Oleh:
Shierly P. V. Nainggolan, SP. / POPT Ahli Pertama
pada Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Seririt
Penyakit bercak daun merupakan penyakit
penting pada kacang tanah. Berdasarkan waktu infeksinya maka bercak yang
disebabkan oleh Cercospora arachidicola disebut penyakit bercak daun
awal (early leaf spot), sedangkan yang disebabkan oleh C. personata
disebut bercak daun akhir (late leaf spot). Gejala awal sudah dapat
ditemui sejak awal pertumbuhan yaitu 30 hari setelah tanam dimana muncul bercak
cokelat muda hingga coklat tua dengan dikelilingi lingkaran membentuk cincin
tipis berwarna kuning. Pertumbuhan optimum C. arachidicola berada pada
suhu 12-35 derajat Celcius sehingga dapat dengan mudah menginfeksi tanaman
kacang tanah yang tumbuh subur pada suhu tersebut. Penyakit bercak lanjut
mempunyai bercak yang lebih gelap kehitaman dan tanpa halo. Selanjutnya membentuk
bercak besar, dimana yang menyebabkan daun mengering dan rontok. Penyakit
umumnya terjadi pada fase generatif dan serangan parah pada fase pengisian
polong. Apabila penyakit tidak dikendalikan maka dapat menyebabkan penurunan
produksi hingga 50–80 persen.
Tangkai konidium C. arachidicola
berbentuk tabung panjang, lekuk seperti lutut, tidak berwarna, tumbuh
berkelompok (rumpun). Konidium berbentuk seperti gada dan bersekat, terdiri
atas 3–4 ruas. Konidium cendawan C. personata lebih besar dan lebih
panjang daripada C. arachidicola. Cendawan C. personata mempunyai
askospora yang disebut Mycosphaerella berkeleyii. Konidiofor dibentuk di
dalam stroma yang umumnya terdapat pada permukaan bawah daun.
Ketahanan kacang tanah terhadap penyakit
bercak dipengaruhi oleh gen-gen tahan dan faktor lingkungan. Power et al.
(2013) menyebutkan belum pernah dilaporkan adanya ketahanan yang lengkap pada kacang
tanah, ketahanannya hanya bersifat sebagian dan yang berperan beberapa gen
minor saja. Selain itu suhu dan kelembapan berpengaruh terhadap perkembangan
penyakit dan patogenisitas. Penyakit akan mudah tersebar saat lingkungan memiliki
intensitas hujan dan kelembaban yang tinggi karena terjadi persebaran melalui
percikan air hujan yang membawa spora dari daun yang sudah terinfeksi ke daun
yang belum terinfeksi. Pada cuaca lembab, penyakit berkembang cepat pada saat
tanaman berumur 40-45 hari, sedangkan pada cuaca kering pada umur 70 hari.
Apabila kelembapan udara sekitar 95 persen maka proses penetrasi terjadi selama
6-8 jam. Pada kelembapan yang rendah proses penetrasi akan lebih lama.
Kesuburan tanah mempengaruhi perkembangan penyakit, dimana pada lahan yang
kekurangan unsur Magnesium maka intensitas perkembangan penyakit bercak daun
akan semakin meningkat.
Beberapa cara pengendalian yang dapat
diterapkan adalah penanaman varietas tahan, sanitasi, rotasi tanaman, pengendalian
hayati, fungisida nabati dan fungisida kimiawi. Pemilihan varietas mempengaruhi
terhadap perkembangan penyakit bercak daun, dimana varietas Bison, Jerapah,
Kelinci dan Badak tergolong agak tahan sedangkan Pelanduk bersifat rentan.
Sanitasi lingkungan dan rotasi tanaman dimaksudkan untuk mengurangi sumber
inokulum awal. Sumber inokulum dapat hidup di dalam tanah dalam periode waktu
yang lama yaitu tiga sampai empat tahun. Proses pengendalian penyakit dapat
menggunakan agen hayati seperti Streptomyces sp. dimana dapat
meningkatkan tersedianya nutrisi seperti fosfor, sulfur, besi dan mampu
memproduksi auksin, IAA, dan siderofor sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan
tanaman. Inokulasi Streptomyces sp. pada pertumbuhan awal tanaman dapat
menyebabkan tanaman tahan terhadap patogen berikutnya. Selain itu dapat pula menggunakan
suspensi Bacillus circulans GRS 243 atau Serratia marcescens
dimana dapat menekan kehilangan hasil masing-masing sebesar 62 dan 75 persen di
lapangan. Pemberian Trichoderma harzianum sebanyak 5,06 g per 100 ml untuk
setiap 5 hari sekali dapat menurunkan intensitas serangan penyakit.
Pengendalian dengan menggunakan fungisida
nabati seperti minyak cengkeh yang disemprotkan pada daun yang terinfeksi
penyakit dapat menurunkan intensitas serangan penyakit bercak daun sebesar 58
persen dibandingkan dengan tanpa perlakuan minyak cengkeh. Selain itu,
penggunaan ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum) untuk mengendalikan penyakit
bercak daun yang disebabkan C. arachidicola. Dalam pelaksanaan pengendalian
menggunakan fungisida nabati harus diperhatikan konsentrasinya dan untuk
mendapatkan hasil yang efektif harus digabungkan dengan cara pengendalian lain
yang lebih sesuai dengan kondisi tempat. Pengendalian dengan fungisida kimiawi
yang masih dapat dianjurkan adalah fungisida dengan bahan aktif tiofanat metil,
binomil, bitertanol, mancozeb atau carbendazim.
Daftar Pustaka
Amalia, D. 2020.
Reaksi Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Penyakit
Bercak Daun (Cercospora sp.) dan Agens Pengendali Hayati Streptomyces sp.
(Skripsi). Universitas Jember.
Compant, S., B.
Duffy., J. Nowak., C Clement and E. A. Barka. 2005. Use of Plant
Growth-Promoting Bacteria for Biocontrol of Plant Diseases: Principles,
Mechanisms of Action, and Future Prospects. Applied and Environmental
Microbiology, 1(71), 4951-4959.
Gowdar, S. B., H.
Deepa and Y. S. Amresh. 2018. A Brief Review on Biocontrol Potential and PGPR
traits of Streptomyces sp. for the Management of Plants Disease. Journal
Pharmacognosy and Phytochemistry, 7(5), 3-7.
Inayati, A. dan E.
Yusnawan. 2016. Tanggap Genotipe Kacang Tanah terhadap Penyakit Bercak Daun
Cercospora dan Karat Daun Puccinia. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 12 (1) :
9-19.
Power I. L.,
Culbreath A. K., and Tillman B. L. 2013.
Characterization of Resistance of Peanut to Puccinia arachidis. Online Plant
Health Progress. DOI: http://doi.org/10.1094/PHP-2013-1125-02-RS.
Savitri, A. A., W.
Oktasari dan E. D. Novianto. 2025. Pengaruh Trichoderma harzianum dalam
Peningkatan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan
Pengendalian Penyakit Bercak Daun. Jurnal Agrotek Lestari 11(1):1-9.
Semangun, H. 2008.
Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sumartini. 2008.
Bioekologi dan Pengendalian Penyakit Bercak Daun pada Kacang Tanah. Bul.
Palawija 16:18-26.