Oleh: I Wayan Rusman (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Kecamatan Kubutambahan)
Pada
umumnya petani di lapangan mengenal Spodoptera litura dengan berbagai
sebutan diantaranya adalah ulat tentara dan ulat grayak. S. litura, dapat menyerang berbagai
jenis tanaman mulai dari tanaman sayuran, kacang-kacangan, hingga tanaman
jagung. Kerusakan daun oleh ulat grayak mengganggu proses fotosintesis dan
akhirnya mengakibatkan kehilangan hasil panen. Besarnya kehilangan hasil
tergantung pada tingkat kerusakan daun dan tahap pertumbuhan tanaman waktu
terjadi serangan. Kerusakan daun sebesar 12,5% menyebabkan kerugian ekonomi
setara dengan biaya dua kali aplikasi insektisida. Keberhasilan tindakan
pengendalian bergantung pada pemahaman mengenai bioekologi dari ulat grayak itu
sendiri. Pemahaman bioekologi ulat grayak perlu diketahui untuk dipakai sebagai
salah satu pertimbangan guna menentukan strategi pengendalian ulat grayak yang
efektif. Penggunaan insektisida untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman
yang intensif telah banyak dilakukan, namun belum sepenuhnya dapat menekan
populasi ulat grayak. Atas pertimbangan biaya dan keamanan lingkungan maka
direkomendasikan untuk menerapkan pengendalian hama secara terpadu.
Biologi
ulat grayak Spodoptera litura:
1. Imago/ngengat
Ngengat dari Spodoptera litura
memiliki panjang tubuh antara 10 sampai 14 mm dengan jarak rentang sayapnya
berkisar antara 25 sampai 30 mm. Sayap bagian depan berwarna putih keabu-abuan.
Pada bagian tengah sayap depan terdapat tiga pasang bintik-bintik yang berwarna
perak. Pada bagian sayap belakang berwarna putih dan pada bagian tepi sayap
berwarna coklat kehitam-hitaman.
2. Telur
Ngengat aktif meletakkan telur pada
umur 2-6 hari, antara pukul 18.00 s/d pukul 03.00 dini hari. Produksi telur
dapat mencapai 3000 butir per induk betina, terbagi dalam 11 kelompok dengan
rata-rata 350 butir telur per kelompok. Kelompok telur ditutup bulubulu halus
berwarna merah sawo. Stadium telur berlangsung 3–5 hari dengan rata-rata 3 hari.
3. Larva/
ulat
Ketika telur menetas larva memakan
daun tersebut secara berkelompok. Setelah habis dan tinggal epidermis daun
bagian atas, larva akan pindah ke daun-daun yang lain dalam satu rumpun
tanaman. Perpindahan larva yang masih kecil dibantu tiupan angin dan benang
pintal untuk berayun. Stadium larva berlangsung selama rata-rata 14 hari. Lama
stadium telur, larva, kepompong, dan ngengat berturut-turut sekitar 2, 16, 9,
dan 9 hari. Pada siang hari larva berlindung di dalam atau di atas tanah
tertutupi oleh daun-daun kering dan aktif makan atau merusak daun tanaman pada
malam hari. Ciri khas dari S. litura pada stadia larva, adalah adanya
dua buah bintik hitam berbentuk seperti bulan sabit pada setiap ruas abdomen,
terutama ruas ke empat dan ke tujuh yang dibatasi oleh garis-garis lateral dan
dorsal berwarna kuning yang membujur sepanjang.
4. Pupa
Kepompong terbentuk di dalam rongga-rongga
tanah, berwarna coklat. Stadium pupa berlangsung selama 7–10 hari dengan
rata-rata 8,5 hari. Stadium ngengat berlangsung selama 1–13 hari dengan
rata-rata 9,3 hari. Daur hidup S. litura dari telur hingga ngengat
bertelur berlangsung selama 28 hari.
Ekologi
ulat grayak Spodoptera litura:
1. Tanaman
Inang
S. litura
memiliki banyak jenis tanaman inang, baik tanaman yang dibudidayakan maupun
tidak. Ngengat S. litura dapat terbang sejauh 1,5 km/4 jam pada malam
hari, sehingga S. litura mencapai berbagai jenis tanaman inang yang
tersebar luas. Tanaman inang S. litura adalah kacang tanah, kacang
hijau, tembakau, cabai, bawang merah, ubijalar, buncis, kacang panjang, bayam,
sayuran daun dan talas.
2. Musuh
alami
Musuh alami memegang peranan penting
dalam besar kecilnya populasi ulat grayak, musuh alami ulat grayak terdiri dari;
(a) predator seperti burung pemakan ulat, laba-laba jenis Oxyopes javanus
Thorell dan Lycosa pseudoannulata, tomket Paederus fuscipes dan semut
merah Solenopsis geminata. (2) Parasitoid seperti Snellenius manilae
Ashmed, Megoselia scalaris Loew dan Peribaea orbata Wied. (3)
Patogen serangga seperti Borrelinavirus litura, Bacillus
thuringiensis Berliner, Metharizium anisopliae dan Nuclear
Ployhidrosis Virus (NPV),
3. Iklim
Serangan S. litura tidak
terpengaruh signifikan oleh musim, serangan dapat meningkat baik musim hujan
maupun musim kemarau. Tetapi suhu akan berpengaruh langsung terhadap
perkembangbiakan hama. Kisaran suhu yang sesuai untuk perkembangan larva ulat
grayak S. litura dari telur hingga imago berkisar antara 25-28°C.
Pada kisaran suhu tersebut, semakin tinggi suhu akan mempengaruhi kecepatan
perkembangan larva.
Sumber Pustaka:
1. Arifin, M. 1992.
Bioekologi, serangan, dan pengendalian hama pemakan daun kedelai. hlm 81–103.
Dalam Marwoto et al. (Peny.). Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu
Tanaman Kedelai, 8–10 Agutus 1991. Balittan Malang
2.
Kalshoven, L.G.E. 1981.
Pests of crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan.
Ichtiar Baru-van Hoeve. Jakarta. 710 p.
3. Tengkano,
W. Dan Suharsono. Ulat Grayak Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera:
Noctuidae) Pada Tanaman Kedelai Dan Pengendaliannya.
https://media.neliti.com/media/publications/226478