(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Lelakut Sahabat Petani

Admin distan | 19 Desember 2024 | 943 kali

Oleh Vani Silvana, S.P. / POPT Ahli Pertama pada Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng


       Lelakut merupakan istilah dalam Bahasa Bali yang dimana memiliki arti orang-orangan sawah dimana fungsi lelakut adalah untuk menakut-nakuti burung-burung pipit dan tikus yang menjadi musuh petani (disebut OPT). Burung dan tikus adalah beberapa jenis OPT yang dapat membuat hasil panen berkurang karena memakan bulir padi. Lelakut ditakuti oleh burung dan tikus karena bentuknya yang menyerupai manusia, sehingga burung mengira ada manusia yang sedang menjaga sawah. Burung dan tikus secara alami cenderung menghindari manusia karena merasa terancam. Selain itu, beberapa orang-orangan sawah dilengkapi kain atau baju bekas dipakai pemilik lahan yang bau keringat, hal ini dilakukan karena bau keringat manusia yang melekat pada baju dapat memperkuat kesan bahwa lelakut adalah manusia sungguhan atau merasa bahwa areal lahan sawah tersebut dijaga oleh manusia sehingga meningkatkan efek menakutkan bagi burung dan tikus yang memiliki penciuman yang sensitif. Selain itu lelakut juga perlu setiap beberapa hari sekali agar menambah kesan lelakut tersebut hidup.

Selain berfungsi untuk pengusir  OPT (burung) lelakut juga berfungsi sebagai alat penolak bala, tetapi sekarang, lelakut yang berfungsi sebagai penolak bala sangat jarang bisa ditemui. Karena tidak banyak petani yang mengerti tata cara membuat lelakut bertuah, lengkap dengan mantra dan sesajinya. Kini, lelakut dibuat sekedar agar sawah ramai dan burung-burung tidak berani mendekat.

Biasanya, lelakut dibuat menggunakan bahan jerami kering yang dianyam dan dibentuk menjadi orang-orangan. Boneka jerami itu kemudian diberi baju bekas agar mirip orang sungguhan. Lelakut juga bisa dibuat dengan menggunakan batang pelepah kelapa yang sudah kering. Daun-daun kelapa kering yang masih melekat pada pelepah dianyam menjadi tangan yang terentang agar nampak seperti orang yang sedang mengusir burung. Lelakut juga perlu dibuatkan kepala. Dulu, kepala lelakut dibuat dari pongpongan (batok kelapa busuk) yang digambari kedok wajah tergantung pada kreasi dari petani sendiri. Kepala lelakut juga perlu diberi topi dan baju agar burung-burung menyangka lelakut itu benar-benar manusia. 

Saat ini lelakut memang sudah mulai ditinggalkan oleh generasi petani sekarang. Perlu digelar kontes membuat lelakut, untuk membangkitkan kembali budaya agraris dan kearifan lokal. Sebab bagaimanapun juga, lelakut telah menjadi seni tersendiri yang diciptakan para petani saat musim padi mulai berbuah.



Sumber :

I Gusti Agung Ngurah Agung Yudha Pramiswara dan Anak Agung Sri Dwipayani. 2022. Eksistensi Lelakut Sebagai Sebuah Bagian Dari Tradisi Agraris Di Tengah Konversi Lahan Pertanian Di Bali. STAHN Mpu Kuturan Singaraja Vol 2.

Savitri, Devita. 2023. Apakah Orang-orangan Sawah Benar-benar berfungsi ini faktanya.  https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7056480/apakah-orang-orangan-sawah-benar-benar-berfungsi-ini-faktanya diakses tanggal 15 Desember 2024.