(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI

Admin distan | 17 Februari 2025 | 3765 kali

Oleh: Pande Made Giopany, S.P.

(POPT – Ahli Pertama BPP Kecamatan Sukasada)

 

Penyakit hawar daun pada tanaman padi juga dikenal sebagai bacterial leaf blight (BLB), disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Jepang pada akhir abad ke-19 dan sejak itu telah menyebar ke berbagai negara penghasil padi, termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama yang menyerang tanaman padi di berbagai negara.  Di Indonesia, penyakit hawar daun dilaporkan menyebabkan penurunan hasil panen padi sebesar 20-40% pada daerah endemik. Penggunaan varietas tahan dan praktik pengendalian terpadu dapat mengurangi kerugian tersebut hingga di bawah 10% (Suryadi, et al., 2018)

Gejala awal penyakit hawar daun biasanya muncul pada daun muda atau daun yang baru berkembang. Gejala serangan ditandai dengan munculnya bercak-bercak kecil berwarna hijau kekuningan pada tepi daun. Seiring waktu, bercak ini berkembang menjadi garis-garis memanjang berwarna kuning hingga kecoklatan, yang dikenal sebagai "streaking". Garis-garis ini dapat meluas dan menyatu, menyebabkan daun mengering dan mati. Pada tahap lanjut, daun yang terinfeksi akan tampak seperti terbakar, sehingga penyakit ini disebut "hawar" atau "blight". Pada kondisi parah, hawar dapat meluas ke seluruh daun, menyebabkan daun mengering dan mati. Infeksi berat dapat mengurangi kemampuan fotosintesis tanaman, sehingga berdampak pada penurunan hasil panen secara signifikan.

Gejala penyakit hawar daun dapat bervariasi tergantung pada stadium pertumbuhan tanaman. Selain gejala pada daun, bakteri juga dapat menginfeksi jaringan pembuluh tanaman, menyebabkan gejala yang disebut "kresek". Pada kondisi ini, tanaman padi mengalami layu mendadak, terutama pada fase anakan maksimum hingga pembungaan. Tanaman yang terinfeksi parah akan menghasilkan malai yang tidak terisi atau gabah hampa, yang secara langsung mengurangi hasil panen.

 

Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae menyebar melalui air, angin, alat pertanian, atau benih yang terkontaminasi. Bakteri ini dapat bertahan di sisa-sisa tanaman yang terinfeksi, jerami, atau gulma inang, sehingga menjadi sumber inokulum untuk musim tanam berikutnya. Kondisi lingkungan yang lembab, suhu hangat (25-30°C), dan kelembapan tinggi sangat mendukung perkembangan penyakit ini. Selain itu, penggunaan pupuk nitrogen berlebihan dan sistem irigasi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan kerentanan tanaman terhadap infeksi.

Penyakit hawar daun memiliki dampak ekonomi yang signifikan, terutama di negara-negara penghasil padi seperti Indonesia. Kerugian hasil panen dapat mencapai 50% jika infeksi terjadi pada fase vegetatif awal. Selain itu, biaya pengendalian penyakit ini juga cukup tinggi, termasuk penggunaan bakterisida dan penerapan praktik budidaya yang lebih intensif. Sehingga diperlukan pendekatan terpadu yang mencakup aspek preventif dan kuratif. 

Pengendalian penyakit hawar daun dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa strategi, diantaranya:

1.             Penggunaan varietas tahan

Menanam varietas padi yang tahan terhadap penyakit hawar daun adalah langkah paling efektif dan ramah lingkungan. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap BLB antara lain IR64, Ciherang, Inpari 13, dan Inpari 30.

2.             Pengelolaan air

Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae menyebar dengan cepat melalui air. Oleh karena itu, menghindari genangan air yang berlebihan di lahan sawah sangat penting. Sistem pengairan berselang (intermittent irrigation) direkomendasikan untuk mengurangi kelembapan yang mendukung perkembangan bakteri. Selain itu, drainase yang baik juga dapat membantu mengurangi risiko penyebaran penyakit (International Rice Research Institute [IRRI], 2018).

3.             Sanitasi lahan

Membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dengan cara dibakar adalah salah satu langkah penting untuk mencegah bakteri bertahan di lahan. Jerami atau sisa tanaman yang terinfeksi harus segera dikeluarkan dari lahan setelah panen. Alat pertanian juga harus dibersihkan secara rutin dengan desinfektan untuk menghindari kontaminasi.

4.             Pemupukan Berimbang

Pemupukan nitrogen berlebihan dapat menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap infeksi penyakit hawar daun. Pemupukan yang seimbang dengan unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Zn, Fe) akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Penggunaan pupuk organik juga direkomendasikan untuk meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman.

 

5.             Pengendalian gulma

Gulma dapat menjadi inang alternatif bagi bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Oleh karena itu, pengendalian gulma secara rutin sangat penting untuk mengurangi sumber inokulum di lahan.

6.             Pemantauan rutin

Melakukan pemantauan rutin terhadap tanaman padi dapat membantu mendeteksi gejala penyakit sejak dini. Jika gejala hawar daun terdeteksi, tindakan pengendalian segera harus dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

7.             Pengendalian hayati

Penggunaan agens hayati seperti bakteri Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis telah terbukti efektif dalam menekan populasi bakteri penyebab penyakit hawar daun bakteri di lapangan (Suryadi et al., 2018).

8.             Penggunaan bakterisida

Aplikasi bakterisida seperti senyawa tembaga (copper-based fungicides) dapat membantu mengendalikan penyebaran bakteri. Namun, penggunaan bahan kimia harus dilakukan dengan bijak untuk menghindari resistensi bakteri dan dampak negatif terhadap lingkungan. Bakterisida sebaiknya digunakan sebagai langkah terakhir jika metode pengendalian lain tidak efektif.

  

Sumber Pustaka:

International Rice Research Institute [IRRI]. (2018). Bacterial Leaf Blight Management. http://www.knowledgebank.irri.org/decision-tools/rice-doctor/rice-doctor-fact-sheets/item/bacterial-blight. Diakses pada Februari 2025

Wijayanto B., Kiswanto, dan Gohan O.M. 2013. Hama dan Penyakit Utama Tanaman Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Kementerian Pertanian

Suryadi, Y., Susilowati, D. N., & Priyatno, T. P. (2018). Pengendalian Hayati Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) pada Padi Menggunakan Bakteri Endofit. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 14(2), 49-57.