(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Penggerek Batang Hama Kecil yang Merusak Tanaman Padi

Admin distan | 28 April 2025 | 72 kali

oleh : Ni Putu Eka Handayani, S.P

POPT Ahli Pertama di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sawan

 

Padi merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia. Namun, produktivitas tanaman padi sering kali terancam oleh berbagai jenis hama, salah satunya adalah penggerek batang padi. Hama ini menjadi masalah serius karena mampu menurunkan hasil panen secara signifikan jika tidak ditangani dengan tepat.

 

Gejala Serangan Hama Penggerek Batang Padi

1.      Fase vegetatif atau biasa disebut sundep

a.       Daun bagian atas menggulung atau tampak kusam pada serangan awal.

b.      Bila batang dibelah, terlihat terowongan di dalam batang berisi larva atau pupa.

c.       Munculnya lubang kecil di batang sebagai jalan masuk/keluar larva.

d.      Daun tengah menguning dan mongering sehingga batang mudah dicabut.

e.       Titik tumbuh (meristem) mati karena jaringan batang digerek larva.

f.        Tanaman tidak tumbuh lagi meskipun akar masih hidup.

g.      Tanaman terlihat meranggas di antara tanaman sehat lainnya

2.      Fase generatif atau biasa disebut beluk

a.       Malai tidak keluar sama sekali atau hanya sebagian yang muncul.

b.      Malai yang keluar tampak putih dan kosong (gabah tidak berisi).

c.       Warna batang sering berubah menjadi cokelat atau kehitaman karena rusaknya jaringan dalam.

d.      Tanaman mudah roboh karena bagian dalam batang rusak.

 

Daur Hidup Hama Penggerek Batang Padi

Penggerek batang mengalami metamorfosis sempurna yang terdiri dari telur yang diletakkan oleh ngengat betina pada permukaan bawah daun atau pelepah daun kemudian menetas dalam waktu 4-7 hari. Setelah menetas, larva muda langsung mencari batang padi dan masuk ke dalam jaringan tanaman. Inilah fase paling merusak dan merugikan karena larva menggerek batang selama ± 20–30 hari tergantung kondisi lingkungan. Setelah kenyang makan, larva membentuk pupa di dalam batang. Pupa keluar dari batang menjadi ngengat dewasa mulai mencari pasangan untuk kawin.

Ngengat aktif pada malam hari (nokturnal), bertelur, dan memulai siklus baru, (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009)

 

Dampak Terhadap Produksi Padi

Serangan hama ini dapat menyebabkan:

  • Penurunan hasil panen hingga 50% apabila serangan berat (Damayanti et al, 2015)
  • Menurunnya kualitas gabah.
  • Meningkatnya biaya produksi karena perlu dilakukan pengendalian ekstra

Pencegahan dan pengendalian Hama Penggerek Batang

1.        Pengendalian Kultur Teknis

·       Penanaman serempak untuk memutus siklus hidup hama.

·       Rotasi tanaman dengan palawija dapat memutus siklus hama berkaitan dengan ketersediaan makanan.

·       Pengelolaan air dan sanitasi lahan (membersihkan jerami dan sisa tanaman).

2.        Pengendalian Mekanis

·       Pemusnahan telur dan larva secara manual.

·       Penggunaan perangkap feromon untuk menangkap ngengat jantan.

3.        Pengendalian Biologis

·       Pelepasan musuh alami seperti parasitoid Trichogramma spp. atau predator seperti laba-laba.

4.        Pengendalian Kimiawi

·       Aplikasi insektisida selektif berbahan aktif fipronil, dimehipo dan emamectin benzoat  dilakukan hanya jika populasi hama melebihi ambang ekonomi.

·       Penggunaan insektisida harus tepat jenis, dosis, dan waktu aplikasi agar tidak menimbulkan resistensi dan membahayakan lingkungan.

 

Hama penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama yang merusak tanaman padi. Dengan mengenali gejala-gejala ini sejak awal petani dapat mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk mengendalikan perkembangan hama penggerek batang padi untuk mengurangi kerugian pada hasil panen.

 

Daftar Pustaka

Balai besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Damayanti, E., G. Mudjiono, dan S. Karindah. 2015. Perkembangan Populasi Larva Penggerek Batang dan Musuh Alaminya pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) PHT. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan. 3(2): 18-24.