Oleh :Rafika Ardiani, S.P / POPT Ahli Pertama BPP Gerokgak
Orong-orong, atau yang dikenal secara ilmiah sebagai Gryllotalpa orientalis, adalah serangga tanah yang sering menjadi hama bagi tanaman pertanian. Serangga ini termasuk dalam famili Gryllotalpidae dan ordo Orthoptera. Orong-orong dikenal karena kemampuannya menggali tanah dan merusak akar tanaman, sehingga menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani. Artikel ini akan membahas biologi orong-orong, dampaknya terhadap pertanian, serta metode pengendalian yang efektif.
Biologi Orong-Orong
Orong-orong memiliki tubuh berbentuk silinder dengan panjang sekitar 3-5 cm. Mereka dilengkapi dengan kaki depan yang kuat dan berbentuk seperti cangkul, yang memungkinkan mereka untuk menggali tanah dengan cepat. Serangga ini hidup di dalam tanah dan aktif pada malam hari (nokturnal). Orong-orong betina dapat menghasilkan hingga 300 telur dalam satu siklus reproduksi, yang diletakkan di dalam liang tanah. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 2-3 minggu, dan nimfa yang muncul akan mengalami beberapa kali pergantian kulit sebelum menjadi dewasa (Capinera, 2008).
Dampak terhadap Pertanian
Orong-orong merupakan hama polifag, yang berarti mereka dapat menyerang berbagai jenis tanaman, termasuk padi, jagung, sayuran, dan tanaman hortikultura. Kerusakan utama yang disebabkan oleh orong-orong adalah pada akar tanaman. Mereka memotong akar dan batang tanaman muda, sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Selain itu, aktivitas penggalian tanah oleh orong-orong dapat mengganggu struktur tanah dan mengurangi kualitas lahan pertanian (Hill, 2008).
Metode Pengendalian
Pengendalian orong-orong dapat dilakukan
melalui beberapa cara, baik secara mekanis, biologis, maupun kimiawi:
1.
Pengendalian Mekanis
-
Pengolahan tanah secara
intensif dapat membantu mengurangi populasi orong-orong dengan merusak liang
dan telur mereka (Kalshoven, 1981).
- Penggunaan
perangkap cahaya pada malam hari dapat menarik orong-orong dewasa dan
mengurangi jumlahnya (Capinera, 2008).
2. Pengendalian Biologis
- Memanfaatkan
musuh alami seperti burung, laba-laba, dan parasitoid untuk mengontrol populasi
orong-orong (Hill, 2008).
- Penggunaan
nematoda entomopatogen (Steinernema carpocapsae) yang dapat menginfeksi
dan membunuh orong-orong (Capinera, 2008).
3. Pengendalian Kimiawi
Aplikasi insektisida seperti
karbofuran atau imidakloprid dapat efektif dalam mengendalikan orong-orong.
Namun, penggunaan insektisida harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme non-target
(Kalshoven, 1981).
Sumber :
Capinera, J. L. (2008). Encyclopedia of
Entomology. Springer.
Hill, D. S. (2008). Pests of Crops in
Warmer Climates and Their Control. Springer.
Kalshoven, L. G. E. (1981). Pests of
Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru-Van Hoeve.