Oleh: I Wayan
Rusman, S.P.
Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan
Karat daun kopi adalah penyakit
tanamanyang harus diwaspadai, penyakit ini pertama kali diselidiki di Danau
Victoria, Afrika Timur, pada 1861 dan diidentifikasi di Sri Lanka pada tahun
1867. Penyakit ini menurunkan hasil tanaman kopi dengan menyebabkan buah jatuh
prematur dan dapat merusak pohon. Karat daun kopi ditemukan pada semua spesies
kopi, namun intensitas tinggi biasanya ditemukan pada jenis kopi arabika.
Penyakit ini telah menyebar ke negara-negara penghasil kopi di Afrika, Asia,
dan Amerika, termasuk di Brazil sejak 1970, dan menjadi ancaman besar bagi kopi
komersial di Amerika Selatan dan Tengah. Penyakit ini juga mempengaruhi
produksi kopi di Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera, serta di
negara-negara seperti Uganda dan Kaledonia Baru, dengan kerugian produksi yang
signifikan.
Gejala
Penyakit
Karat daun kopi ditandai dengan bercak
kuning atau belang dan tepung oranye di bagian bawah daun, serta klorotik di
sisi atas daun. Awalnya, bercak berukuran 2-3 mm, tetapi berkembang menjadi
beberapa sentimeter. Pustule berisi spora jamur urediniospora yang
berwarna kuning. Lesio muda muncul sebagai bercak klorotik kecil, yang kemudian
menjadi nekrotik. Daun yang lebih tua menunjukkan lesio yang menyatu dan
menutupi permukaan daun, meskipun biasanya daun jatuh sebelum mencapai tahap
ini. Jamur parasit Verticillium lecanii dapat menutupi bercak, membuat
tampilan menjadi pucat. Gejala khusus lainnya adalah gugurnya daun prematur,
terutama pada pohon yang berbuah lebat. Buah yang terinfeksi berkembang dengan
tidak maksimal dan terasa lemah, akibat tanaman mengalihkan hara ke buah, yang
dikenal dengan istilah "overbearing dieback," sehingga
menyebabkan nekrosis pada ujung ranting dan dapat menyebabkan kematian pohon.
Karat daun kopi lebih parah pada pohon berbuah lebat, dengan siklus penyakit
yang parah diikuti dengan musim pertumbuhan vegetatif yang buruk. Selain Hemileia
vastatrix, ada spesies lain H. coffeicola yang juga mempengaruhi
kopi, tetapi terbatas pada daerah lebih basah di Afrika dan tidak seberbahaya H.
vastatrix.
Penyebab
Penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Hemileia
vastatrix, yang termasuk dalam kelas Pucciniomycetes. Jamur ini berkembang
biak melalui spora yang menyebar oleh angin, hujan, dan serangga. Infeksi
terjadi ketika spora masuk melalui stomata daun dan tumbuh di antara sel daun.
Perkembangan penyakit sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu, dengan
infeksi yang lebih sering terjadi pada daun yang lebih tua daripada daun muda.
Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
Karat daun kopi berkembang dengan cepat pada
daerah dengan suhu tinggi dan lembab. Perkecambahan urediniospora membutuhkan
air dan suhu antara 15 derajat Celsius dan 28 derajat Celsius. Infeksi sering
terjadi setelah musim hujan, di mana spora dapat berkembang dengan cepat.
Faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan kepadatan daun pada
tanaman memengaruhi perkembangan penyakit. Daun muda lebih tahan terhadap
infeksi, sementara daun yang lebih tua lebih rentan. Daun baru akan terpengaruh
setelah daun tua terjatuh. Beberapa daun berguguran memperlemah pohon dan
mengakibatkan penurunan hasil, mati pucuk, ranting dan kematian pohon.
Cara
Pengendalian Penyakit
Pengendalian
karat daun kopi dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:
1.
Pengendalian
Kimia
Fungisida masih menjadi
metode utama dalam mengendalikan karat daun kopi. Fungisida dapat digunakan
untuk mencegah infeksi dengan cara melindungi permukaan bawah daun, tempat
jamur masuk. Aplikasi fungisida harus dilakukan sebelum dan selama periode
hujan untuk memberikan perlindungan maksimal. Teknik penyemprotan yang tepat,
seperti penyemprotan dengan volume rendah namun merata, penting untuk
memastikan daun terlapisi secara merata. Fungisida tembaga adalah yang paling
umum digunakan, antara lain; Cuprous oxide 50% Cu WP, dosis 3,8 kg/ha, Cupric
hydroxide 50% Cu WP, dosis 3,8 kg/ha dan Cupric chloride 50% Cu WP, dosis 7
kg/ha.
2.
Ketahanan
Varietas
Beberapa
varietas kopi, seperti Catimor dan Ruiru 11, telah dikembangkan
untuk tahan terhadap karat daun kopi. Namun, walaupun varietas baru yang lebih
tahan terhadap penyakit ini terus dikembangkan, tetapi jamur juga terus
beradaptasi dengan lingkungan dan dapat mengatasi ketahanan tersebut.
3.
Pengendalian
Budidaya
Praktek
budidaya yang tepat dapat membantu mengurangi risiko infeksi. Memperluas jarak
tanam dan melakukan pemangkasan yang baik dapat membantu mencegah daun basah
terlalu lama, sehingga mengurangi kondisi yang mendukung pertumbuhan jamur.
4.
Pengendalian
Biologi
Pengendalian
biologis menggunakan jamur parasit seperti Verticillium lecanii dan
beberapa spesies Darluca yang ditemukan pada pustule karat daun kopi
dapat membantu mengendalikan penyakit ini. Namun, pengaruh pengendalian
biologis ini terhadap perkembangan penyakit masih perlu penelitian lebih
lanjut.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
gejala, penyebab, dan cara pengendalian karat daun kopi, diharapkan dapat
membantu meningkatkan ketahanan tanaman kopi terhadap penyakit ini dan
mengurangi kerugian yang ditimbulkan.
Tinjuan
Pustaka
Agrios, G. N. (2005). Plant Pathology
(5th ed.). Academic Press.
Hernandez, M. (2012). The global spread
of coffee leaf rust and its impact on coffee production. Agricultural
Science, 21(3), 89-97.
Sudarma, I. M. (2015). Penyakit
Tanaman Perkebunan: Kelapa, Kopi, Panili, Cengkih, Tembakau, Karet, dan Jambu
Mete. Yogyakarta: Plantaxia.