(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Mengenal Penyakit Busuk Buah “Phytophthora“ Tanaman Kakao

Admin distan | 18 September 2025 | 11 kali

 

Oleh : I Gede Sila Adnyana, S.P.

( POPT Ahli Pertama di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukasada )



Kakao, sebagai komoditas perkebunan yang vital, terus menghadapi ancaman serius dari berbagai penyakit tanaman. Di antara semua ancaman tersebut, Penyakit Busuk Buah Phytophthora, atau sering disebut Phytophthora Pod Rot, mencuat sebagai salah satu yang paling merusak dan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi petani secara global. Penyakit ini tidak hanya mengurangi hasil panen secara kuantitas tetapi juga secara drastis menurunkan kualitas biji yang dihasilkan.

Penyakit ini disebabkan oleh organisme jamur dari genus Phytophthora, dengan Phytophthora palmivora sebagai spesies penyebab utama di Indonesia. Patogen ini diklasifikasikan sebagai Oomycete atau "water mold", yang berarti perkembangbiakan dan penyebarannya sangat bergantung pada keberadaan air. Organisme ini bertahan di dalam tanah dan sisa-sisa tanaman sakit sebagai spora istirahat yang dapat hidup dalam waktu lama, menunggu kondisi yang tepat untuk menginfeksi.

Gejala penyakit ini mudah dikenali, terutama pada buah. Awalnya, muncul bercak kecil berwarna coklat kehitaman yang terlihat basah pada bagian ujung buah atau area yang terluka. Dengan cepat, dalam hitungan hari, bercak ini membesar dan melingkari seluruh buah hingga warnanya berubah menjadi coklat tua kehitaman. Pada kondisi lembab, permukaan buah yang busuk sering ditutupi miselium berwarna putih, yang merupakan tanda spora patogen sedang diproduksi untuk menyebar lebih luas.

Faktor lingkungan memegang peran krusial dalam meledaknya wabah penyakit ini. Kelembaban udara yang tinggi dan curah hujan yang sering merupakan faktor pemacu terpenting. Kebun dengan kanopi yang terlalu rapat, drainase buruk, dan sanitasi yang tidak terjaga menciptakan kondisi mikro yang ideal bagi patogen untuk berkembang biak dan menginfeksi inangnya. Penyebaran utamanya terjadi melalui percikan air hujan yang membawa spora dari tanah ke buah.

Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit ini sungguh signifikan. Pada serangan berat tanpa pengendalian, kehilangan hasil panen dapat mencapai 70 hingga 90%. Selain kehilangan secara kuantitas, biji dari buah yang terinfeksi memiliki kadar lemak rendah, ukuran tidak seragam, dan rasa pahit, sehingga harga jualnya pun anjlok. Petani juga harus menanggung biaya tambahan untuk upaya pengendalian, yang semakin memberatkan ekonomi budidaya.

Strategi paling efektif untuk mengelola penyakit ini adalah melalui pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang berkelanjutan. Langkah pertama dan paling fundamental adalah sanitasi kebun yang ketat. Ini berarti pemetikan dan pemusnahan semua buah yang menunjukkan gejala busuk harus dilakukan secara rutin. Buah sakit harus dibenamkan dalam-dalam di dalam tanah atau dibakar untuk memusnahkan sumber inokulum, bukan dibiarkan begitu saja di bawah pohon.

Praktik budidaya yang baik merupakan pilar pengendalian berikutnya. Pemangkasan rutin untuk membuka kanopi dan meningkatkan sirkulasi udara sangat penting untuk mengurangi kelembaban di sekitar buah. Pengaturan pohon pelindung dan pemupukan berimbang juga membantu menciptakan tanaman yang lebih sehat dan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Penggunaan varietas kakao yang memiliki ketahanan toleran, seperti beberapa klon unggul, merupakan investasi jangka panjang yang sangat bijaksana.

Dalam situasi tertentu, pengendalian kimia dengan fungisida mungkin diperlukan. Aplikasi fungisida protektan berbahan dasar tembaga, seperti Bubur Bordo, dapat melindungi buah dari infeksi. Namun, penggunaannya harus dilakukan dengan bijak, tepat waktu (terutama di musim hujan), dan tepat sasaran, yaitu menyemprot buah-buahan secara merata. Penggunaan fungisida sistemik harus dirotasi untuk mencegah timbulnya resistensi pada patogen.

Meskipun Penyakit Busuk Buah Phytophthora merupakan ancaman yang menakutkan, ia dapat dikelola dan kerugiannya dapat ditekan. Kunci kesuksesannya terletak pada konsistensi dan kedisiplinan dalam menerapkan praktik-praktik pengelolaan kebun yang baik, dengan sanitasi sebagai tindakan yang paling murah dan paling efektif. Dengan pendekatan yang efektif, produktivitas dan kualitas kebun kakao dapat tetap terjaga..           

 

Daftar Pustaka:

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2017). Pedoman Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kakao.      Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Maya DIT, Priyono B, Ruzelfin, Abiyoso K. 2006. Pedoman Teknis Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Tanaman Kakao. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian.

Novariyanthy M, Maya DIT. 2007. Pedoman Pengamatan dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Kakao. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian.