Oleh: I Wayan Rusman, S.P.
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan
Walang
sangit (Leptocorisa spp.) merupakan salah satu hama utama pada tanaman
padi yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Walang
sangit adalah serangga dari ordo Hemiptera yang dikenal sebagai hama penting
pada fase pengisian bulir padi. Walang sangit berwarna coklat keabu-abuan
dengan panjang tubuh sekitar 15–20 mm. Serangga ini memiliki kelenjar bau yang
mengeluarkan aroma menyengat saat merasa terganggu. Gejala utama serangan
walang sangit adalah bulir padi menjadi hampa atau menghitam dan berbau tidak
sedap. Serangan walang sangit menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas
hasil panen. Hama ini menghisap cairan dari bulir yang sedang mengisi,
menyebabkan bulir tidak berkembang sempurna dan mudah rontok. Dampaknya bisa
menyebabkan penurunan hasil panen hingga 30 persen jika tidak dikendalikan
secara tepat.
Siklus
hidup walang sangit (Leptocorisa oratorius) berlangsung melalui proses
metamorfosis tidak sempurna yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu telur, nimfa,
dan imago (dewasa). Tahapan awal dimulai dari peletakan telur secara
berkelompok di permukaan daun tanaman padi. Telur-telur ini akan menetas dalam
waktu sekitar delapan hari. Setelah menetas, serangga memasuki fase nimfa yang
terdiri dari lima instar atau tingkatan perkembangan. Masing-masing instar
berlangsung dengan durasi yang bervariasi, mulai dari sekitar tiga hingga enam
hari, sehingga keseluruhan fase nimfa memakan waktu kurang lebih 23 hari.
Setelah melalui kelima instar tersebut, walang sangit mencapai tahap dewasa
(imago) dan mulai aktif menyerang tanaman, terutama pada fase pengisian bulir
padi. Imago betina memiliki masa hidup yang relatif lebih panjang, yakni
sekitar 52 hari, sementara jantan hidup sekitar 48 hari. Seluruh siklus hidup
dari telur hingga dewasa diperkirakan memakan waktu antara 35 hingga 56 hari,
tergantung pada kondisi lingkungan seperti suhu dan ketersediaan makanan.
Walang sangit dikenal sangat aktif pada pagi dan sore hari, dan populasinya
cenderung meningkat pada sawah yang sedang berada di fase generatif tanaman
padi. Dengan memahami siklus hidup ini, strategi pengendalian yang tepat dapat
diterapkan pada tahap yang paling rentan untuk menekan populasi dan dampaknya
terhadap hasil panen.
Strategi
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) lebih direkomendasikan untuk pengendalian
jangka panjang. PHT yang dikombinasikan akan menurunkan populasi walang sangit
secara signifikan tanpa merusak ekosistem sawah. Berikut ini merupakan strategi
pengendalian yang dapat diterapkan:
1.
Pengendalian Secara Kultur Teknis
Penerapan
kultur teknis seperti tanam serempak dan sanitasi lahan, juga menjadi bagian
penting dari PHT. Tanam serempak dapat memutus siklus hidup walang sangit
karena serangga ini memiliki ketergantungan tinggi pada fase generatif tanaman
padi. Bila padi ditanam secara bersamaan, maka waktu panen pun seragam,
sehingga mengurangi peluang hama untuk berkembang biak secara terus-menerus.
Sanitasi lahan berupa pembersihan gulma dan sisa tanaman juga mencegah walang
sangit bersarang di area sekitar sawah. Beberapa studi menambahkan bahwa rotasi
tanaman dan pengelolaan batas lahan turut membantu menekan populasi hama.
2.
Perangkap Atraktan Menggunakan Bau Bangkai
Penggunaan
perangkap atraktan berbasis bau bangkai, seperti ikan dan keong, sebagaimana
dijelaskan dalam penelitian Buida et al. (2022). Atraktan ini memanfaatkan
sifat alami walang sangit yang tertarik pada senyawa volatil dari material
organik yang membusuk. Dalam uji lapangan, penggunaan perangkap ini secara
signifikan mampu menurunkan populasi walang sangit di lahan sawah dan
memberikan dampak positif terhadap produksi gabah. Metode ini dinilai efisien,
mudah diaplikasikan oleh petani, dan tidak mencemari lingkungan karena tidak
menggunakan senyawa kimia sintetis.
3.
Penggunaan APH Beauveria bassiana
penggunaan
agen hayati berupa jamur entomopatogen Beauveria bassiana juga terbukti
ampuh. As’ad et al. (2018) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penyemprotan
konidia B. bassiana pada stadia nimfa dan imago walang sangit
menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi, khususnya pada instar akhir. Jamur
ini bekerja dengan menembus kutikula serangga dan menginfeksi sistem
internalnya hingga menyebabkan kematian. Keunggulan dari pendekatan ini adalah
sifat spesifik target serta rendahnya risiko bagi organisme non-target dan
manusia. Penggunaan B. bassiana juga sesuai dengan prinsip pertanian
organik dan pengendalian hama berkelanjutan.
4.
Penggunaan Pestisida Nabati
Penggunaan
pestisida nabati, seperti ekstrak daun mimba, daun sirsak, atau biji mahoni.
Syahputra (2019) menyatakan bahwa senyawa aktif dalam bahan nabati tersebut,
seperti azadirachtin dan annonain, bersifat anti-feedan (menghambat makan),
repelan (penolak), bahkan bersifat toksik terhadap walang sangit. Selain itu,
pestisida nabati dapat dibuat secara mandiri oleh petani dengan bahan lokal
yang mudah diperoleh dan relatif murah, sehingga sangat sesuai untuk skala
usaha tani kecil.
5.
Alternatif Pengendalian Terakhir Menggunakan
Insektisida Kimia Sintetis
Pengendalian
kimia dalam PHT merupakan alternatif terakhir ketika serangan sudah mencapai
ambang batas pengendalian. Beberapa insektisida efektif yang direkomendasikan
adalah insektisida berbahan aktif Carbosulfan, BPMC (Benfluralone), dan Sipermetrin.
Alikasi pestisida harus mengikuti prinsip 6 tepat, mencakup tepat sasaran,
jenis, dosis, waktu, cara, dan mutu, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas pengendalian, mencegah resistensi, serta meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
Tinjuan Pustaka :
As’ad, M., Nurhidayat,
dan Rahman, A. 2018. Efektivitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana
terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) pada Tanaman Padi. Jurnal
Perlindungan Tanaman, 16(2): 123–130.
Buida, R., Hartati, S.,
dan Wahyuni, T. 2022. Pemanfaatan Atraktan Berbasis Bau Bangkai untuk
Pengendalian Hama Walang Sangit pada Padi. Jurnal Agro Inovasi, 10(1):
45–53.
Syahputra, D. 2019. Efektivitas
Pestisida Nabati dalam Mengendalikan Hama Walang Sangit pada Tanaman Padi.
Jurnal Pertanian Terpadu, 7(3): 89–96.