Spodoptera frugiperda adalah hama utama yang merusak tanaman jagung dengan cara menggerek daun. Larva awalnya memakan jaringan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang transparan. Larva membuat lubang gerekan pada daun dan memakan daun dari tepi hingga ke bagian dalam. Larva S. frugiperda mempunyai sifat kanibal sehingga larva yang ditemukan pada satu tanaman jagung antara 1-2 ekor. Pada larva instar akhir dapat menyebabkan kerusakan berat yang seringkali hanya menyisakan tulang daun dan batang tanaman jagung. Kepadatan rata-rata populasi 0,2-0,8 larva per tanaman dapat mengurangi hasil 5-20%. Kerusakan pada tanaman biasanya ditandai dengan bekas gerekan larva, yaitu terdapat serbuk kasar menyerupai serbuk gergaji pada permukaan atas daun, atau disekitar pucuk tanaman jagung. Gejala Awal dari serangan S. frugiperda mirip dengan gejala serangan hama-hama lainnya pada tanaman jagung. Jika larva merusak pucuk, daun muda atau titik tumbuh tanaman, dapat mematikan tanaman.
Tempat favorit dari ulat S. frugiperda adalah di daun muda yang masih
menggulung pada tanaman jagung, di mana ia terlindungi dan berkembang pada
makanan favoritnya yakni daun jagung muda yang empuk. Daun
yang dimakan larva akan terus tumbuh menyebabkan lubang-lubang di daun tanaman
yang merupakan ciri khas serangan S. frugiperda pada jagung. Terkadang, saat
populasinya sangat tinggi, larva dapat pula menyerang bagian tongkol jagung
sehingga dapat menyebabkan kerusakan secara langsung pada hasil panen. Akan
tetapi kebanyakan perilaku makan yang teramati ada di daun muda yang masih
menggulung. Spodoptera frugiperda adalah hama yang sangat mudah berpindah dari berbagai
tanaman inang. Tidak seperti kebanyakan hama dari spesies migran lainnya, hama
ini tidak memiliki sifat diapause atau kemampuan untuk melakukan dormansi pada
kondisi yang ekstrim.
Beberapa teknik pengendalian yang dapat dilakukan, sebagai berikut:
1. Pengendalian secara fisik dan mekanis
Pengendalian fisik dan mekanis merupakan pengendalian yang
ramah lingkungan, relatif murah, efektif, dan dapat dilakukan secara mandiri.
Pengendalian ini dilakukan ketika serangan ulat grayak berada dibawah ambang
batas. Tindakan pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara antara lain:
-
Taburkan abu, pasir, tanah, kapur,
sabun, atau serbuk gergaji ke daun dan pucuk tanaman sebanyak 5 gram s.d. 10
gram per tanaman untuk membunuh ulat pada instar awal.
-
Semprotkan larutan gula 25% (250
gram gula dalam 1 liter larutan) ke tanaman jagung untuk mengundang semut.
-
Pasang perangkap cahaya (light
trap) minimum 1 buah per ha.
-
Pasang perangkap hama berupa
feromon seks untuk imago minimal 15 buah per ha.
2.
Pengendalian secara hayati
Musuh alami Gunakan musuh alami ulat grayak yang terdiri dari predator, parasitoid, dan entomopatogen. Predator antara lain burung (Aves), belalang sembah (Mantis religiosa), laba-laba (Oxyopus javanus), semut, cocopet (Doru luteipes dan Euborillia annulipes), dan kumbang koksi (Coccinellidae). Jenis parasitoid yang dapat dilepas yaitu Telenomus sp. (parasitoid telur), Trichogramma sp. (parasitoid telur), Chelonus formosanus Sonan (parasitoid telur-larva), Coccygidium transcaspicum (parasitoid larva), dan Eriborus sp. (parasitoid larva). Sedangkan untuk jenis entomopatogen ulat grayak yaitu dari cendawan (Metarhizium anisopliae, dan Beauveria bassiana), bakteri (Bacillus thuringiensis dan Pseudomonas fluorescens).
3.
Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat
dilakukan ketika terjadi serangan hama yang melebihi ambang batas tindakan. Penyemprotan
pestisida ke bagian tanaman jagung saat sore atau malam hari dan tidak melawan
arah angin. Hindari resistensi dengan pergantian bahan aktif dengan cara kerja
yang berbeda. Beberapa bahan aktif insektisida yang dapat mengendalikan hama Spodoptera
frugiperda adalah lamda
sihalotrin, emamektin benzoat, indoksakarb, klorantraniliprol, dll.
Sumber:
Paat, F., Mamahit, J.,
Rompas, J dan Pakasi, S. 2022. Potensi Pengendalian Ulat Grayak Spodoptera
frugiperda Pada Tanaman Jagung Menggunakan Feromon Sex. Jurnal Agroteknologi
Terapan. Universitas Sam Ratulangi, Manado.