah dan tajuk yang akan mengurangi evaporasi dan dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi. Metode vegetatif juga memiliki manfaat dari segi memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga dapat menambah pendapatan petani.  Contoh aplikasi Metode Vegetatif : (a).Sistem Pertanaman Lorong merupakan suatu sistem dimana tanaman pangan ditanam pada lorong diantara barisan tanaman pagar. Sistem ini sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama unsur N untuk tanaman lorong. Teknologi budidaya lorong telah lama dikembangkan dan diperkenalkan sebagai salah satu teknik konservasi lahan kritis untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada lahan kritis/kering di daerah tropika basah namun belum diterapkan secara luas oleh petani. Pada budidaya lorong konvensional tanaman pertanian ditanam pada lorong-lorong diantara barisan tanaman pagar yang ditanam menurut kontur.

Barisan tanaman pagar yang rapat diharapkan dapat menahan aliran permukaan serta erosi yang terjadi pada areal tanaman budidaya, sedangkan akarnya yang dalam dapat menyerap unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam untuk kemudian dikembalikan ke permukaan melalui pengembalian sisa tanaman hasil pangkasan tanaman pagar. (b).Sistem Pertanaman Strip Rumput merupakan sistem pertanaman strip rumput hampir sama dengan pertanaman lorong tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 meter atau lebih. Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan ternak. Penanaman rumput pakan ternak di dalam jalur strip. Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak penanaman dibuat selang seling agar rumput dapat tumbuh baik dan usahakan penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Selain itu tempat jalur rumput sebaiknya di tengah antara barisan tanaman pokok. (c).Tanaman Penutup Tanah merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman pokok. Manfaat tanaman penutup antara lain untuk menahan atau mengurangi daya perusak bulir-bulir hujan yang jatuh dan aliran air diatas permukaan tanah, menambah bahan organik tanah (melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh), serta berperan melakukan transpirasi yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah adalah mengurangi kekuatan disperasi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah sehingga mengurangi erosi.  Penyiangan intensif dapat menyebabkan tergerusnya lapisan atas tanah. Untuk menghindari persaingan antara tanaman penutup tanah dengan tanaman pokok pada konservasi lahan kritis dengan teknik ini dapat dilakukan dengan penyiangan melingkar (ring weeding). Tanaman penutup tanah yang digunakan dan sesuai untuk sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat diantaranya harus mudah diperbanyak (sebaiknya dengan biji), memiliki sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok tetapi memiliki sifat mengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, toleransi terhadap pemangkasan, resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya, sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah dan tidak memiliki sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti berduri atau sulur yang membelit.  Empat jenis tanaman penutup yang dapat digunakan yaitu : (1).jenis merambat (rendah) : Colopogonium moconoides, Centrosome sp, Ageratum conizoides, Pueraria sp, (2).jenis perdu/semak (sedang) : Crotalaria sp, Acasia vilosa, (3).jenis pohon (tinggi) : Leucaena leucephala (lamtorogung), Leucaena glauca (latoro lokal), Ablizia falcataria, (4).jenis kacang-kacangan : Vigna sinensis, Dolichos lablab (komak). (d).Mulsa adalah bahan-bahan (sisa panen, plastik dan lain-lain) yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk mengurangi penguapan serta melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah. Mulsa dapat berupa sisa tanaman, lembaran plastik dan batu. Mulsa sisa tanaman terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2 s/d 5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.  Pada sistem agribisnis yang intensif dengan jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi sering digunakan mulsa plastik untuk mengurangi penguapan air dari tanah, menekan hama penyakit dan gulma. Lembaran plastik dibentangkan di atas permukaan tanah untuk melindungi tanaman. Di pegunungan batu-batu cukup banyak tersedia sehingga bisa digunakan sebagai mulsa untuk tanaman pohon-pohonan. Permukaan tanah ditutup dengan batu yang disusun rapat dengan ukuran batu berkisar antara 2 s/d 10 cm.  Selain itu pemberian mulsa seresah juga dapat menghambat pertumbuhan gulma yang mengganggu tanaman sehingga konsumsi air lebih rendah. (e).Pengelompokan Tanaman dalam Suatu Bentang alam (landscape) dengan mengikuti kebutuhan air yang sama sehingga irigasi dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman.

