(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Strategi Penggunaan Umpan Beracun untuk Pengendalian Tikus di Sawah

Admin distan | 16 Oktober 2025 | 19 kali


oleh : Ni Putu Eka Handayani, S.P

POPT Ahli Pertama di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sawan

 

Tikus sawah merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi. Kerugian dapat berupa pemotongan anakan padi, pengambilan bulir saat panen, dan kerusakan pada sistem irigasi. Salah satu teknik pengendalian yang dapat dilakukan adalah penggunaan rodentisida berbahan aktif brodifakum dengan berbentuk seperti umpan tikus apabila teknik pengendalian lain tidak mampu mengendalikan populasi tikus pada areal persawahan.

 

Apa itu Brodifakum?

Brodifakum adalah salah satu antikoagulan generasi kedua (sering disebut “superwarfarin”) yang diformulasikan untuk membunuh tikus dan beberapa jenis pengerat lain. Obat ini bekerja dengan mengganggu mekanisme pembekuan darah—setelah tikus memakan umpan yang mengandung brodifakum, ia mengalami pendarahan internal yang akhirnya menyebabkan kematian. Sifat brodifakum termasuk bersifat sangat toksik pada hewan pengerat, memiliki daya racun yang tinggi dan, pada umumnya, bekerja dengan dosis tunggal

 

Kelebihan Penggunaan Bahan Aktif Brodifakum

1.      Efektif terhadap berbagai jenis tikus
Mengandung bahan aktif brodifacoum (antikoagulan generasi kedua) yang sangat kuat dan bisa membunuh tikus hanya dengan sekali makan.

2.      Daya tahan lama
Racun tetap aktif dan tidak mudah rusak meskipun terkena panas atau lembap di lapangan, cocok untuk kondisi sawah.

3.      Menimbulkan efek tertunda
Tikus mati beberapa hari setelah makan racun, sehingga tidak menimbulkan rasa takut pada tikus lain (tidak belajar menghindari umpan).

4.      Praktis digunakan
Tersedia dalam bentuk blok, butiran, atau pasta, mudah ditempatkan di lubang tikus atau sekitar pematang sawah.

5.      Efektif pada populasi tinggi
Cocok digunakan sebagai bagian dari pengendalian tikus terpadu (PHTT), terutama saat populasi tikus mulai meningkat, (
Hadisoeganda, A. 2008)

 

Kekurangan Penggunaan Bahan Aktif Brodifakum

1.      Kemungkinan resistensi jangka panjang
Bila digunakan terus-menerus tanpa rotasi bahan aktif, tikus bisa mengembangkan ketahanan (resistensi) terhadap brodifakum

 

 

 

2.      Waktu kematian tertunda
Meski ini juga kelebihan, namun bisa menjadi kekurangan karena tikus sempat berpindah tempat sebelum mati, sehingga tidak langsung terlihat hasilnya.

 

Cara Aplikasi pada Areal Persawahan

1. Waktu Aplikasi yang Tepat

·         Lakukan sebelum tanam (fase pengolahan tanah) atau awal pertumbuhan padi (umur < 2 minggu).

·         Tujuannya agar populasi tikus ditekan sejak awal sebelum berkembang biak dan merusak tanaman.

2. Persiapan Umpan

·         Jika ingin dicampur, bisa menggunakan bahan umpan tambahan seperti: Gabah, jagung, atau kelapa parut untuk meningkatkan daya tarik.

·         Jangan mencampur dengan bahan yang berbau tajam (minyak tanah, pestisida, dll).

3. Penempatan Umpan

     Ada beberapa metode yang umum digunakan di sawah:

 a. Lubang Aktif Tikus

·         Masukkan 1–2 blok (±10–20 gram) umpan ke dalam lubang aktif tikus.

·         Tutup lubang dengan tanah atau rumput agar tidak terkena air hujan dan sinar matahari langsung.

b. Pematang atau Galengan Sawah

·         Letakkan umpan setiap 5–10 meter di sepanjang pematang.

·         Gunakan wadah kecil (seperti potongan bambu atau kaleng bekas) untuk mencegah umpan terbawa air.

4. Frekuensi dan Pemantauan

·         Periksa umpan 3–5 hari setelah aplikasi.
Jika habis dimakan, tambahkan umpan baru di tempat yang sama.

·         Lanjutkan hingga tidak ada lagi tanda-tanda aktivitas tikus (jejak, lubang baru, atau kotoran).

 

Daftar Pustaka

Hadisoeganda, A. (2008). Pengendalian hama tikus sawah (Rattus argentiventer) dengan rodentisida brodifacoum. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 14(2), 56–62.