Oleh : Ir. IGA Maya Kurnia, M.Si (PP Madya pada Distanak Kabupaten Buleleng)
Jagung gembal sudah sangat jarang dibudidayakan di Bali sehingga mungkin sudah kurang dikenal. Jagung gembal sebenarnya merupakan nama tanaman dalam genus Sorghum yang terdiri atas sejumlah spesies yang berbeda. Namun dalam bahasa Bahasa Bali, nama jagung gembal digunakan untuk jenis sorgum budidaya (Sorghum bicolor (L.) Moench., tanaman asal Afrika Utara, tetapi sekarang telah dibudidayakan secara luas di kawasan tropik, terutama di wilayah kering. Beberapa literatur menyebut sorghum terdiri atas tiga subspesies, Sorghum bicolor ssp. arundinaceum (Desv.) de Wet & J.R. Harlan (sorghum liar), Sorghum bicolor ssp. bicolor (sorgum budidaya), dan Sorghum bicolor ssp. drummondii (Nees ex Steud.) de Wet (sejenis rumput yang dalam bahasa Inggris disebut sudangrass). Nama Sorghum bicolor (L.) Moench. kini digunakan hanya untuk sorgum budidaya. Sedangkan subspesies pertama dan ketiga mendapat status spesies, masing-masing menjadi Sorghum arundinaceum (Desv.) Stapf dan Sorghum × drummondii (Steud.) Millsp. & Chase, menambah jumlah spesies sorghum yang telah ada sebelumnya. Dalam bahasa Indonesia, jagung gembal adalah sorgum. Dalam bahasa Inggris, tanaman sorghum budidaya, selain disebut dengan nama teknis grain sorghum, juga disebut black amber, broomcorn, chicken corn, drummond broomcorn, durra, egyptian millet, feterita, forage sorghum, great millet, guinea corn, jowar, kaffircorn, milo, shallu, shatter cane, shattercane, dan sweet sorghum.
Sorgum budidaya merupakan rumput semusim, batang tegak, kokoh, dan tidak berongga, tinggi 0,5-5 m, tunggal atau merumpun, tidak bercabang atau bercabang, terdiri atas ruas yang dibatasi oleh buku-buku berambut. Daun tunggal berselang-seling, jumlah 7-12 bergantung pada kultivar, tumbuh dari buku dengan upih saling menumpuk membungkus sebagian dari ruas, panjang upih 15-35 cm, dengan rambut-rambut putih dai bagian pangkal. Lidah daun biasanya ada, pendek, panjang sekitar 2 mm, telingan daun berbentuk segi tiga atau lanset, helai daun berbentuk lanset memanjang, 30-135 cm x 1,5-13 cm, tepi rata atau bergelombang, tulang daun utama putih, kuning atau hijau, stomata terdapat pada kedua permukaan daun. Perbungaan berupa malai, tangkai malai tegak atau melengkung menyerupai leher angsa, poros malai pendek atau panjang, terdiri atas tandan primer, sekunder, dan tersier yang tersusun membentuk raceme yang longgar atau kompak, bergantung pada panjang poros malai, panjang tandan dan jarak percabangan tandan. Spikelet pada bagian pangkal malai mengelompok berpasangan, satu tanpa tangkai dan hermaprodit, yang lainnya bertangkai dan berbunga jantan atau steril, jarang-jarang hermaprodit, spikelet pada ujung malai mengelompok tiga-tiga, satu tanpa tangkai dan dua bertangkai; panjang spikelet tanpa tangkai 3-10 mm, glume berjumlah 2, panjang hampir sama, kaku seperti kulit atau kertas, glume di bagian bawah menutupi sebagian glume di bagian atas, berurat 6-18, glume di bagian atas lebih sempit dan berujung lebih meruncing; glume membungkus dua floret, floret di bagian bawah tidak subur, terdiri atas hanya lema, membentuk kelopak yang membungkus sebagian dari floret di bagian atas; floret di bagian atas hermaprodit, dengan lema merupa membran yang bergerigi di bagian ujung; awn, bila ada, mem melengkung atau menyiku, palea, bila