Teknik konservasi lahan kritis seperti ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu landscape. Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan kemudahan dalam melakukan pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan hanya diberikan sesuai kebutuhan tanaman sehingga air dapat dihemat. (f).Penyesuaian Jenis Tanaman Dengan Karakteristik Wilayah dengan teknik konservasi ini dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai dengan tingkat kekeringan yang dapat terjadi dimasing-masing daerah. Sebagai contoh tanaman jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali padi sawah akan tepat jika ditanam sebagai pengganti padi sawah untuk antisipasi kekeringan. Pada daerah hulu DAS yang merupakan daerah yang berkemiringan tinggi penanaman tanaman kehutanan menjadi komoditas utama. (g).Penentuan Pola Tanam Yang Tepat, baik untuk areal yang datar maupun berlereng penentuan pola tanam disesuaikan dengan kondisi curah hujan setempat untuk mengurangi devisit air pada musim kemarau. Hasil penelitian Gomez (1983) menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan 5% dengan pola tanam campuran ketela pohon dan jagung akan dapat menurunkan run off dari 43% menjadi 33% dari curah hujan dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan besar kebutuhan air tiap jenis vegetasi. Besarnya kebutuhan air beberapa jenis tanaman dapat menjadi acuan dalam membuat pola tanam yang optimal.  Sedangkan aplikasi metode sipil teknis yaitu suatu metode konservasi lahan kritis dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (top soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Usaha konservasi lahan kritis dengan metode sipil teknis ini yaitu membuat bangunan-bangunan konservasi antara lain pengolahan tanah menurut kontur, pembuatan guludan, teras dan saluran air (saluran pembuangan air, terjunan dan rorak). Contohnya : (a).Pembuatan Teras Pada Lahan Dengan Lereng Yang Curam dengan pembuatan teras dilakukan jika budidaya tanaman dilakukan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 8%. Namun demikian budidaya tanaman semusim sebaiknya menghindari daerah berlereng curam. Jenis-jenis teras untuk konservasi air juga merupakan teras untuk konservasi tanah antara lain : teras gulud, teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras batu, teras bangku, SPA dan hillside ditches. (b).Pembuatan Guludan, dimana Guludan adalah suatu sistem konservasi lahan kritis dimana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat dalam mengatasi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong. Selain itu juga bermanfaat untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah, memperlambat limpasan air pada saluran peresapan dan sebagai pengumpul tanah yang tererosi sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke bidang olah. Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan. Umumnya rorak dibuat dengan ukuran panjang 1-2 meter, lebar 0,3-0,4 meter dan dalam 0,4-0,5 meter. Jarak antar rorak dalam kontur adalah 2-3 meter dan jarak antara rorak bagian atas dengan rorak di bawahnya 3-5 meter. (c).Wind Break yang dibuat untuk mengurangi kecepatan angin sehingga mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah dan tanaman selama irigasi (evapotranspirasi). Kombinasi tanaman dengan tajuk berbeda sangat mendukung metode ini. Pola stage bouw (tajuk bertingkat) seperti di pekarangan tradisional adalah contoh yang baik untuk diterapkan. (d).Pemanenan Air Hujan merupakan salah satu alternatif dalam menyimpan air hujan pada musim penghujan dan untuk dapat digunakan pada musim kemarau. Beberapa teknik pemanenan air hujan yang telah dilakukan dibeberapa Negara yang beriklim kering adalah bangunan teras, penanaman searah kontur, DAM, tadah hujan, kanal, waduk, mata air galian dangkal dan berlubang serta irigasi pompa kecil dan wadi bank.  Teknik pemanenan air yang telah dilakukan di Indonesia antara lain embung dan chanel reservoir. Embung merupakan suatu bangunan konservasi air yang berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau rembesan di lahan sawah tadah hujan berdrainase baik.

