Oleh: Shierly P. V. Nainggolan, SP.
/ POPT Ahli Pertama
pada Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Seririt
Tembakau merupakan
salah satu tanaman perkebunan yang memiliki prospek bagi penerimaan devisa
negara. Salah satu kendala yang dapat menurunkan produktivitas maupun kualitas tanaman
tembakau adalah adanya serangan hama. Hama yang sering ditemukan menyerang
tembakau yaitu ulat grayak yang dikenal sebagai Spodoptera litura. Ulat
grayak atau S. litura (Lepidoptera : Noctuidae) merupakan hama utama
tanaman yang bersifat polifag dengan spektrum tanaman inang yang sangat luas
dan memiliki kemampuan adaptasi, mobilitas serta kemampuan menjadi resisten
yang tinggi. Tanaman inangnya sangat beragam, seperti tembakau, kacang tanah,
cabai, bawang, jarak, kubis, tanaman serat, sayuran dan tanaman hias.
Seekor
ngengat betina mampu menghasilkan 2.000-3.000 butir telur sepanjang hidupnya. Telur
berbentuk lonjong, dimana kadang agak pipih, memiliki diameter sekitar 0,6 mm dan diletakkan berkelompok yang
terdiri atas ratusan butir, ditutupi oleh sisik mirip rambut-rambut berwarna
coklat muda.
Ulat
(larva) yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau
hitam kecoklatan. Stadia larva terdiri dari 5-6 instar dengan total periode
selama 14 hari dan mengalami perubahan warna sesuai dengan perubahan instar
yang dialami. Larva bersembunyi di dalam tanah atau tempat yang lembab pada
siang hari dan menyerang tanaman pada malam hari atau pada intensitas cahaya
matahari yang rendah. Larva mulai ditemukan pada saat tanaman berumur 2 minggu
setelah tanam. Populasi S. litura sangat tinggi pada musim kemarau.
Pupa
berukuran 18-20 mm, tanpa kokon berwarna coklat muda dan pada saat akan menjadi
imago berubah menjadi coklat kemerahan. Pupa berada di dalam tanah pada
kedalaman 5-6 cm, terbungkus selongsong berbentuk silinder. Periode pupa
berlangsung selama 7,36 hari. Imago S. litura berupa ngengat berukuran
15-20 mm. Perbedaan ngengat jantan dengan ngengat betina berdasarkan garis
kebiruan pada ujung dan pangkal sayap depan. Ngengat betina mempunyai sayap
depan berwarna coklat dengan bercak-bercak coklat muda. Sayap belakang putih
dengan pinggiran coklat. Panjang rentangan sayap 35-40 mm. Total daur hidupnya
rata-rata selama 34,85 hari. Serangga ini berkembang baik pada kisaran suhu
26–35,1 oC dan kelembaban 62-89%.
Larva
S. litura merupakan pemakan daun dan mengakibatkan kerusakan pada
sebagian besar tanaman akibat aktivitas makan larva yang pesat. Apabila
serangan terjadi pada tanaman muda maka dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
menjadi kerdil atau terlambat
berkembang. S. litura makan pada permukaan bawah daun dan meninggalkan
tulang-tulang daun. Larva muda menyerang secara berkelompok dan meninggalkan
banyak lubang kecil bekas gigitan yang akhirnya menyebar di seluruh daun. Seiring dengan perkembangan larva maka aktivitas
makan larvapun meningkat.
Daftar
Pustaka
Deepak,
G., S. P. Yadav, S. Yadav & R. Puneet. 2020. “Biology studies of tobacco
caterpillar Spodoptera litura Fabricius on castor (Ricinus communis
L.)”. J. Entomol.
Zool. Studies 8(2):1163-1168.
Kalshoven,
L. G. E. 1980. ‘The pests of crops in Indonesia”. Revised by P.A. van der Laan.
PT. Ichtiar Baru-van Hoeve.
Selvaraj,
S., D. Adiroubane, V. Ramesh & A. L. Narayanan. 2010. “Impact of ecological
factors on incidence and development of tobacco cut worm, Spodoptera litura
Fabricius on cotton”. J. Biopesticides 3(1):043-046.
Prabaningrum L. dan
T. K. Moekasan, 2022. Ulat Grayak, Spodoptera spp. : Hama Polifag,
Bioekologi dan Pengendaliannya. IAARD Press, Jakarta. Diakses pada laman
https:// repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/11818175-f992-4ebb-9447-ed028e2d8406/content
tanggal 18 November 2024