(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Mengenal Bioekologi Ulat Grayak Spodoptera litura

Admin distan | 11 September 2024 | 546 kali

Oleh: I Wayan Rusman (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Kecamatan Kubutambahan)


Pada umumnya petani di lapangan mengenal Spodoptera litura dengan berbagai sebutan diantaranya adalah ulat tentara dan ulat grayak.  S. litura, dapat menyerang berbagai jenis tanaman mulai dari tanaman sayuran, kacang-kacangan, hingga tanaman jagung. Kerusakan daun oleh ulat grayak mengganggu proses fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan kehilangan hasil panen. Besarnya kehilangan hasil tergantung pada tingkat kerusakan daun dan tahap pertumbuhan tanaman waktu terjadi serangan. Kerusakan daun sebesar 12,5% menyebabkan kerugian ekonomi setara dengan biaya dua kali aplikasi insektisida. Keberhasilan tindakan pengendalian bergantung pada pemahaman mengenai bioekologi dari ulat grayak itu sendiri. Pemahaman bioekologi ulat grayak perlu diketahui untuk dipakai sebagai salah satu pertimbangan guna menentukan strategi pengendalian ulat grayak yang efektif. Penggunaan insektisida untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman yang intensif telah banyak dilakukan, namun belum sepenuhnya dapat menekan populasi ulat grayak. Atas pertimbangan biaya dan keamanan lingkungan maka direkomendasikan untuk menerapkan pengendalian hama secara terpadu.

Biologi ulat grayak Spodoptera litura:

1.      Imago/ngengat

Ngengat dari Spodoptera litura memiliki panjang tubuh antara 10 sampai 14 mm dengan jarak rentang sayapnya berkisar antara 25 sampai 30 mm. Sayap bagian depan berwarna putih keabu-abuan. Pada bagian tengah sayap depan terdapat tiga pasang bintik-bintik yang berwarna perak. Pada bagian sayap belakang berwarna putih dan pada bagian tepi sayap berwarna coklat kehitam-hitaman.

2.      Telur

Ngengat aktif meletakkan telur pada umur 2-6 hari, antara pukul 18.00 s/d pukul 03.00 dini hari. Produksi telur dapat mencapai 3000 butir per induk betina, terbagi dalam 11 kelompok dengan rata-rata 350 butir telur per kelompok. Kelompok telur ditutup bulubulu halus berwarna merah sawo. Stadium telur berlangsung 3–5 hari dengan rata-rata 3 hari.

3.      Larva/ ulat

Ketika telur menetas larva memakan daun tersebut secara berkelompok. Setelah habis dan tinggal epidermis daun bagian atas, larva akan pindah ke daun-daun yang lain dalam satu rumpun tanaman. Perpindahan larva yang masih kecil dibantu tiupan angin dan benang pintal untuk berayun. Stadium larva berlangsung selama rata-rata 14 hari. Lama stadium telur, larva, kepompong, dan ngengat berturut-turut sekitar 2, 16, 9, dan 9 hari. Pada siang hari larva berlindung di dalam atau di atas tanah tertutupi oleh daun-daun kering dan aktif makan atau merusak daun tanaman pada malam hari. Ciri khas dari S. litura pada stadia larva, adalah adanya dua buah bintik hitam berbentuk seperti bulan sabit pada setiap ruas abdomen, terutama ruas ke empat dan ke tujuh yang dibatasi oleh garis-garis lateral dan dorsal berwarna kuning yang membujur sepanjang.

4.      Pupa

Kepompong terbentuk di dalam rongga-rongga tanah, berwarna coklat. Stadium pupa berlangsung selama 7–10 hari dengan rata-rata 8,5 hari. Stadium ngengat berlangsung selama 1–13 hari dengan rata-rata 9,3 hari. Daur hidup S. litura dari telur hingga ngengat bertelur berlangsung selama 28 hari.

Ekologi ulat grayak Spodoptera litura:

1.      Tanaman Inang

S. litura memiliki banyak jenis tanaman inang, baik tanaman yang dibudidayakan maupun tidak. Ngengat S. litura dapat terbang sejauh 1,5 km/4 jam pada malam hari, sehingga S. litura mencapai berbagai jenis tanaman inang yang tersebar luas. Tanaman inang S. litura adalah kacang tanah, kacang hijau, tembakau, cabai, bawang merah, ubijalar, buncis, kacang panjang, bayam, sayuran daun dan talas.

2.      Musuh alami

Musuh alami memegang peranan penting dalam besar kecilnya populasi ulat grayak, musuh alami ulat grayak terdiri dari; (a) predator seperti burung pemakan ulat, laba-laba jenis Oxyopes javanus Thorell dan Lycosa pseudoannulata, tomket Paederus fuscipes dan semut merah Solenopsis geminata. (2) Parasitoid seperti Snellenius manilae Ashmed, Megoselia scalaris Loew dan Peribaea orbata Wied. (3) Patogen serangga seperti Borrelinavirus litura, Bacillus thuringiensis Berliner, Metharizium anisopliae dan Nuclear Ployhidrosis Virus (NPV),

3.      Iklim

Serangan S. litura tidak terpengaruh signifikan oleh musim, serangan dapat meningkat baik musim hujan maupun musim kemarau. Tetapi suhu akan berpengaruh langsung terhadap perkembangbiakan hama. Kisaran suhu yang sesuai untuk perkembangan larva ulat grayak S. litura dari telur hingga imago berkisar antara 25-28°C. Pada kisaran suhu tersebut, semakin tinggi suhu akan mempengaruhi kecepatan perkembangan larva.

 

Sumber Pustaka:

1.    Arifin, M. 1992. Bioekologi, serangan, dan pengendalian hama pemakan daun kedelai. hlm 81–103. Dalam Marwoto et al. (Peny.). Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai, 8–10 Agutus 1991. Balittan Malang

2.      Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan. Ichtiar Baru-van Hoeve. Jakarta. 710 p.

3.      Tengkano, W. Dan Suharsono. Ulat Grayak Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Kedelai Dan Pengendaliannya. https://media.neliti.com/media/publications/226478