(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Aplikasi Penggunaan Pestisida Nabati Menuju Pertanian Ramah Lingkungan

Admin distan | 03 September 2019 | 17370 kali

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini adalah masalah produksi bahan pangan yang cukup untuk mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk dunia yang cepat. Usaha peningkatan produksi pangan menjadi masalah yang mendesak untuk ditangani. Oleh sebab itu berbagai cara ditempuh untuk mengatasi hal ini. Salah satu solusi yang ditawarkan  adalah penggunaan pestisida yang dapat meminimalkan kehilangan hasil akibat serangan OPT. Namun demikian, penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis. Di satu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Di lain pihak, tanpa penggunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT.

Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, mengendalikan perkembangan/pertumbuhan dari hama/penyakit dan gulma. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh.Kehilangan hasil akibat OPT pada saat prapanen diperkirakan sebesar 30-35%, sedangkan pada pascapanen diperkirakan sebesar 10-20%. Dengan demikian, kehilangan hasil keseluruhan yang diakibatkan OPT ini dapat mencapai 40-55%. Dalam beberapa kasus, OPT dapat megakibatkan gagal panen.

Dilema yang dihadapi dalam menangani masalah produksi pertanian, khususnya pangan, adalah apabila kegiatan tetap dilaksanakan tanpa penggunaan pestisida maka sulit diperoleh produksi pertanian yang memadai. Namun, di lain pihak dengan penggunaan pestisida yang kurang bijaksana (khususnya yang bersifat sintetis) sering merugikan lingkungan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa petani sampai saat ini masih belum dapat melepaskan diri dari pestisida dalam kegiatan bertaninya. Pestisida masih diperlukan dan masih merupakan mitra kerja bagi petani, walaupun harganya relatif mahal.

Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, pemerintah bersama masyarakat harus mampu membuat trobosan-trobosan dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan kepedulian terhadap lingkungan dan mengutamakan keberpihakan kepada petani. Suatu alternatif pengendalian hama penyakit yang murah, praktis, dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan oleh negara berkembang seperti Indonesia dengan kondisi petaninya yang memiliki modal terbatas untuk membeli pestisida sintetis. Oleh sebab itu sudah saatnya memasyaratkan pestisida nabati yang ramah lingkungan.

Mengenal Pestisida Nabati

Mengingat penggunaan pestisida secara berlebihan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan maupun manusia, maka perlu diupayakan cara pemecahannya. Peraturan dan cara-cara penggunaan pestisida sertapengarahan kepada para pengguna perlu dilakukan, karena banyak dari pengguna yang tidak mengetahui bahaya dan dampak negatif pestisida terutama bila digunakan pada konsentrasi yang tinggi, waktu penggunaan dan jenis pestisida yang digunakan. Selain itu, memasyarakatkan penggunaan pestisida nabati menjadi salah satu alternatif juga untuk mengatasi hal tersebut.

Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Dengan demikian tanaman juga akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Pestisidanabatiinidapatberfungsisebagaipenolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuhdanbentuklainnya.

Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bioaktif. Walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida. Oleh karena itu, apabila kita dapat mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida maka akan sangat membantu masyarakat petani kita untuk mengembangkan pengendalian yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya yang terdapat di sekitarnya.

Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung pada pestisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi pula. Dosis yang digunakan tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jikasatusaatdosis yang digunakantidakmempunyaipengaruh, dapatditingkatkanhinggaterlihathasilnya.

Karenapenggunaanpestisidaalamirelatifamandalamdosistinggisekali pun, makasebanyakapapun yang diberikantanamansangatjarangditemukantanamanmati. Yang adahanyakesalahanteknis, sepertitanaman yang menyukai media kering, karenaterlaluseringdisiramdanlembab, malahakanmemacumunculnyajamur. Kuncinyaadalahaplikasidengandosis yang diamatidenganperlakuansesuaidengankarakteristikdankondisi ideal tumbuhuntuktanamannya.  Selain harus mengenal karakter dari bahan yang akan digunakan, karakter hamanya sendiri pun harus diperhatikan dengan baik. Dengan mencari informasi karakter hidup hama, mendengarkan dari pengalaman orang lain serta mengamati sendiri, kita dapat mencari kelemahan dari hama tersebut.

