(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Mengulas Lebih Dalam Penyakit Karat Daun Kopi (Coffee Leaf Rust)

Admin distan | 17 Maret 2025 | 92 kali


Oleh: I Wayan Rusman, S.P.

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan


Karat daun kopi adalah penyakit tanamanyang harus diwaspadai, penyakit ini pertama kali diselidiki di Danau Victoria, Afrika Timur, pada 1861 dan diidentifikasi di Sri Lanka pada tahun 1867. Penyakit ini menurunkan hasil tanaman kopi dengan menyebabkan buah jatuh prematur dan dapat merusak pohon. Karat daun kopi ditemukan pada semua spesies kopi, namun intensitas tinggi biasanya ditemukan pada jenis kopi arabika. Penyakit ini telah menyebar ke negara-negara penghasil kopi di Afrika, Asia, dan Amerika, termasuk di Brazil sejak 1970, dan menjadi ancaman besar bagi kopi komersial di Amerika Selatan dan Tengah. Penyakit ini juga mempengaruhi produksi kopi di Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera, serta di negara-negara seperti Uganda dan Kaledonia Baru, dengan kerugian produksi yang signifikan.

Gejala Penyakit

Karat daun kopi ditandai dengan bercak kuning atau belang dan tepung oranye di bagian bawah daun, serta klorotik di sisi atas daun. Awalnya, bercak berukuran 2-3 mm, tetapi berkembang menjadi beberapa sentimeter. Pustule berisi spora jamur urediniospora yang berwarna kuning. Lesio muda muncul sebagai bercak klorotik kecil, yang kemudian menjadi nekrotik. Daun yang lebih tua menunjukkan lesio yang menyatu dan menutupi permukaan daun, meskipun biasanya daun jatuh sebelum mencapai tahap ini. Jamur parasit Verticillium lecanii dapat menutupi bercak, membuat tampilan menjadi pucat. Gejala khusus lainnya adalah gugurnya daun prematur, terutama pada pohon yang berbuah lebat. Buah yang terinfeksi berkembang dengan tidak maksimal dan terasa lemah, akibat tanaman mengalihkan hara ke buah, yang dikenal dengan istilah "overbearing dieback," sehingga menyebabkan nekrosis pada ujung ranting dan dapat menyebabkan kematian pohon. Karat daun kopi lebih parah pada pohon berbuah lebat, dengan siklus penyakit yang parah diikuti dengan musim pertumbuhan vegetatif yang buruk. Selain Hemileia vastatrix, ada spesies lain H. coffeicola yang juga mempengaruhi kopi, tetapi terbatas pada daerah lebih basah di Afrika dan tidak seberbahaya H. vastatrix.

Penyebab Penyakit

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix, yang termasuk dalam kelas Pucciniomycetes. Jamur ini berkembang biak melalui spora yang menyebar oleh angin, hujan, dan serangga. Infeksi terjadi ketika spora masuk melalui stomata daun dan tumbuh di antara sel daun. Perkembangan penyakit sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu, dengan infeksi yang lebih sering terjadi pada daun yang lebih tua daripada daun muda.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

Karat daun kopi berkembang dengan cepat pada daerah dengan suhu tinggi dan lembab. Perkecambahan urediniospora membutuhkan air dan suhu antara 15 derajat Celsius dan 28 derajat Celsius. Infeksi sering terjadi setelah musim hujan, di mana spora dapat berkembang dengan cepat. Faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan kepadatan daun pada tanaman memengaruhi perkembangan penyakit. Daun muda lebih tahan terhadap infeksi, sementara daun yang lebih tua lebih rentan. Daun baru akan terpengaruh setelah daun tua terjatuh. Beberapa daun berguguran memperlemah pohon dan mengakibatkan penurunan hasil, mati pucuk, ranting dan kematian pohon.

Cara Pengendalian Penyakit

Pengendalian karat daun kopi dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:

1.    Pengendalian Kimia

Fungisida masih menjadi metode utama dalam mengendalikan karat daun kopi. Fungisida dapat digunakan untuk mencegah infeksi dengan cara melindungi permukaan bawah daun, tempat jamur masuk. Aplikasi fungisida harus dilakukan sebelum dan selama periode hujan untuk memberikan perlindungan maksimal. Teknik penyemprotan yang tepat, seperti penyemprotan dengan volume rendah namun merata, penting untuk memastikan daun terlapisi secara merata. Fungisida tembaga adalah yang paling umum digunakan, antara lain; Cuprous oxide 50% Cu WP, dosis 3,8 kg/ha, Cupric hydroxide 50% Cu WP, dosis 3,8 kg/ha dan Cupric chloride 50% Cu WP, dosis 7 kg/ha.

2.    Ketahanan Varietas

Beberapa varietas kopi, seperti Catimor dan Ruiru 11, telah dikembangkan untuk tahan terhadap karat daun kopi. Namun, walaupun varietas baru yang lebih tahan terhadap penyakit ini terus dikembangkan, tetapi jamur juga terus beradaptasi dengan lingkungan dan dapat mengatasi ketahanan tersebut.

3.    Pengendalian Budidaya

Praktek budidaya yang tepat dapat membantu mengurangi risiko infeksi. Memperluas jarak tanam dan melakukan pemangkasan yang baik dapat membantu mencegah daun basah terlalu lama, sehingga mengurangi kondisi yang mendukung pertumbuhan jamur.

4.    Pengendalian Biologi

Pengendalian biologis menggunakan jamur parasit seperti Verticillium lecanii dan beberapa spesies Darluca yang ditemukan pada pustule karat daun kopi dapat membantu mengendalikan penyakit ini. Namun, pengaruh pengendalian biologis ini terhadap perkembangan penyakit masih perlu penelitian lebih lanjut.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gejala, penyebab, dan cara pengendalian karat daun kopi, diharapkan dapat membantu meningkatkan ketahanan tanaman kopi terhadap penyakit ini dan mengurangi kerugian yang ditimbulkan.

Tinjuan Pustaka

Agrios, G. N. (2005). Plant Pathology (5th ed.). Academic Press.

Hernandez, M. (2012). The global spread of coffee leaf rust and its impact on coffee production. Agricultural Science, 21(3), 89-97.

Sudarma, I. M. (2015). Penyakit Tanaman Perkebunan: Kelapa, Kopi, Panili, Cengkih, Tembakau, Karet, dan Jambu Mete. Yogyakarta: Plantaxia.