(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Strategi Pengendalian OPT Walang Sangit (Leptocorisa spp.) pada Tanaman Padi

Admin distan | 28 April 2025 | 771 kali

Oleh: I Wayan Rusman, S.P.

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan


Walang sangit (Leptocorisa spp.) merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Walang sangit adalah serangga dari ordo Hemiptera yang dikenal sebagai hama penting pada fase pengisian bulir padi. Walang sangit berwarna coklat keabu-abuan dengan panjang tubuh sekitar 15–20 mm. Serangga ini memiliki kelenjar bau yang mengeluarkan aroma menyengat saat merasa terganggu. Gejala utama serangan walang sangit adalah bulir padi menjadi hampa atau menghitam dan berbau tidak sedap. Serangan walang sangit menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Hama ini menghisap cairan dari bulir yang sedang mengisi, menyebabkan bulir tidak berkembang sempurna dan mudah rontok. Dampaknya bisa menyebabkan penurunan hasil panen hingga 30 persen jika tidak dikendalikan secara tepat.

Siklus hidup walang sangit (Leptocorisa oratorius) berlangsung melalui proses metamorfosis tidak sempurna yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu telur, nimfa, dan imago (dewasa). Tahapan awal dimulai dari peletakan telur secara berkelompok di permukaan daun tanaman padi. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu sekitar delapan hari. Setelah menetas, serangga memasuki fase nimfa yang terdiri dari lima instar atau tingkatan perkembangan. Masing-masing instar berlangsung dengan durasi yang bervariasi, mulai dari sekitar tiga hingga enam hari, sehingga keseluruhan fase nimfa memakan waktu kurang lebih 23 hari. Setelah melalui kelima instar tersebut, walang sangit mencapai tahap dewasa (imago) dan mulai aktif menyerang tanaman, terutama pada fase pengisian bulir padi. Imago betina memiliki masa hidup yang relatif lebih panjang, yakni sekitar 52 hari, sementara jantan hidup sekitar 48 hari. Seluruh siklus hidup dari telur hingga dewasa diperkirakan memakan waktu antara 35 hingga 56 hari, tergantung pada kondisi lingkungan seperti suhu dan ketersediaan makanan. Walang sangit dikenal sangat aktif pada pagi dan sore hari, dan populasinya cenderung meningkat pada sawah yang sedang berada di fase generatif tanaman padi. Dengan memahami siklus hidup ini, strategi pengendalian yang tepat dapat diterapkan pada tahap yang paling rentan untuk menekan populasi dan dampaknya terhadap hasil panen.

Strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) lebih direkomendasikan untuk pengendalian jangka panjang. PHT yang dikombinasikan akan menurunkan populasi walang sangit secara signifikan tanpa merusak ekosistem sawah. Berikut ini merupakan strategi pengendalian yang dapat diterapkan:

1.    Pengendalian Secara Kultur Teknis

Penerapan kultur teknis seperti tanam serempak dan sanitasi lahan, juga menjadi bagian penting dari PHT. Tanam serempak dapat memutus siklus hidup walang sangit karena serangga ini memiliki ketergantungan tinggi pada fase generatif tanaman padi. Bila padi ditanam secara bersamaan, maka waktu panen pun seragam, sehingga mengurangi peluang hama untuk berkembang biak secara terus-menerus. Sanitasi lahan berupa pembersihan gulma dan sisa tanaman juga mencegah walang sangit bersarang di area sekitar sawah. Beberapa studi menambahkan bahwa rotasi tanaman dan pengelolaan batas lahan turut membantu menekan populasi hama.

2.    Perangkap Atraktan Menggunakan Bau Bangkai

Penggunaan perangkap atraktan berbasis bau bangkai, seperti ikan dan keong, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian Buida et al. (2022). Atraktan ini memanfaatkan sifat alami walang sangit yang tertarik pada senyawa volatil dari material organik yang membusuk. Dalam uji lapangan, penggunaan perangkap ini secara signifikan mampu menurunkan populasi walang sangit di lahan sawah dan memberikan dampak positif terhadap produksi gabah. Metode ini dinilai efisien, mudah diaplikasikan oleh petani, dan tidak mencemari lingkungan karena tidak menggunakan senyawa kimia sintetis.

3.    Penggunaan APH Beauveria bassiana

penggunaan agen hayati berupa jamur entomopatogen Beauveria bassiana juga terbukti ampuh. As’ad et al. (2018) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penyemprotan konidia B. bassiana pada stadia nimfa dan imago walang sangit menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi, khususnya pada instar akhir. Jamur ini bekerja dengan menembus kutikula serangga dan menginfeksi sistem internalnya hingga menyebabkan kematian. Keunggulan dari pendekatan ini adalah sifat spesifik target serta rendahnya risiko bagi organisme non-target dan manusia. Penggunaan B. bassiana juga sesuai dengan prinsip pertanian organik dan pengendalian hama berkelanjutan.

4.    Penggunaan Pestisida Nabati

Penggunaan pestisida nabati, seperti ekstrak daun mimba, daun sirsak, atau biji mahoni. Syahputra (2019) menyatakan bahwa senyawa aktif dalam bahan nabati tersebut, seperti azadirachtin dan annonain, bersifat anti-feedan (menghambat makan), repelan (penolak), bahkan bersifat toksik terhadap walang sangit. Selain itu, pestisida nabati dapat dibuat secara mandiri oleh petani dengan bahan lokal yang mudah diperoleh dan relatif murah, sehingga sangat sesuai untuk skala usaha tani kecil.

5.    Alternatif Pengendalian Terakhir Menggunakan Insektisida Kimia Sintetis

Pengendalian kimia dalam PHT merupakan alternatif terakhir ketika serangan sudah mencapai ambang batas pengendalian. Beberapa insektisida efektif yang direkomendasikan adalah insektisida berbahan aktif Carbosulfan, BPMC (Benfluralone), dan Sipermetrin. Alikasi pestisida harus mengikuti prinsip 6 tepat, mencakup tepat sasaran, jenis, dosis, waktu, cara, dan mutu, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian, mencegah resistensi, serta meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

 

Tinjuan Pustaka :

As’ad, M., Nurhidayat, dan Rahman, A. 2018. Efektivitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) pada Tanaman Padi. Jurnal Perlindungan Tanaman, 16(2): 123–130.

Buida, R., Hartati, S., dan Wahyuni, T. 2022. Pemanfaatan Atraktan Berbasis Bau Bangkai untuk Pengendalian Hama Walang Sangit pada Padi. Jurnal Agro Inovasi, 10(1): 45–53.

Syahputra, D. 2019. Efektivitas Pestisida Nabati dalam Mengendalikan Hama Walang Sangit pada Tanaman Padi. Jurnal Pertanian Terpadu, 7(3): 89–96.