Oleh: I Wayan Rusman, S.P.
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan
Ahli Pertama
Pada Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Kubutambahan
Tanaman
kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
memiliki nilai ekonomis tinggi di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia.
Kelapa juga memiliki peran yang sangat penting, khususnya di provinsi bali
hampir keseluruhan bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk kehidupan
sehari-hari maupun untuk keperluan upacara agama. Akan tetapi, saat ini produktivitas
tanaman kelapa sering kali terhambat oleh serangan hama, salah satunya adalah Oryctes
rhinoceros, yang lebih dikenal sebagai kumbang tanduk. Kumbang ini
merupakan salah satu hama utama tanaman kelapa yang menyebabkan kerusakan
serius, terutama pada fase pertumbuhan tunas muda. Dengan rusaknya daun juga
mengurangi ketersediaan tunas muda yang sering disebut dengan busung yang
digunakan untuk membuat sarana upakara seperti canang. Ini menyebabkan kumbang
tanduk sering disebut sebagai musuh utama para petani kelapa.
Gejala Serangan Kumbang Tanduk
Gejala
serangan Oryctes rhinoceros pada tanaman kelapa ditandai oleh beberapa
ciri khas yang dapat diamati secara visual. Daun terpotong seperti guntingan
berbentuk huruf "V" terbalik: Kumbang dewasa menyerang pelepah daun
muda yang belum terbuka dengan cara menggerek dan memakan jaringan daun.
Setelah daun tersebut membuka, bekas gigitan akan tampak sebagai guntingan
berbentuk huruf "V" terbalik. Gejala ini merupakan indikasi khas
serangan O. rhinoceros. Kerusakan
pada titik tumbuh: Pada tanaman kelapa muda (berumur dua tahun atau kurang),
kumbang dapat merusak titik tumbuh. Kerusakan ini menyebabkan pertumbuhan
tanaman terganggu, dan dalam kasus serangan berat, tanaman dapat mati.
Pertumbuhan abnormal: Serangan pada pucuk yang masih berkembang dapat
menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal, seperti pucuk tumbuh miring,
bengkok, atau meliuk. Jika serangan mencapai titik tumbuh, tanaman mungkin
tidak dapat berkembang dengan baik.
Morfologi Hama
Menurut studi oleh Ramesh et al. (2020), O.
rhinoceros memiliki panjang tubuh sekitar 4,8 cm dan lebar 1,8 cm. Panjang
kepala mencapai 1,0 cm, dengan tanduk di dahi sepanjang 0,8 cm. Panjang sayap
mencapai 4,2 cm, dan panjang elytra (sayap keras) sekitar 2,8 cm. Kumbang ini
juga memiliki pronotum (bagian dorsal toraks) sepanjang 1,7 cm dan kaki
sepanjang 2,0 cm. Ciri khas lainnya termasuk adanya duri tibial yang menonjol
dan striae elytral yang lebar. Secara umum, morfologi O. rhinoceros ditandai
oleh tubuh yang besar dan kokoh, dengan tanduk yang menonjol pada jantan, yang
digunakan dalam pertarungan untuk perebutan wilayah atau pasangan. Pemahaman
mendalam tentang morfologi dan variasi ukuran kumbang ini sangat penting dalam
pengembangan strategi pengendalian hama yang efektif.
Siklus Hidup
1. Telur: Betina meletakkan
telur pada bahan organik yang membusuk, seperti batang pohon mati atau tumpukan
kompos. Telur menetas setelah sekitar 1,5–2 minggu.
2. Larva: Tahap larva terdiri
dari tiga instar dan berlangsung selama 4–6 bulan, tergantung pada kondisi
lingkungan dan ketersediaan makanan. Larva hidup pada bahan organik yang
berasal dari batang tanaman Famili Arecaceae yang membusuk, seperti kelapa
sawit, kelapa, sagu, dan pinang. Pertumbuhan larva dipengaruhi oleh kesesuaian
media tumbuh; media dari cacahan batang kelapa sawit cenderung lebih baik untuk
pertumbuhan larva dibandingkan dengan media dari tanaman lain.
3. Pupa: Setelah tahap larva,
kumbang memasuki fase pupa yang berlangsung sekitar 3 minggu. Selama periode
ini, pupa berkembang menjadi kumbang dewasa.
4. Dewasa: Kumbang dewasa muncul
setelah tahap pupa dan biasanya tetap berada di lokasi berkembang biak selama
3–4 minggu tambahan hingga kutikula mereka mengeras dan otot penerbangan serta
organ reproduksi berkembang sepenuhnya. Setelah itu, mereka terbang ke pohon
kelapa atau kelapa sawit terdekat untuk makan dan kawin. Betina dapat hidup
hingga 9 bulan, sementara jantan hidup sekitar 6 bulan. Selama masa hidupnya,
betina dapat meletakkan hingga 150 telur, dengan rata-rata total 90–100 telur
per betina.
Siklus
hidup lengkap dari telur hingga dewasa memakan waktu sekitar 4–9 bulan,
tergantung pada kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembapan. Suhu optimal
untuk perkembangan larva adalah sekitar 27°C dengan kelembapan relatif 85–95%.
Pengetahuan
dasar tentang gejala serangan, morfologi serta siklus hidup dari Oryctes
rhinoceros, merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dengan
mengenal lebih dalam bagaimana hama menyebabkan kerusakan pada tanaman,
bagaimana bentuk hama tersebut, bagaimana siklus hidupnya, petani dapat dengan
cepat dan tepat memilih Teknik pengendalian yang dilakukan.
Sumber Pustaka:
Doringin, D., & Ngantung, J. (2018). Gejala
serangan Oryctes rhinoceros pada tanaman kelapa. Cocos: Journal of Coconut
Research, Universitas Sam Ratulangi. Diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/cocos/article/download/21175/20884/43112
Neliti. (n.d.). Oryctes rhinoceros L. dan usaha
pengendaliannya. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/156357-ID-oryctes-rhinoceros-l-dan-usaha-pengendal.pdf.
Ramesh, D., Vinuthan, M.K., Chandrashekara, N., & Chandramohan, S. (2020). Morphometric analysis of Oryctes rhinoceros and Onthophagus bonasus Fabricius in Hassan district of Karnataka. Journal of Entomology and Zoology Studies, 8(4), 78-81.
Tipus, T. (2019). Siklus Hidup Oryctes rhinoceros. Universitas Andalas. Retrieved from https://scholar.unand.ac.id/460880/6/Tipus%20.pdf