I Wayan Sudiarta, S.P.
Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama
Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Busungbiu
Bagan
Warna Daun (BWD) adalah sebuah sistem pemantauan visual yang digunakan untuk
menilai status kekurangan atau kecukupan unsur hara pada tanaman berdasarkan
perubahan warna daun. Pada tanaman padi, warna daun dapat menjadi indikator
yang sangat penting untuk mengetahui kondisi fisiologis tanaman dan kebutuhan
pemupukan. Tanaman padi yang sehat biasanya memiliki daun yang berwarna hijau
segar, sementara perubahan warna daun, seperti menguning atau memerah, sering
kali menunjukkan adanya kekurangan atau ketidakseimbangan unsur hara, seperti
nitrogen, fosfor, kalium, dan mikronutrien lainnya.
Pada
praktik pertanian konvensional, pemupukan sering dilakukan berdasarkan jadwal
tertentu atau dengan asumsi kebutuhan hara yang umum, tanpa mempertimbangkan
kondisi spesifik tanaman. Hal ini bisa mengakibatkan pemupukan yang tidak
efisien, seperti kelebihan atau kekurangan unsur hara, yang pada akhirnya dapat
menurunkan hasil panen dan merusak kualitas tanah. Oleh karena itu, pendekatan
yang lebih presisi untuk menentukan waktu dan dosis pemupukan sangat
diperlukan. Bagan Warna Daun (BWD) hadir sebagai alat bantu untuk membantu
petani dalam mengidentifikasi secara visual kondisi tanaman dan menentukan
perlakuan pemupukan yang tepat.
BWD
dapat membantu petani memantau perubahan warna daun padi sepanjang siklus
pertumbuhan tanaman. Setiap perubahan warna pada daun dapat digunakan untuk
menilai keadaan tanaman dan mengidentifikasi apakah ada kekurangan unsur hara
tertentu, yang pada gilirannya memungkinkan petani untuk mengambil
langkah-langkah korektif dengan pemupukan yang sesuai. Dengan menggunakan BWD,
pemupukan menjadi lebih efisien karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman yang sebenarnya, mengurangi pemborosan pemupukan, dan meminimalkan
dampak negatif terhadap lingkungan.
Selain
itu, penggunaan BWD juga mendukung keberlanjutan dalam pertanian padi. Dengan
menyesuaikan perlakuan pemupukan berdasarkan pengamatan warna daun, praktik
pertanian menjadi lebih ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan pupuk
kimia yang berlebihan dan membantu menjaga keseimbangan ekosistem tanah. Oleh
karena itu, BWD merupakan salah satu alat yang sangat bermanfaat dalam
mendukung upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi secara efisien dan
berkelanjutan.
Pemupukan
yang tepat merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan hasil
produksi tanaman padi. Namun, pemupukan yang berlebihan atau tidak sesuai
dengan kebutuhan tanaman justru dapat menimbulkan dampak negatif, seperti
pemborosan sumber daya, pencemaran lingkungan, serta penurunan kualitas
tanaman. Oleh karena itu, untuk mencapai efisiensi dalam pemupukan, diperlukan
suatu sistem yang dapat memberikan informasi yang akurat mengenai kebutuhan
unsur hara pada tanaman padi. Salah satu cara yang efektif untuk mengontrol dan
menentukan kebutuhan pemupukan adalah dengan melakukan pengecekan bagan warna
daun padi.
Pengecekan
bagan warna daun sebagai ambang batas perlakuan pemupukan memiliki banyak
keuntungan. Di antaranya adalah pemupukan yang lebih presisi, mengurangi risiko
kerusakan akibat pemupukan berlebih, serta mendukung praktik pertanian yang
ramah lingkungan. Selain itu, pemantauan ini juga dapat meningkatkan kesadaran
petani terhadap pentingnya pengelolaan hara yang baik dan berkelanjutan. Oleh
karena itu, pendekatan berbasis pengecekan bagan warna daun menjadi salah satu
metode yang sangat penting dalam mendukung pertanian padi yang produktif dan
ramah lingkungan.
Daftar Pustaka
Supriyadi, E., & Harjanti, W.
(2016). Penggunaan Bagan Warna Daun untuk Pemantauan Kebutuhan Unsur Hara
pada Tanaman Padi. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 4(3), 217-225.
Situmorang,
A., & Sembiring, E.
(2018). Pemanfaatan Bagan Warna Daun (BWD) dalam Pengelolaan Pemupukan
Tanaman Padi di Indonesia. Seminar Nasional Agronomi, 1, 102-108.
Rachman,
M., & Purwanto, R.
(2021). Pemantauan Status Unsur Hara Melalui Bagan Warna Daun untuk
Meningkatkan Hasil Padi yang Ramah Lingkungan. Jurnal Agrikultura, 14(2),
145-152.