Oleh :
Padmaswari/BPP Sukasada...
BUDIDAYA SEREH WANGI
Tanaman sereh wangi merupakan salah satu tanaman penghasil atsiri yang cukup penting di Indonesia. Teknik budidaya merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan usaha tani, disamping faktor lingkungan juga ikut menentukan kelanjutan usaha budidayanya. Tanaman serai wangi sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Tanaman serai wangi memiliki bentuk daun yang lebih lebar dibandingkan bentuk serai wangi biasa. Daunnya membentuk rumpun yang lebih besar dengan jumlah batang lebih banyak. Warna daun lebih tua (hijau tua), sedangkan serai biasa berdaun hijau muda agak kelabu.
Tanaman serai wangi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Tumbuh berumpun.
Akar serabut jumlah cukup banyak, mampu menyerap unsur hara dalam tanah cukup baik sehingga pertumbuhannya lebih cepat.
Daun pipih memanjang menyerupai alang – alang. Panjang daun mencapai 1 meter melengkung. Lebar daun bila pertumbuhan normal antara 1 – 2 cm.
Bila daun diremas tercium aroma tajam khas serai wangi.
Warna daun hijau muda hingga hijau kebiru – biruan.
Batang berwarna hijau dan merah keunguan.
Syarat Tumbuh
Pertumbuhan tanaman serai wangi dipengaruhi oleh kesuburan tanah, iklim dan tinggi tempat diatas permukaan laut, dan tumbuh di berbagai tipe tanah baik didataran rendah maupun daratan tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl, dengan ketinggian tempat optimum 250 m dpl. Untuk pertumbuhan daun yang baik diperlukan iklim yang lembab, sehingga pada musim kemarau pertumbuhannya menjadi agak lambat. Tanaman pelindung berpengaruh kurang baik terhadap produksi daun dan kadar minyaknya. Secara umum serai wangi tumbuh baik pada tanah gembur sampai liat dengan pH 5,5 – 7,0. Dengan curah hujan rata-rata 1.000 – 1.500 mm/tahun dengan bulan kering 4 - 6 bulan, produksi daun menjadi turun tetapi rendemen dan mutu minyak meningkat (Zainal et al., 2004).
Persiapan lahan
Bila lokasi lahannya berupa semak belukar cukup dibabat, dibakar dan langsung dibajak. Setelah pembukaan lahan dilakukan pengajiran lubang tanam. Jarak tanam ditanah yang subur 100 x 100 cm, sedangkan di tanah yang kurang subur 75 x 75 cm. Ukuran lubang tanaman adalah 30 x 30 x 30 cm. Penanaman serai wangi dapat juga dilakukan dengan sisitem parit, ukuran lebar dan dalam parit sama seperti sistem lubang. Pada lahan yang topografinya lereng, sebaiknya barisan lubang atau parit tanam searah kountour. Penanaman serai wangi pada kemiringan lahan 25 - 30º dengan curah hujan 3.500 mm/th, sebaiknya menggunakan terasering dan pertanaman secara pagar.
Penanaman
Seminggu setelah penyemprotan herbisida penanaman sudah dapat dilakukan. Penanaman sebaiknya dilakukan di awal atau diakhir musim hujan ini menghindari penyiraman. Bibit yang ditanam pada musim hujan akan tumbuh dengan cepat. Bibit serai wangi ditanam 1 atau 2 batang per lubang tanam. Bila ukuran batang bibit yang akan ditanam cukup besar, cukup ditanam 1 batang per lubang, tetapi bila kecil-kecil ditanam 2 batang per lubang. Penanaman dilakukan sampai sedikit diatas pangkal batang, lalu tanah disekitar bibit dipadatkan.
Penyiangan dan Penyulaman
Penyiangan pertama dilakukan 1 bulan setelah tanam selanjutnya tiga bulan sekali atau 4 kali dalam setahun tergantung pertumbuhan gulma. Sedangkan penyulaman dilakukan bila ada bibit yang belum tumbuh atau mati dalam kurun waktu satu bulan Setelah tanam. Penyulaman ini sangat penting untuk mempertahankan jumlah populasi dan produksi. Bibit yang digunakan untuk penyulaman dapat berasal dari anakan yang sudah ditanam dan hidup disampingnya atau dari rumpun induk yang sejenis.
Pemupukan
Untuk menjaga kesuburan tanah dan kestabilan produksi, tanaman serai wangi perlu dipupuk. Pupuk berpengaruh pada produksi daun dan banyaknya minyak atsiri yang dihasilkan per hektar (Rusli et al., 1990). Umur satu bulan setelah tanam, beri pupuk Urea sebanyak 25 gram atau satu sendok makan per rumpun. Pupuk diberikan dengan cara melingkari rumpun sejarak 25 cm atau satu jeng-kal. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan pengemburan. Dosis pupuk yang dipakai tergantung dari kondisi tanah baik sifat fisik maupun kesuburannya. pupuk NPK (37 ; 65 ; 65) dengan dosis 150 - 200 kg/ha, 50 kg KCl/ha (Risfaheri, 1990). Pupuk kandang 2 kg per rumpun yang di berikan 6 bulan sekali...>>>