ada, kecil dan tipis; putik 3, ovarium beruang tunggal, mempunyau 2 tangkai putik memanjang dengan kepala putik berbulu; panjang spikelet bertangkai bervariasi; lebih pendek daripada spikelet tanpa tangkai, sering hanya terdiri atas hanya 2 glume, floret di bagian atas hanya terdiri atas lema tanpa palea, mempunyai 3 benang sari dengan serbuk saru fungsional. Buah bertipe karyposis, sebagian ditutupi glume, bulat atau lonjong, berdiameter 4-8, warna bervariasi.Berdasarkan bentuk malai dan susunan floret, sorgum dikelompokkan menjadi 5 klompok kultivar (cultivar groups) sebagai berikut : (1).Kelompok kultivar Bicolor, malai terbuka bertangkai tegak dengan tandan menyebar, tandan di bagian bawah lebih panjang dari tandan di bagian lebih atas, glume lebih panjang dari biji. Bijinya umum digunakan sebagai bahan membuat bir, beberapa kultivar berbatang manis digunakan sebagai bahan membuat etanol; (2).Kelompok kultivar Caudatum, malai beragam tetapi agak kompak dan tegak, terdiri atas tandan yang kurang lebih sama panjang yang tersusun agak rapat, biji agak rata di satu sisi, glume lebih pendek dari biji; (3).Kelompok kultivar Durra, malai sangat kompak dan bertangkai melengkung, spikelet tanpa tangkai, tidak mempunyai glume bagian bawah, biji agak lonjong; (4).Kelompok kultivar Guinea, malai terbuka dan tidak rapat, bertangkai agak melengkung, tandan di bagian bawah dan bagian atas berukuran panjang kurang lebih sama, biji bulat melebar dengan glume yang kurang lebih sama panjang. Beberapa kultivar dari kelompok ini beradaptasi dengan kondisi lembab sehingga umum dibudidayakan di Asia Tenggara; (5).Kelompok kultivar Kaffir, malai memanjang dan agak kompak, tandan cenderung menegak mendekati poros malai, glume lebih pendek daripada biji.
Pertumbuhan sorgum terdiri atas fase berikut ini : (a).diantara fase 1 dan fase 2 yang berlangsung dalam kurun waktu 10-30 hari sejak benih berkecambah sangat rentan menghadapi persaingan dengan gulma. Namun bergantung pada komposisi gulma dan faktor lingkungan lainnya, (b).fase 3 yang belangsung sejak 30 hari sejak berkecambah sampai seluruh daun membuka penuh, juga rentan dalam menghadapi persaingan dengan gulma. Selain menghadapi kendala gulma, budidaya sorgum juga menghadapi kendala hama dan penyakit.Di negara-negara berkembang, sorgum dibudidayakan terutama sebagai bahan pangan dan di wilayah tertentu bijinya juga digunakan sebagai bahan untuk membuat minuman beralkohol dan bahan upacara adat. Minuman beralkohol yang dibuat dari biji sorgum dapat berupa bir yang dibuat dari biji yang difermentasi setelah dikecambahkan atau minuman keras yang dibuat dari biji setelah dikukus dan difermentasikan. Di negara-negara maju, sorgum dibudidayakan untuk digunakan batangnya atau bijinya sebagai bahan pakan, dan khusus sorgum manis, digunakan batangnya sebagai bahan membuat etanol sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan industri.
Kerabat dekat:
(1).Sorghum × drummondii (Steud.) Millsp. & Chase. (rumput sudan). Rumput semusim merumpun, 3 sampai 20-30 batang per rumpun, batang silindris, halus, tinggi 0,5-3,5 m, terdiri atas bentuk tegak, agak menyebar, menyebar, agak merunduk, dan merunduk. Daun berbentuk lanset, halus, hijau terang, 45-60 cm x 4-5 cm, menjuntai, 7-8 daun per individu. Bunga merupakan malai, panjang 30-50 cm, berwarna merah sampai kuning jerami setelah tua.
(2).Sorghum halepence (L.) Pers. (rumput johnson). Rumput tahunan yang membentuk rimpang, tinggi batang 6-8 kaki atau lebih, daun cukup panjang, perbungaan berupa malai terbuka, spikelet terdiri atas 1 floret, buah bertipe karyopsis, berwarna coklat kemerahan.
(3).Sorghum timorense (Kunth) Buse (rumput sorgum timor). Rumput semusim merumpun, batang tegak atau merunduk, permukaan batang halus atau bertepung, berambut pada buku, bercabang banyak. Upih daun halus atau berambut pendek halus, lidah daun 1,3-3,5 mm, helai daun halus atau berambut pendek halus, 30-60 cm x 0,5-1 cm, lurus atau melengkung. Malai terbuka, panjang 15-40 cm, sumbu malai halus, cabang bersegi, panjang cabang primer 2-11 cm, terdiri atas raceme dengan beberapa spikelet subur.
Saat ini Sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibading tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Dalam tulisan lain dikatakan bahwa tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, dan biasanya petani menanamnya secara tumpang sari dengan tanaman pangan lainnya. Produksi sorgum Indonesia masih sangat rendah, bahkan secara umum produk sorgum belum tersedia di pasar-pasar.Di banyak negara biji sorgum digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan dunia, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, padi, jagung dan barley (ICRISAT/FAO, 1996). Di negara maju biji sorgum digunakan sebagai pakan ternak unggas sedang batang dan daunnya untuk ternak ruminansia. Biji sorgum juga merupakan bahan baku industri seperti industri etanol, bir, wine, sirup, lem, cat dan modifikasi pati (modified starch). Terkait dengan energi, di beberapa negara seperti Amerika, India dan Cina, sorgum telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar etanol (bioetanol). Secara tradisional, bioetanol telah lebih lama diproduksi dari molases hasil limbah pengolahan gula tebu (sugarcane). Walaupun harga molases tebu relatif lebih murah, namun bioetanol sorgum dapat berkompetisi mengingat beberapa kelebihan tanaman sorgum dibanding tebu antara lain sebagai berikut : (a).Tanaman sorgum memiliki produksi biji dan biomass yang jauh lebih tinggi dibanding tanaman tebu; (b).Adaptasi tanaman sorgum jauh lebih luas dibanding tebu sehingga sorgum dapat ditanam di hampir semua jenis lahan, baik lahan subur maupun lahan marjinal; (c).Tanaman sorgum memilki sifat lebih tahan terhadap kekeringan, salinitas tinggi dan genangan air (water lodging), (d).Sorgum memerlukan pupuk relatif lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah daripada tanaman tebu, (e).Laju pertumbuhan tanaman sorgum jauh lebih cepat daripada tebu, (e).Menanam sorgum lebih mudah, kebutuhan benih hanya 4,5–5 kg/ha dibanding tebu yang memerlukan 4500–6000 stek batang, (f).Umur panen sorgum lebih cepat yaitu hanya 4 bulan, dibanding tebu yang dipanen pada umur 7 bulan, (g).Sorgum dapat diratun sehingga untuk sekali tanam dapat dipanen beberapa kali.
Dari referensi yang ada, untuk sekali siklus panen, produksi bioetanol sorgum di Amerika Serikat mencapai 10.000 liter/ha/tahun, di India 3.000 – 4.000 liter/ha/tahun, dan di Cina mencapai 7000 liter/ha/tahun. Di Cina sorgum banyak dibudidayakan dan dikembangkan dalam kaitan pemingkatan produktivitas lahan-lahan marjinal yang sering terkena wabah kekeringan dan salinitas tinggi. Di India bioetanol sorgum digunakan sebagai bahan bakar untuk lampu penerangan (pressurized ethanol lantern) disebut “Noorie” yang menghasilkan 1.250-1.300 lumens (setara bola lampu 100 W), kompor pemasak (pressurized ethanol stove) yang menghasilkan kapasitas panas 3 kW. Selain itu, pemerintah India telah mengeluarkan kebijakan mencampur bioetanol sorgum dengan bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor.Sebagai bahan pangan dan pakan ternak alternatif, sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada beras.