oleh : Ni Putu Eka Handayani, S.P
POPT Ahli
Pertama di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sawan
Tikus sawah merupakan
salah satu hama utama pada tanaman padi. Kerugian dapat berupa pemotongan
anakan padi, pengambilan bulir saat panen, dan kerusakan pada sistem irigasi.
Salah satu teknik pengendalian yang dapat dilakukan adalah penggunaan
rodentisida berbahan aktif brodifakum dengan berbentuk seperti umpan tikus
apabila teknik pengendalian lain tidak mampu mengendalikan populasi tikus pada
areal persawahan.
Apa itu Brodifakum?
Brodifakum adalah salah satu antikoagulan generasi
kedua (sering disebut “superwarfarin”) yang diformulasikan untuk membunuh
tikus dan beberapa jenis pengerat lain. Obat ini bekerja dengan mengganggu
mekanisme pembekuan darah—setelah tikus memakan umpan yang mengandung
brodifakum, ia mengalami pendarahan internal yang akhirnya menyebabkan
kematian. Sifat brodifakum termasuk bersifat sangat toksik pada hewan pengerat,
memiliki daya racun yang tinggi dan, pada umumnya, bekerja dengan dosis tunggal
Kelebihan
Penggunaan Bahan Aktif Brodifakum
1.
Efektif terhadap
berbagai jenis tikus
Mengandung bahan aktif brodifacoum (antikoagulan generasi kedua) yang sangat
kuat dan bisa membunuh tikus hanya dengan sekali makan.
2.
Daya tahan lama
Racun tetap aktif dan tidak mudah rusak meskipun terkena panas atau lembap di
lapangan, cocok untuk kondisi sawah.
3.
Menimbulkan efek
tertunda
Tikus mati beberapa hari setelah makan racun, sehingga tidak menimbulkan rasa
takut pada tikus lain (tidak belajar menghindari umpan).
4.
Praktis digunakan
Tersedia dalam bentuk blok, butiran, atau pasta, mudah ditempatkan di lubang
tikus atau sekitar pematang sawah.
5.
Efektif pada
populasi tinggi
Cocok digunakan sebagai bagian dari pengendalian tikus terpadu (PHTT), terutama
saat populasi tikus mulai meningkat, (Hadisoeganda, A.
2008)
Kekurangan
Penggunaan Bahan Aktif Brodifakum
1. Kemungkinan
resistensi jangka panjang
Bila digunakan terus-menerus tanpa rotasi bahan aktif, tikus bisa mengembangkan
ketahanan (resistensi) terhadap brodifakum
2. Waktu
kematian tertunda
Meski ini juga kelebihan, namun bisa menjadi kekurangan karena tikus sempat
berpindah tempat sebelum mati, sehingga tidak langsung terlihat hasilnya.
Cara
Aplikasi pada Areal Persawahan
1. Waktu Aplikasi yang Tepat
·
Lakukan sebelum
tanam (fase pengolahan tanah) atau awal pertumbuhan padi (umur < 2 minggu).
·
Tujuannya agar
populasi tikus ditekan sejak awal sebelum berkembang biak dan merusak tanaman.
2. Persiapan Umpan
·
Jika ingin
dicampur, bisa menggunakan bahan umpan tambahan seperti: Gabah, jagung, atau
kelapa parut untuk meningkatkan daya tarik.
·
Jangan mencampur
dengan bahan yang berbau tajam (minyak tanah, pestisida, dll).
3. Penempatan Umpan
Ada
beberapa metode yang umum digunakan di sawah:
a. Lubang Aktif Tikus
·
Masukkan 1–2 blok
(±10–20 gram) umpan ke dalam lubang aktif tikus.
·
Tutup lubang
dengan tanah atau rumput agar tidak terkena air hujan dan sinar matahari
langsung.
b. Pematang
atau Galengan Sawah
·
Letakkan umpan
setiap 5–10 meter di sepanjang pematang.
·
Gunakan wadah
kecil (seperti potongan bambu atau kaleng bekas) untuk mencegah umpan terbawa
air.
4. Frekuensi dan Pemantauan
·
Periksa umpan 3–5
hari setelah aplikasi.
Jika habis dimakan, tambahkan umpan baru di tempat yang sama.
·
Lanjutkan hingga
tidak ada lagi tanda-tanda aktivitas tikus (jejak, lubang baru, atau kotoran).
Daftar
Pustaka
Hadisoeganda,
A. (2008). Pengendalian hama tikus sawah (Rattus argentiventer) dengan
rodentisida brodifacoum. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 14(2),
56–62.