(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

PENYAKIT VIRUS BELANG PADA TANAMAN KACANG TANAH

Admin distan | 06 November 2025 | 23 kali


Oleh: Shierly P. V. Nainggolan, SP. / POPT Ahli Pertama

pada Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Seririt

    

Penyakit virus belang telah ditemukan secara meluas di berbagai lokasi sentra produksi kacang tanah pada sejumlah negara termasuk negara Amerika, India, Sudan maupun Indonesia. Laporan pertama mengenai penyakit ini muncul sekitar tahun 1970 di Indonesia. Kerugian hasil terhadap tanaman yang ditimbulkan mencapai 29,6 persen, sedangkan pada varietas yang rentan dapat mencapai hingga 70 persen. Penyakit ini telah menyebar secara luas dengan potensi yang dapat menurunkan produksi secara signifikan. Oleh karena itu berdasarkan sudut pandang ekonomi maka penyakit virus belang dianggap sebagai masalah yang serius.

Patogen dari penyakit ini adalah Peanut Mottle Virus (PMoV). Virus yang dimurnikan mempunyai zarah-zarah berbentuk batang lentur, dimana yang terbanyak mempunyai panjang 700-750 nm. Virus ini dapat ditularkan secara mekanik oleh kutu daun dan oleh biji tanaman sakit. Penyakit dapat ditularkan oleh kutu daun Aphis craccivora Koch yang umum terdapat pada tanaman kacang tanah dan kacang panjang. Satu sampai tiga ekor kutu cukup mampu untuk menularkan penyakit. Bermacam-macam stadium dan umur kutu ini dapat menularkan virus. Virus hanya dapat bertahan kurang dari 24 jam dalam badan Aphis. Virus bersifat nonpersisten. Virus tidak dapat diturunkan dari induk ke anaknya. Kutu yang mengandung virus sudah dapat menularkan virus ke tanaman sehat jika dibiarkan menghisap selama tiga menit. PMoV dapat ditularkan lewat benih sakit, dimana persentase penularan berkisar antara 0 hingga 3 persen. Apabila berdekatan dengan kacang tanah sakit yang berasal dari benih terinfeksi, maka dapat menginfeksi tanaman disekitarnya. Jarak penularan PMoV relatif dekat, sehingga jumlah tanaman yang terinfeksi terbanyak hingga jarak 50 meter dari sumber infeksi dan pada jarak selebihnya persentase tanaman terinfeksi sudah sangat rendah.

Pertanaman kacang tanah yang terinfeksi oleh penyakit virus belang menunjukkan gejala berupa belang-belang tidak beraturan berwarna hijau tua pada daun. Warna daun tanaman yang sakit lebih pucat dari daun normal, dimana pertumbuhan tanaman lebih pendek dibandingkan tanaman sehat. Pada helaian anak daun terdapat gambaran belang-belang yang tidak teratur yang berwarna hijau tua dan hijau muda. Ukuran daun tidak banyak berbeda daripada daun yang sehat. Infeksi yang terjadi pada waktu tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotik. Berdasarkan hasil penelitian Sujana dan Wiswasta (1989) tanaman yang terinfeksi dengan umur yang berbeda-beda diketahui bahwa serangan penyakit mampu mengurangi jumlah polong, jumlah biji dan berat kering biji. Semakin awal terjadinya infeksi, maka pengurangan hasil semakin besar.

Keberhasilan tindakan pengendalian penyakit ini berkaitan erat dengan pengetahuan tentang epidemi dan sifat-sifat virus, ekologi vektor maupun tanaman inang utama. Mengobati tanaman yang telah terinfeksi virus di lapangan adalah tidak mungkin karena sampai sekarang belum tersedia obat yang efektif menekan/menginaktifkan virus, tanpa mempengaruhi metabolisme tanaman. Hingga saat ini upaya pengendalian penyakit virus lebih diusahakan pada upaya mengurangi/menghilangkan sumber infeksi di dalam dan di luar pertanaman, membatasi laju penyebaran vektor dan mengurangi pengaruh infeksi terhadap hasil panen atau meningkatkan ketahanan tanaman. Ketahanan terhadap virus merupakan salah satu metode terbaik untuk pengendalian penyakit, namun pada umumnya kacang tanah varietas komersial rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus. Sejauh ini belum ditemukan kultivar kacang tanah yang tahan terhadap infeksi PMoV. Selain varietas yang tahan, varietas yang toleran juga merupakan alternatif untuk mengendalikan PMoV. Misalnya galur PI 261945 dan PI 261946 yang toleran terhadap infeksi PMoV, tidak menunjukkan kehilangan hasil, sementara pada varietas Star yang rentan terhadap PMoV, kehilangan hasilnya mencapai 31 persen.

Cara untuk mengendalikan/mencegah penyakit belang pada daerah yang bukan endemi dapat mengikuti cara berikut, yaitu : (1) menghindari penanaman kacang tanah secara terus menerus dalam areal yang sama, (2) sebaiknya menggunakan benih yang berasal dari pertanaman yang diketahui tidak menunjukkan gejala terinfeksi PMoV, (3) melakukan pemusnahan terhadap tanaman yang berasal dari biji-biji yang tertinggal saat panen, (4) tidak menanam kacang tanah di dekat tanaman lain yang diketahui rentan terhadap PMoV seperti kedelai dan kacang tunggak, (5) melakukan penyiangan terhadap gulma di sekitar areal yang akan ditanami, (6) melakukan pengaturan saat tanam dimana menyesuaikan dengan fluktuasi populasi serangga vektor terutama A. craccivora untuk menghindari populasi puncak pada saat tanaman masih berumur kurang dari 50 hari, (7) melakukan rotasi tanaman dengan tanaman serealia, dan (8) melakukan tindakan pengendalian terhadap serangga vektor dengan menggunakan tanaman perangkap, penggunaan mulsa dari bahan yang dapat memantulkan cahaya, ataupun aplikasi insektisida kimia sebagai alternatif terakhir.    

 

Daftar Pustaka

Maulia A. S. dan M. Willis. 2003. Hama Utama Kacang Tanah dan Alternatif Pengendaliannya di Lahan Pasang Surut. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, hal 33-44. Dalam: Hama dan Penyakit Utama Palawija di Lahan Pasang Surut. Diakses pada https://reader.1lib.sk/read/hama-dan-penyakit-utama-palawija-di-lahan-pasang-surut.html

Saleh, N. dan Y. Baliadi. 2015. Penyakit Virus pada Kacang Tanah dan Upaya Pengendaliannya. Monograf Balitkabi No. 13, Hlm 306-328.

Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sujana, W. dan I. G. N. A. Wiswasta. 1989. Pengaruh Waktu Inokulasi Virus Belang Kacang Tanah (Peanut Mottle Virus) terhadap Hasil Panen Kacang Tanah (Arachis hypogaea) Varietas Lokal Klungkung. Kongr. Nas. X. PFI, Denpasar, Nov. 1989:212-214.