Pembuatan Pestisida Nabati

Cara pembuatan pestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan tidak dapat dijelaskan secara khusus atau distandarisasi karena memang sifatnya tidak berlaku umum. Suatu ramuan pestisida nabati yang berhasil baik atau bersifat efektif di suatu tempat belum tentu berhasil dengan baik pula di tempat lainnya karena ramuan pestisida nabati bersifat site specific (khusus lokasi). Salah satu penyebabnya adalah pada tumbuhan yang sama, tetapi jika tumbuh di lingkungan yang berbeda maka kandungan bahan aktifnyapun dapat berbeda pula. Oleh sebab itu, dosis atau konsentrasi bahan aktif yang digunakannya pun akan berbeda pula. Berkaitan dengan masalah ini, maka ramuan pestisida nabati akan tergantung kepada hasil pengujian di lokasi setempat dan mungkin tidak akan berlaku di tempat lain (tidak berlaku umum).

Secara garis besar pembuatan pestisida nabati dibagi menjadi dua cara, yaitu secara sederhana dan secara laboratorium. Cara sederhana (jangka pendek) dapat dilakukan oleh petani dan penggunaan ekstrak biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak dilakukan. Cara laboratorium (jangka panjang) biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih. Hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama. Pembuatan pestisida cara sederhana berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah, sedangkan pembuatan cara laboratorium berorientasi pada industri.

Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati dapat dilakukan beberapa teknik berikut:

  1. Penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta.
  2. Rendaman untuk produk ekstrak.
  3. Ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus.

Dengan dikembangkannya pemanfaatan pestisida nabati diharapkan petani atau pengguna dapat mempersiapkan sendiri cara pengendalian hama terpadu.

Beberapa Jenis Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati

Di Indonesia, sebenarnya terdapat sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. Namun, sampai saat ini pemanfaatannya belum dilakukan dengan maksimal. Tumbuhan penghasil pestisida nabati tersebut diantaranya:

  1. Kelompok Tumbuhan Insektisida Nabati

Tumbuhan penghasil insektisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Dalam beberapa kasus, tumbuhan penghasil insektisida nabati dapat juga digunakan untuk mengendalikan jenis OPT lainnya, seperti nematoda dan moluska. Beberapa tumbuhan yang dapat dikelompokkan ke dalam insektisida nabati ini adalah:

  • Piretrum (Chrysantemum cinerarinefolum Trev.), Famili Compositae
  • Aglaia (Aglaia odorata), Famili Meliaceae
  • Babadotan (Ageratum conyzoides L.), Famili Asteraceae
  • Bengkuang (Phachyrrhyzus erosus Urban), Famili Leguminosae
  • Bitung (Barringtoniaacutangula), FamiliLecythidaceae
  • Jeringau (Acoruscalamus), FamiliAraceae
  • Saga (Abrusprecatorius), FamiliLeguminosae
  • Serai (Andropogon nardus), Famili Graminae
  • Sirsak (Annona muricata), Famili Annonaceae
  • Srikaya (Annona squamosa ), Famili Annonaceae

 

  1. Kelompok Tumbuhan Atraktan atau Pemikat

Kelompok tumbuhan atraktan atau pemikat menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina yang mengandung bahan aktif metil eugenol. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Beberapa tumbuhan yang dapat dikelompokkan ke dalam tumbuhan atraktan atau pemikat ini adalah:

  • DaunWangi (Malaleucabracteata), FamiliMyrtaceae
  • Selasih (Ocimum sanctum), Famili Labiatae
  1. Kelompok Tumbuhan Rodentisida Nabati

Rodentisida nabati merupakan suatu umpan beracun dengan menggunakan bahan tanaman yang mudah ditanam dan diperoleh oleh petani untuk mengendalikan hama dari kelompok rodentia. Tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis yaitu sebagai penekan kelahiran dan penekan populasi yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penolak kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah gadung KB (Dioscorea composita L.), Famili Dioscoreaceae dan gadung racun (Dioscorea hispida Denst), Famili Dioscoreaceae.

