(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI

Admin distan | 14 Oktober 2024 | 263 kali



Oleh : Rafika Ardiani, S.P POPT Ahli Pertama BPP Gerokgak


Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan jenis tanaman hortikultura kelompok sayuran buah yang bernilai ekonomi tinggi. Cabai merah biasa digunakan sebagai bumbu dapur, selain itu cabai merah umum digunakan sebagai bahan baku dalam industri pangan dan farmasi, sehingga komoditas ini memiliki peluang yang baik dalam hal pemasaran. Produktivitas cabai merah nasional tahun 2016 adalah 8,47 ton/ha , sedangkan pada tahun 2017 menurun sebesar 0,11% menjadi 8,46 ton/ha (BPS 2018).



Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2010). Namun di beberapa negara penyakit ini dianggap sebagai dua penyakit, yang masing-masing disebabkan oleh satu jamur (Semangun, 1989). Antraknosa merupakan salah satu jenis penyakit utama tanaman cabai merah yang disebabkan oleh adanya infeksi jamur Colletotrichum sp. Antraknosa dapat menyebabkan dieback atau mati pucuk pada tanaman dewasa yang kemudian diikuti infeksi pada buah, sehingga pada akhirnya menurunkan produktivitas tanaman cabai (Prasetyo 2017). Menurut BPPP (2016), antraknosa yang menyerang tanaman cabai dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 90% terutama jika terjadi pada saat musim hujan.


Penyakit antraknosa pada buah cabai disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Jamur dapat terbawa oleh biji atau benih dan akan menyerang tanaman di pembibitan. Jamur ini dapat bertahan pada sisa tanaman atau buah sakit dan dapat menjadi sumber penularan (Nawangsih dkk., 2001). Penyakit Antraknosa disebabkan oleh sejenis jamur Deuteromycotina yakni Colletotricum capsici. Jamur ini mempunyai hifa bersepta, mula-mula hialin kemudian menjadi sedikit gelap; aservulus banyak dibentuk pada permukaan bagian tanaman yang sakit pada daun aservulus dibentuk pada permukaan atas maupun permukaan bawah Colletotricum capsici mempunyai banyak aservulus, tersebar di bawah kutikula atau pada permukaan, berwarna hitam dengan banyak seta. Seta berwarna coklat tua, bersekat, halus dan meruncing ke atas.Konidium berwarna hialin, berbentuk tabung (silindris), ujung-ujungnya tumpul atau bengkok seperti sabit. Konidium dapat disebabkan oleh angin. Cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, sehingga dapat menginfeksi persemaian yang tumbuh dari benih yang sakit. Cendawan yang menyerang daun dan batang tidak dapat menginfeksi buah.Cendawan dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit.Pada musim kemarau pada lahan yang berdrainase baik perkembangan penyakit kurang. Perkembangan penyakit sangat baik pada suhu 30 °C.



Gejala serangan awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak.Pada bagian tengah bercak kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok seta dan konidium.Serangan yang berat menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering.Warna kulit buah seperti jerami padi. Keadaan cuaca panas dan lembab mempercepat perkembangan penyakit. Antraknosa umumnya menyerang hampir di semua bagian tanaman, mulai dari ranting, cabang, daun hingga buah. Fase serangannya pun beragam, bisa dimulai dari fase vegetatif (perkecambahan) atau pun fase generatif (pembuahan). Gejala yang terlihat apabila tanaman terinfeksi oleh penyakit ini adalah pada buah terdapat tanda bercak melingkar cekung berwarna coklat pada pusatnya serta berwarna coklat muda pada sekeliling lingkarannya. Pada perkembangannya, bercak tersebut akan meluas kemudian menyebabkan buah membusuk, kering dan jatuh (Sondhak, et.al. 2021).



Penyakit pada tanaman cabai dapat di sebabkan oleh jamur dapat di kendalikan dengan fungsisida.Penyakit yang disebabkan oleh bakteri di kendalikan dengan bakterisida. Cara mengendalikannya menggunakan fungisida sistemik yang berbahan aktif benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak. sesuai petunjuk pada kemasan. (Djafarudin 2004).

 


DAFTAR PUSTAKA

Djafarudin. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Bumi Aksara. Jakarta.

Prasetyo A. 2017. Pemanfaatan kitosan untuk pengendalian penyakit antraknosa (Colletotrichum sp.) pada cabai (Capsicum annuum L.) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Sondhak, Y, et.al. 2021. Intensitas Serangan Penyakit Antraknosa pada Pertanaman Cabai di Kecamatan Amurang Barat, Minahasa Selatan. Universitas Kristen Tomohon