Oleh:
Rafika
Ardiani, S.P/ POPT Ahli Pertama
Balai
Penyuluhan Pertanian Kecamatan Gerokgak
Padi, sebagai komoditas pangan utama Indones, juga menjadi tulang punggung perekonomian bagi banyak petani di Kabupaten Buleleng. Lahan-lahan persaahan yang menjadi pemandangan umum yang menandai produktivitas pertanian di daerah ini. Namun di balik potensinya yang besar, budidaya tanaman pangan ini tidak pernah lepas dari ancaman klasik, yaitu serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Keberadaan hama dan penyakit merupakan tantangan rutin yang harus dihadapi para petani dalam setiap musim tanam. Ancaman OPT ini dirasakan sangat nyata, khususnya oleh petani di kecamatan Gerokgak. Setiap musimnya, tanaman padi di ilayah ini hampir dipastikan mengalami serangan hama, yang jika tidak dikendalikan dapat menyebabkan penurunan hasil yang signifikan. Dua jenis hama yang paling sering menyerang adalah penggerek batang padi dan hama putih palsu. Serangan penggerek batang dapat menyebabkan malai padi menjadi hampa (beluk), sementara hama putih palsu menghisap cairan tanaman sehingga menghambat pertumbuhan. Kondisi ini memicu kekhaatiran akan gagal panen dan mendorong pencarian solusi yang efektfi dan ramah lingkungan. Untuk mencegah kerugian yang lebih besar Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Gerokgak memberikan rekomendasi berupa pencegahan untuk mengurangi serangan hama dengan pengaplikasian pestisida nabati dari daun mimba.
Sebagai upaya pencegahan dini untuk menghindari kerusakan
yang lebih parah, sebuah inisiatif pengendalian hama terpadu pun dilaksanakan.
Alih-alih langsung menggunakan pestisida kima, dipilih pendekatan yang lebih
berkelanjutan, yaitu dengan mengaplikasikan pestisida nabati. Bahan aktif yang
digunakan berasal dari ekstrak daun mimba (Azadirachta indica), yang
dikenal memiliki senyawa azadirachtin yang efektif mengendalikan berbagai jenis
hama. Kegiatan ini secara khusus diterapkan di lahan pertanian Subak Taman
Asri, Desa Gerokgak sevagai bentuk demplot atau percontohan.
Efektivitas daun mimba sebgaia pestisida alami telah
didukung oleh berbagai temuan ilmiah. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam
jurnal hama dan penyakit tumbuhan tropika tahun 2019 menyebutkan bahwa ekstrak
biji mimba mengandung senyawa azadirachtin yang bekerja secara sistemik.
Senyawa ini berfungsi sebagai penolak (repellent), penghambat makan
(antifeedant) dan mengganggu proses metamorfosis serangga hama, sehingga
efektif menekan populasi. Temuan serupa dilaporkan dalam jurnal fitofarmaka
tahun 2018 yang mengonfirmasi bahwa aplikasi ektrak mimba mampu menekan
intensitas serangan penggerek batang padi secara signifikan dibandingkan dengan
kontrol tanpa perlakuan.
Dalam praktiknya di Subak Taman Asri, aplikasi pestisida
nabati ini dilakukan dengan teratur. Penyemprotan ekstrak daun mimba
dilaksanakan dua kali dalam seminggu secara merata ke seluruh bagian tanaman.
Interval ini dipilih untuk memastikan tanaman terlindungi, mengingat pestisida
nabati umumnya memiliki daya tahan yang lebih singkat dibandingkan pestisida
kimia, namun jauh lebih aman bagi lingkunga, musuh alami hama dan konsumen.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan hama, tetapi juga menjadi
media pembelajaran bagi seluruh anggota subak.
Kegiatan penerapan pestisida nabati berbahan daun mimba di
Subak Taman Asri, Desa Gerokgak, menjadi langkah nyata dalam meningkatkan
kesadaran petani terhadap pentingnya pengendalian hama yang ramah lingkungan.
Melalui kegiatan ini, petani tidak hanya memperoleh manfaat dalam menekan
serangan hama pada tanaman padi, tetapi juga memahami pentingnya menjaga
keseimbangan ekosistem pertanian. Penggunaan pestisida alami terbukti mampu
menjadi alternatif yang efektif tanpa menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
maupun kesehatan manusia.