(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Upaya Penanggulangan Perubahan Iklim terhadap Peningkatan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Admin distan | 11 Desember 2024 | 780 kali

Oleh:

Rafika Ardiani, S.P

POPT Ahli Pertama Balai Penyuluhan Pertanian Gerokgak

 

            Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Pemanasan global, yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata suhu udara, membawa dampak serius pada pola cuaca dan iklim. Dalam beberapa tahun terakhir, suhu bumi mengalami kenaikan yang signifikan, mencapai 1-3 °C. Tren kenaikan suhu nasional juga terus meningkat setiap dekade. Berdasarkan data, pada periode 1991-2000 suhu rata-rata di Indonesia tercatat 26,6 °C, meningkat menjadi 26,8 °C pada periode 2001-2010, dan kembali naik menjadi 27,1 °C pada 2019-2020 (Arif, 2022).



            Perubahan suhu ini berdampak langsung pada ekosistem, terutama serangga. Serangga yang berperan sebagai hama maupun yang berguna mengalami perubahan signifikan, seperti penyebaran geografis yang meluas dan siklus hidup yang lebih panjang. Interaksi antara tumbuhan dengan serangga, baik hama maupun yang bermanfaat, juga mengalami perubahan drastis (Sastrodihardjo, 2003). Dampak ini tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati tetapi juga produktivitas sektor pertanian. Oleh karena itu, perlu ada langkah mitigasi dan adaptasi untuk menghadapi ancaman ini, guna melindungi kelestarian lingkungan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat Indonesia di masa depan.

            Menurut Megasari dan Sodiq (2023) Guna mengatasi dampak negatif perubahan iklim terhadap peningkatan serangan organisme pengganggu tumbuhan, perlu dilakukan:

 

1.                  Sosialisasi prakiraan cuaca dari BMKG setempat perlu lebih intensif dan cepat dapat diterima oleh masyarakat petani. Dinas terkait juga harus memberikan informasi jenis tanaman apa yang harus ditanam, sehingga terhindar dari bahaya kebanjiran, kekeringan, dan serangan OPT yang berat. Harus tersedia dengan baik yaitu benih, pupuk, dan pestisida yang diperlukan petani.

2.                  Menyesuaikan pola tanam dengan menerapkan kalender tanam. Kalender tanam dilakukan melalui pengaturan pola tanam (waktu, jenis tanaman, dan sebagainya), mengatur atau melihat pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi, serta elastisitas ketersediaan air menurut skenario perubahan iklim (maju, mundur, basah, kering atau normal).

3.                  Menanam varietas unggul toleran salinitas, tahan hama penyakit, sekaligus rendah emisi gas rumah kaca seperti Ciherang, Way Apoburu, dan Tukad Belian. Padi toleran kekeringan dan tahan hama WBC biotipe 1 dan 2 serta tahan blast yaitu Silugonggo. Kacang tanah toleran kekeringan serta tahan penyakit layu dan karat daun yaitu Singa. Kedelai toleran kekeringan,tahan rebah, dan toleran penyakit karat daun adalah Burangrang. Kacang hijau toleran kekeringan dan tahan penyakit embun adalah Kutilang. Jagung toleran kekeringan dan penyakit bulai adalah Bima 2 dan Bima 3.

4.                  Mengintensifkan pemantauan (monitoring) mingguan serangan OPT utama pada daerah-daerah endemis serta tanaman pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

5.                  Melaksanakan pergiliran tanaman dengan pola padi-padi-palawija atau padi-palawija-padi. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan hara dan kesuburan lahan. Pergiliran tanaman juga penting untuk mengendalikan OPT. Dengan pergiliran tanaman, inang hama/penyakit akan berganti, sehingga akan memutuskan siklus hidup hama/penyakit yang sedang menyerang.

6.                  Mengembangkan model peramalan iklim yang dikaitkan dengan dinamika serangan OPT. Dengan peramalan iklim yang saat ini hampir mendekati realitanya sangat membantu dalam menentukan jenis tanaman dan varietas tanaman yang akan dibudidayakan pada musim berikutnya. Bila terjadi suatu out break (ledakan) OPT sudah dapat dipersiapkan pencegahan dan pengendaliannya dengan baik, sehingga kerugian produksi dapat diminimalkan.

7.                  Melaksanakan pengendalian hama terpadu yang terdiri budidaya tanaman sehat, pelestarian dan pemanfaatan musuh alami serta penggunaan pestisida yang selektif baik jenis, dosis, konsentrasi, waktu aplikasi, dan cara penggunaannya. Dengan demikian pencemaran lingkungan dan kematian musuh alami hama/penyakit dapat dihindari.

 

Sumber :

Megasari, D, Sodiq,M. 2023. Perubahan Iklim terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan. Universitas Muhamadiyah Mataram. Seminar Nasional LPPM UMMAT.