Oleh: I Kade Purnawirawan Putra, S.P/ POPT Pertama Kecamatan Tejakula
Mangga (Mangifera indica L.) merupakan tanaman buah
yang potensial dikembangkan karena mempunyai tingkat keragaman genetik yang
tinggi, sesuai dengan agroklimat Indonesia, disukai oleh hampir semua lapisan
masyarakat dan memiliki nilai pasar yang luas. Menurut (Puslitbang
Hortikultura, 2006), Tanaman mangga (Mangifera indica L.) merupakan komoditas
yang prospektif untuk dikembangkan terutama pada daerah lahan kering, karena
nilai ekonomisnya yang tinggi, permintaan pasar yang tumbuh dengan pesat baik
pasar dalam negeri maupun luar negeri, sehingga perlu dilakukan penanganan
dalam penggelolaan dan pemberdayaan tanaman mangga yang dapat memberikan hasil
produksi yang berkualitas dan memuaskan konsumen.
Salah satu kendala dalam pengembangan pertanaman
mangga di Indonesia adalah serangan lalat buah. Lalat buah merupakan hama
penting yang merugikan dalam budidaya buah dan sayur-sayuran, baik di daerah tropis
maupun subtropis (Alyoklin et al., 2000, Valladares dan Salvo, 2001). Lalat
buah tergolong Ordo Diptera, Famili Tephritidae, Subfamili Dacinae, Tribus
Dacini. Spesies Tephritidae dari 500 genus, 160 genus di antaranya ditemukan di
Asia (Siwi et al., 2006). Intensitas serangan lalat buah dapat mencapai 90%,
apabila tidak ada upaya pengendalian akan mengganggu pencapaian produksi bahkan
gagal panen yang mengakibatkan kerugian bagi petani (Tarigan, 2012).
Indikasi
serangan lalat buah pada buah mangga yang telah jatuh adalah terdapat
bintikbintik hitam sebagai bekas tusukan ovipositor lalat buah dalam meletakkan
telurnya pada buah manga.
Pengendalian lalat buah secara kultur teknis bisa dilakukan
dengan menjaga kebersihan kebun seperti mengumpulkan buah yang terserang dan
memusnahkannya. Buah mangga yang terserang dimasukkan ke plastik, diikat,
kemudian dibenamkan ke tanah. Selain dikumpulkan dalam plastik, Anda juga bisa
mengumpulkan dalam tong atau ember yang ditutup dengan kain kasa. Tak hanya
menjaga sanitasi, pengendalian secara kultur teknis juga dilakukan dengan
membuat perangkap, selain itu pengendalian biologi dapat
dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami dapat berupa parasitoid, predator,
dan patogen. Tingginya populasi parasitoid di lahan berpengaruh terhadap
tingkat parasitisasi dan penurunan jumlah hama. Sehingga semakin tinggi
kerapatan populasi parasitoid menjadikan parasitoid sebagai agen hayati menjadi
lebih efektif.
Daftar
Pustaka
Alyoklin, A.V., R.H. Messing, and
J.J. Duan. 2000. Visual and Olfactory Stimuli and Fruit Maturity Affect Trap
Captures of Oriental Fruit Flies (Diptera:Tephritidae). J. Econ. Ensamol.
93(3):664-669.
[Ditlin Holtikultura] Direktorat
Perlindungan Holtikultura. (2006). Panduan Lalat buah (Online) Tersedia : http://ditlin.hortikultura.
go.id/buku peta/bagian_ 03.html (22 Oktober 2024)
Siwi et al. (2006). Taksonomi dan
Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera : Tephritidae). Australia :
Departement of Agriculture, Fisheries and Forestry.
Tarigan, Robinson. 2012. Ekonomi
Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta : PT Bumi Aksara.