Embung sangat tepat diterapkan pada kelerengan 0-30% dengan curah hujan 500-1000 mm/tahun, bermanfaat untuk menyediakan air pada musim kemarau. Agar pengisian dan pendistribusian air lebih cepat dan mudah embung hendaknya dibangun dekat dengan saluran air dan pada lahan dengan kemiringan 5-30%. Tanah bertekstur liat atau lempung sangat cocok untuk pembuatan embung. Teknik konservasi air dengan embung banyak diterapkan di lahan tadah hujan bercurah hujan rendah.(e).Dam Parit adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi dan sedimentasi.  Keunggulan dam parit yaitu dapat menampung air dalam volume besar akibat terbendungnya aliran air disaluran air/parit, tidak menggunakan areal atau lahan pertanian yang produktif, mengairi lahan cukup luas karena dibangun berseri diseluruh daerah aliran sungai (DAS), menurunkan kecepatan aliran permukaan sehingga mengurangi erosi dan hilangnya lapisan tanah atas yang subur serta sedimentasi, memberikan kesempatan agar air meresap kedalam tanah di seluruh wilayah DAS sehingga mengurangi resiko kekeringan pada musim kemarau dan pembuatannya lebih murah sehingga dapat dijangkau petani. Konservasi air merupakan hal yang sangat relevan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering, mencegah banjir, kekeringan dan tanah longsor. Prinsip dasar dari konservasi air adalah menyimpan sebanyak-banyaknya air pada musim hujan dan memanfaatkan kembali pada musim kemarau. Meskipun cukup banyak teknik konservasi air yang dapat diimplementasikan di lahan kering tetapi keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial ekonomi dan keinginan petani.  Hal terakhir ini sering dilupakan oleh para pengelola lahan kering. Petani berhak memilih teknik konservasi air yang paling dapat diterima dan menguntungkan di mata petani. Akomodasi kepentingan dan keinginan petani ini akan dapat lebih menjamin kelangsungan pengembangan lahan kritis. Untuk dapat melakukan hal tersebut pemberdayaan petani menjadi salah satu prioritas utama bersamaan dengan penerapan teknik konservasi air. Dengan adanya teknologi konservasi lahan kritis ini memungkinkan adanya usaha tani konservasi sehingga akan lebih mendukung program ketahan pangan nasional dan peningkatan kesejahteraan petani. Manfaat utama pertanian konservasi dibandingkan dengan teknik pertanian lain yaitu input tenaga kerja yang rendah dan penggunaan proses ekologis alamiah secara efektif. Pertanian konservasi memanfaatkan proses ekologis alami untuk mempertahankan kelembaban, meningkatkan kesuburan tanah, memperkuat struktur tanah dan mengurangi erosi serta keberadaan hama penyakit. Hal itu dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan meminimalkan gangguan pada tanah, menyimpan sisa tanaman dan rotasi tanaman. Pertanian konservasi sangat sedikit mengganggu tanah melainkan memberi kesempatan flora dan fauna tanah yang ada untuk tumbuh subur secara alami. Flora dan fauna tanah tersebut akan membusukkan sisa tanaman yang dijadikan penutup tanah oleh petani sehingga akan menambah nutrisi pada tanah dan meningkatkan struktur humus tanah. Selain itu pertanian konservasi mampu memanfaatkan hujan dengan lebih baik sebab tanah yang ditutupi oleh sisa tanaman akan menyerap lebih banyak air hujan dan mengalami lebih sedikit penguapan. Saat curah hujan rendah lahan akan menangkap kelembaban yang ada di udara. Penutupan lahan juga mengurangi kikisan air yang jika dipadukan dengan struktur tanah yang telah diolah akan mampu mengurangi erosi tanah dari air dan angin. Dengan demikian diharapkan rotasi tanaman mendapatkan keuntungan dari proses ekologis alamiah melalui kacaunya siklus hama penyakit dan pemakaian tanaman polong-polongan untuk mengikat nitrogen di dalam tanah. Dalam jangka panjang pertanian konservasi yang memanfaatkan proses ekologis alami akan mengurangi pemakaian pupuk dan pestisida oleh petani sehingga mengurangi penggunaan input dari luar. Sumber : Sundari, SST (penyuluh pertanian BBPPTP) dalam tabloid sinar tani nomor 3428 tahun XI.II