Vanili
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi
dan termasuk ke dalam komoditas ekspor penghasil devisa yang masih potensial
dikembangkan di Indonesia. Komoditas vanili Indonesia masih terbuka luas karena
dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia, permintaan vanili diperkirakan akan
terus meningkat. Namun saat ini terjadi fluktuasi produksi vanili di Indonesia,
selain disebabkan oleh teknik budidaya yang tidak tepat, juga disebabkan oleh
serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang termasuk ke dalam golongan
jamur.
Penyakit
busuk batang vanili (BBV) merupakan salah satu kendala utama dalam usahatani vanili
sampai saat ini. Penyakit busuk batang ini disebabkan oleh infeksi jamur Fusarium oxysporum f.sp. vanillae. Penyakit BBV ini dapat menyerang seluruh
bagian tanaman pada semua fase pertumbuhan tanaman, tetapi serangan utama
biasanya pada batang. Penyakit ini menyebabkan kerugian yang sangat besar
akibat matinya tanaman (50% - 100%), memperpendek umur produksi dari 10 kali
panen menjadi dua kali, bahkan tidak dapat berproduksi, serta mutu buah sangat
rendah.
Jamur F. oxysporum f.sp. vanillae adalah jamur yang mampu bertahan hingga bertahun-tahun di
dalam tanah disekitar kebun vanili. F.
oxysporum f.sp. vanillae dapat hidup selama itu meski tanpa tanaman inang. Pada
tanaman panili cendawan ini dapat menginfeksi bagian batang, akar, bahkan buah.
Kendatipun demikian, buah yang diserang adalah buah yang sudah hampir masak.
Penularannya dapat terjadi karena beberapa media yang antara lain melalui
kontak langsung bagian batang dengan cendawan ini, serangga, air hujan, tanah,
atau karena infeksi dari awal penanaman bibit
Upaya pengendalian penyakit BBV dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti:
a. Sanitasi. Apabila
terdapat tanaman yang bergejala BBV ringan, segera mungkin dilakukan pemotongan
pada bagian tanaman yang terserang untuk meminilalisir sumber inokulum penyakit.
b. Eradikasi. Lakukan
eradikasi pada tanaman yang menunjukkan gejala berat.
c. Aplikasi agen hayati. Lakukan
aplikasi agen hayati secara berkala sebagai upaya preventif penularan penyakit
BBV.
d. Bibit bersertifikat. Pada
kebun baru, gunakan bibit vanili bersertifikat sehingga akan terhindar dari
bibit yang terkontaminasi penyakit. Jika membuat bibit sendiri, berikan
perlakuan dengan cara mencelupkan stek vanili pada larutan fungisida atau pada
larutan agen hayati seperti Trichoderma sp. atau Fusarium oxysporum
non patogenik (Fo.NP)
e. Langkah terpenting untuk
mencegah penyebaran penyakit BBV adalah rutin melakukan pemantauan kondisi
tanaman dan kondisi lingkungan kebun.