(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Hama Orong-Orong: Ancaman bagi Pertanian dan Cara Pengendaliannya

Admin distan | 07 Maret 2025 | 403 kali

Oleh :Rafika Ardiani, S.P / POPT Ahli Pertama BPP Gerokgak


Orong-orong, atau yang dikenal secara ilmiah sebagai Gryllotalpa orientalis, adalah serangga tanah yang sering menjadi hama bagi tanaman pertanian. Serangga ini termasuk dalam famili Gryllotalpidae dan ordo Orthoptera. Orong-orong dikenal karena kemampuannya menggali tanah dan merusak akar tanaman, sehingga menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani. Artikel ini akan membahas biologi orong-orong, dampaknya terhadap pertanian, serta metode pengendalian yang efektif.



Biologi Orong-Orong

Orong-orong memiliki tubuh berbentuk silinder dengan panjang sekitar 3-5 cm. Mereka dilengkapi dengan kaki depan yang kuat dan berbentuk seperti cangkul, yang memungkinkan mereka untuk menggali tanah dengan cepat. Serangga ini hidup di dalam tanah dan aktif pada malam hari (nokturnal). Orong-orong betina dapat menghasilkan hingga 300 telur dalam satu siklus reproduksi, yang diletakkan di dalam liang tanah. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 2-3 minggu, dan nimfa yang muncul akan mengalami beberapa kali pergantian kulit sebelum menjadi dewasa (Capinera, 2008).



Dampak terhadap Pertanian

                Orong-orong merupakan hama polifag, yang berarti mereka dapat menyerang berbagai jenis tanaman, termasuk padi, jagung, sayuran, dan tanaman hortikultura. Kerusakan utama yang disebabkan oleh orong-orong adalah pada akar tanaman. Mereka memotong akar dan batang tanaman muda, sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Selain itu, aktivitas penggalian tanah oleh orong-orong dapat mengganggu struktur tanah dan mengurangi kualitas lahan pertanian (Hill, 2008).



Metode Pengendalian

Pengendalian orong-orong dapat dilakukan melalui beberapa cara, baik secara mekanis, biologis, maupun kimiawi:

1.       Pengendalian Mekanis

-          Pengolahan tanah secara intensif dapat membantu mengurangi populasi orong-orong dengan merusak liang dan telur mereka (Kalshoven, 1981). 

-   Penggunaan perangkap cahaya pada malam hari dapat menarik orong-orong dewasa dan mengurangi jumlahnya (Capinera, 2008).

2.    Pengendalian Biologis

-     Memanfaatkan musuh alami seperti burung, laba-laba, dan parasitoid untuk mengontrol populasi orong-orong (Hill, 2008). 

-       Penggunaan nematoda entomopatogen (Steinernema carpocapsae) yang dapat menginfeksi dan membunuh orong-orong (Capinera, 2008).

3.    Pengendalian Kimiawi

Aplikasi insektisida seperti karbofuran atau imidakloprid dapat efektif dalam mengendalikan orong-orong. Namun, penggunaan insektisida harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme non-target (Kalshoven, 1981).

 

Sumber :

Capinera, J. L. (2008). Encyclopedia of Entomology. Springer. 

Hill, D. S. (2008). Pests of Crops in Warmer Climates and Their Control. Springer. 

Kalshoven, L. G. E. (1981). Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru-Van Hoeve.