  1. Kelompok Tumbuhan Moluskisida Nabati

Moluskisida nabati merupakan suatu umpan beracun dengan menggunakan bahan tanaman untuk mengendalikan hama dari kelompok moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya

  • Tefrosia (Tephrosia vogelii Hook), Famili Leguminosae
  • Tuba (Derris eliptica (Roxh.) Bentha), Famili Papilionaceae
  • Sembung (Blumea balsamifera (L.) DC), Famili Compositae
  1. Kelompok Tumbuhan Pestisida Serba Guna

Tumbuhan pestisida serba guna adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis, misalnya insektisida saja, tetapi dapat juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida, dan lainnya. Beberapa jenis tumbuhan yang berperan sebagai pestisida serba guna adalah:

  • JambuMete (Anacardiumoccidentale), FamiliAnacardiaceae
  • Lada (Piper ningrum ), Famili Piperaceae
  • Mimba (Azadirachtaindica Juss), FamiliMeliaceae
  • Mindi (Melia azedarach ), FamiliMeliaceae
  • Tembakau (Nicotinatabacum),FamiliSolanaceae
  • Cengkih (Syzygnumaromaticum), FamiliMyrtaceae

Kendala Penggunaan Pestisida Nabati

Di Indonesia, penggunaan pestisida nabati belum memasyarakat. Hal ini berkaitan dengan beberapa kendala yang dihadapi dalam penggunaannya, diantaranya:

  1. Pestisida sintetis tetap lebih disukai dengan alasan mudah didapat, praktis mengaplikasikannya, hasilnya relatif cepat terlihat, tidak perlu membuat sediaan sendiri, tersedia dalam jumlah banyak, dan tidak perlu membudidayakan sendiri tanaman penghasil pestisida.
  2. Kurangnya rekomendasi atau dorongan dari pengambil kebijakan. Hal ini terlihat dari kurangnya atau tidak adanya penyuluhan dan pengenalan penggunaan pestisida nabati kepada petani atau pengguna.
  3. Tidak tersedianya bahan secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan.
  4. Frekuensi penggunaannya tinggi karena sifatnya mudah terlarut di alam sehingga memerlukan pengaplikasian yang lebih sering.
  5. Sulitnya registrasi pestisida nabati mengingat pada umumnya jenis pestisida ini memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple active ingredient) dan pada beberapa kasus tidak semua bahan aktif bisa dideteksi.

KESIMPULAN

           Dari uraian di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpuan diantaranya:

  1. Pestisidanabatiadalahsuatupestisida yang bahandasarnyaberasaldaritumbuhan yang relatifmudahdibuatdengankemampuandanpengetahuan yang danbersifatmudahterurai (biodegradable) di alam.
  2. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif agar pengguna tidak hanya tergantung pada pestisida sintetis disamping juga dapat diminimalkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan pestisida sintesis secara berlebih.
  3. Ada dua cara pembuatan pestisida nabati yaitu secara sederhana dan skala laboratorium.
  4. Ada beberapa jenis pestisida nabati, diantaranya insektisida nabati, kelompok tumbuhan atraktan atau pemikat, rodentisida nabati, moluskisida nabati, dan kelompok tumbuhan serba guna.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, 1994. Pendaftaran Pestisida Nabati Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2002. Pestisida Nabati. Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Jakarta.

Kardinan A, 2002 . Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sa’id, E.G., dalam Sofia, D., 2001. Pengaruh Pestisida Dalam Lingkungan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.

Sintia M, 2006. Mengenal Pestisida Nabati Skala Rumah Tangga Untuk Mengendalikan Hama Tanaman.Arsitek Lanskap. Jakarta.

(PutuSuwardiyasa, SP, M.I.L)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Download disini