Oleh: I Kade Purnawirawan Putra, S.P
POPT Ahli Pertama di BPP Kecamatan Buleleng
Hawar Daun Bakteri (HDB) atau Bacterial
Leaf Blight (BLB) merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman padi
yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit ini
dapat menurunkan hasil panen secara signifikan, bahkan menyebabkan gagal panen
jika tidak dikendalikan dengan baik. Faktor lingkungan, terutama curah hujan,
memiliki peran penting dalam perkembangan penyakit ini.
Curah hujan yang tinggi dapat
meningkatkan kejadian dan tingkat keparahan penyakit HDB pada tanaman padi. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut: Penyebaran Bakteri melalui
Percikan Air. Bakteri Xanthomonas oryzae dapat menyebar dari daun
yang terinfeksi ke tanaman sehat melalui percikan air hujan. Saat hujan turun
dengan intensitas tinggi, percikan air membawa bakteri dari satu tanaman ke
tanaman lainnya, mempercepat penyebaran penyakit dalam suatu lahan pertanian. Meningkatkan
Kelembaban Lingkungan. Kelembaban yang tinggi akibat curah hujan yang
sering dan berlebihan menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan dan
perkembangan bakteri penyebab HDB. Lingkungan yang lembab memperpanjang masa
hidup bakteri di permukaan daun, meningkatkan risiko infeksi pada tanaman padi.
Melemahkan Ketahanan Tanaman. Hujan yang terus-menerus dapat menyebabkan
tanaman mengalami stres fisiologis, seperti pencucian unsur hara dari tanah dan
terganggunya proses fotosintesis. Tanaman yang kurang gizi dan mengalami stres
lebih rentan terhadap serangan penyakit, termasuk HDB. Meningkatkan Jumlah
Luka pada Daun. Hujan deras dan angin kencang dapat menyebabkan luka pada
daun padi, baik akibat gesekan antar daun maupun akibat partikel tanah yang
terbawa air hujan. Luka ini menjadi pintu masuk bagi bakteri Xanthomonas
oryzae, mempercepat infeksi dan perkembangan penyakit
Untuk mengurangi dampak negatif curah hujan tinggi
terhadap perkembangan HDB, diperlukan strategi pengendalian yang tepat, antara
lain: Penggunaan Varietas Tahan Penyakit. Petani disarankan untuk
menanam varietas padi yang memiliki ketahanan terhadap HDB, seperti Inpari 30,
Inpari 32, atau varietas padi lokal yang terbukti lebih tahan terhadap infeksi
bakteri. Pengelolaan Air yang Baik. Mengatur sistem drainase di lahan
pertanian agar air hujan tidak menggenang terlalu lama. Air yang menggenang
dapat memperburuk penyebaran penyakit melalui kontak langsung dengan tanaman. Sanitasi
dan Rotasi Tanaman. Membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi setelah
panen untuk mengurangi sumber inokulum bakteri. Selain itu, melakukan rotasi
tanaman dengan tanaman selain padi dapat menghambat siklus hidup bakteri. Penggunaan
Pestisida Nabati atau Bakterisida. Jika serangan sudah meluas, penggunaan
bakterisida berbahan aktif tembaga atau pestisida nabati berbahan dasar ekstrak
tanaman seperti daun sirih dan bawang putih dapat membantu menekan perkembangan
bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya,
R.H., Wahyuni, W.S., dan Mihardjo, P.A. 2015. Ketahanan Lapangan Lima
Genotipe Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri. Jurnal Fitopatologi
Indonesia 11(5): 159–65.
Khaeruni
R.A., 2001. Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Padi: Masalah dan Upaya
Pemecahannya. Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3.
Institut Pertanian Bogor.
Semangun,
H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.