(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Mengenal Ekologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros): Musuh Utama Petani Kelapa

Admin distan | 23 Desember 2024 | 169 kali

Oleh: I Wayan Rusman, S.P.

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama

Pada Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan

Tanaman kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia. Kelapa juga memiliki peran yang sangat penting, khususnya di provinsi bali hampir keseluruhan bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk keperluan upacara agama. Akan tetapi, saat ini produktivitas tanaman kelapa sering kali terhambat oleh serangan hama, salah satunya adalah Oryctes rhinoceros, yang lebih dikenal sebagai kumbang tanduk. Kumbang ini merupakan salah satu hama utama tanaman kelapa yang menyebabkan kerusakan serius, terutama pada fase pertumbuhan tunas muda. Dengan rusaknya daun juga mengurangi ketersediaan tunas muda yang sering disebut dengan busung yang digunakan untuk membuat sarana upakara seperti canang. Ini menyebabkan kumbang tanduk sering disebut sebagai musuh utama para petani kelapa.

Gejala Serangan Kumbang Tanduk

Gejala serangan Oryctes rhinoceros pada tanaman kelapa ditandai oleh beberapa ciri khas yang dapat diamati secara visual. Daun terpotong seperti guntingan berbentuk huruf "V" terbalik: Kumbang dewasa menyerang pelepah daun muda yang belum terbuka dengan cara menggerek dan memakan jaringan daun. Setelah daun tersebut membuka, bekas gigitan akan tampak sebagai guntingan berbentuk huruf "V" terbalik. Gejala ini merupakan indikasi khas serangan O. rhinoceros.  Kerusakan pada titik tumbuh: Pada tanaman kelapa muda (berumur dua tahun atau kurang), kumbang dapat merusak titik tumbuh. Kerusakan ini menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, dan dalam kasus serangan berat, tanaman dapat mati. Pertumbuhan abnormal: Serangan pada pucuk yang masih berkembang dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal, seperti pucuk tumbuh miring, bengkok, atau meliuk. Jika serangan mencapai titik tumbuh, tanaman mungkin tidak dapat berkembang dengan baik.

Morfologi Hama

Menurut studi oleh Ramesh et al. (2020), O. rhinoceros memiliki panjang tubuh sekitar 4,8 cm dan lebar 1,8 cm. Panjang kepala mencapai 1,0 cm, dengan tanduk di dahi sepanjang 0,8 cm. Panjang sayap mencapai 4,2 cm, dan panjang elytra (sayap keras) sekitar 2,8 cm. Kumbang ini juga memiliki pronotum (bagian dorsal toraks) sepanjang 1,7 cm dan kaki sepanjang 2,0 cm. Ciri khas lainnya termasuk adanya duri tibial yang menonjol dan striae elytral yang lebar. Secara umum, morfologi O. rhinoceros ditandai oleh tubuh yang besar dan kokoh, dengan tanduk yang menonjol pada jantan, yang digunakan dalam pertarungan untuk perebutan wilayah atau pasangan. Pemahaman mendalam tentang morfologi dan variasi ukuran kumbang ini sangat penting dalam pengembangan strategi pengendalian hama yang efektif.

Siklus Hidup

1.  Telur: Betina meletakkan telur pada bahan organik yang membusuk, seperti batang pohon mati atau tumpukan kompos. Telur menetas setelah sekitar 1,5–2 minggu.

2.  Larva: Tahap larva terdiri dari tiga instar dan berlangsung selama 4–6 bulan, tergantung pada kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan. Larva hidup pada bahan organik yang berasal dari batang tanaman Famili Arecaceae yang membusuk, seperti kelapa sawit, kelapa, sagu, dan pinang. Pertumbuhan larva dipengaruhi oleh kesesuaian media tumbuh; media dari cacahan batang kelapa sawit cenderung lebih baik untuk pertumbuhan larva dibandingkan dengan media dari tanaman lain.

3.  Pupa: Setelah tahap larva, kumbang memasuki fase pupa yang berlangsung sekitar 3 minggu. Selama periode ini, pupa berkembang menjadi kumbang dewasa.

4.  Dewasa: Kumbang dewasa muncul setelah tahap pupa dan biasanya tetap berada di lokasi berkembang biak selama 3–4 minggu tambahan hingga kutikula mereka mengeras dan otot penerbangan serta organ reproduksi berkembang sepenuhnya. Setelah itu, mereka terbang ke pohon kelapa atau kelapa sawit terdekat untuk makan dan kawin. Betina dapat hidup hingga 9 bulan, sementara jantan hidup sekitar 6 bulan. Selama masa hidupnya, betina dapat meletakkan hingga 150 telur, dengan rata-rata total 90–100 telur per betina.

Siklus hidup lengkap dari telur hingga dewasa memakan waktu sekitar 4–9 bulan, tergantung pada kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembapan. Suhu optimal untuk perkembangan larva adalah sekitar 27°C dengan kelembapan relatif 85–95%.

Pengetahuan dasar tentang gejala serangan, morfologi serta siklus hidup dari Oryctes rhinoceros, merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dengan mengenal lebih dalam bagaimana hama menyebabkan kerusakan pada tanaman, bagaimana bentuk hama tersebut, bagaimana siklus hidupnya, petani dapat dengan cepat dan tepat memilih Teknik pengendalian yang dilakukan.

 

Sumber Pustaka:

Doringin, D., & Ngantung, J. (2018). Gejala serangan Oryctes rhinoceros pada tanaman kelapa. Cocos: Journal of Coconut Research, Universitas Sam Ratulangi. Diakses dari https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/cocos/article/download/21175/20884/43112

Neliti. (n.d.). Oryctes rhinoceros L. dan usaha pengendaliannya. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/156357-ID-oryctes-rhinoceros-l-dan-usaha-pengendal.pdf.

Ramesh, D., Vinuthan, M.K., Chandrashekara, N., & Chandramohan, S. (2020). Morphometric analysis of Oryctes rhinoceros and Onthophagus bonasus Fabricius in Hassan district of Karnataka. Journal of Entomology and Zoology Studies, 8(4), 78-81.

Tipus, T. (2019). Siklus Hidup Oryctes rhinoceros. Universitas Andalas. Retrieved from https://scholar.unand.ac.id/460880/6/Tipus%20.pdf

Berita Terpopuler
Tidak ada data