(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

BUDIDAYA KETELA POHON

Admin distan | 26 Februari 2020 | 49629 kali

Oleh Ir. IGusti Ayu Maya Kurnia, MSi

PP Madya Koordinator Petugas Pertanian di Kecamatan Sukasada

 

Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Tanah yang paling cocok untuk ketela pohon adalah remah tanah terstruktur, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros dan kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah memiliki sistem udara yang baik, nutrisi yang lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro dan mikro. Jenis tanah yang cocok untuk tumbuh ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, Mediterania, grumosol dan andosol. Derajat keasaman (pH) tanah yang cocok untuk budidaya singkong berkisar 4,5-8,0 dengan pH 5,8 ideal. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal. Curah hujan yang cocok untuk tanaman singkong antara 1500-2500 mm / tahun. Suhu udara minimum untuk pertumbuhan singkong kohon sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan sedikit terhambat pertumbuhan tanaman, menjadi terhambat karena tingkat pertumbuhan yang kurang sempurna. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%. Sinar matahari yang dibutuhkan untuk pabrik singkong sekitar 10 jam / hari, terutama untuk daun kesuburan dan pengembangan umbi. Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut : (1).Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan). (2). Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam. (3). Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus. (4). Belum tumbuh tunas-tunas baru. (5). Bibit berupa stek batang. (6). Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah. (7). Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek. Luas lahan budidaya disesuaikan dengan kebutuhan modal dan ketela pohon masing-masing petani. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Jika pada saat panen harga akan turun karena penanaman terjadi di daerah pusat panen, volume produksi diatur seminimal mungkin.

Persiapan dan pembersihan lahan bertujuan untuk membersihkan lahan dari semua jenis gulma (tanaman) dan akar sebelum tanam. Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman. Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang sangat asam / gembut tanah, perlu pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit / kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton / ha. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau selama pembentukan tidur kasar bersama dengan pupuk kandang.

Pola tanam harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm. Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja. Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan. Cara terbaik untuk pembubunan dilakukan dengan hanya menggemburkan tanah pada lahan tanam, dan tepat setelah itu benar-benar dibuat gundukan. Periode Pembubunan pasti bisa bertepatan dengan periode penyiangan, ini bisa menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan. Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.

 Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3. Kondisi lahan ketal pohon dari tanam awal + 4-5 bulan usia harus selalu lembabkan, tidak terlalu becek. Pada lahan kering perlu dilakukan penyiraman dan irigasi dari sumber air terdekat. Irigasi pada musim kemarau dengan cara menyiram langsung tetapi ini dapat merusak tanah. Sebuah sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran oleh infiltrasi. Sistem irigasi dengan genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk semua diberikan berdasarkan kebutuhan. Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan di pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Pestisida dosis disesuaikan dengan hama dan penyakit, baca dengan baik pada label dosis obat merek yang digunakan. Jika hama dan penyakit yang menyerang ganas dosis pestisida harus di tambah tapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat juga mengalami kematian. Hama  Uret (Xylenthropus) Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.

Tungau merah (Tetranychus bimaculatus) Ciri : menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala : daun akan menjadi kering. Pengendalian : menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak. Gulma khusus dari kelas teki-tekian (Cyperus sp.) Dapat diberantas dengan cara penyiangan dilakukan secara manual dengan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai ke akar tanaman. Dengan penyemprotan herbisida yang harus dilakukan dengan hati-hati. Sementara yang lain adalah spesies rumput gulma umum ditemukan pada lubang tanam atau di selokan / parit. Spesies gulma rumput sering ditemui adalah jenis rumput belulang (Eleusine indica), Tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan sunduk penggali rumput (Digitaria ciliaris). Pemberantasan gulma dari kelompok rumput dilakukan dengan penyiangan manual dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit. Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam. Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.

Sumber : warintek.bantulkab.go.id