(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

KENALI GEJALA DAN PENANGANAN KELEBIHAN NITROGEN PADA TANAMAN PADI

Admin distan | 17 Oktober 2025 | 9 kali


I Wayan Sudiarta, S.P.

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Busungbiu

 

  

Dokumentasi : Pupuk Indonesia Persero, Poletkenik negeri kupang, dokumen pribadi

Pupuk urea merupakan salah satu sumber nitrogen yang paling banyak digunakan dalam budidaya padi. Kandungan nitrogen yang tinggi pada urea sangat bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan vegetatif, seperti perkembangan daun dan anakan. Namun, apabila pemberiannya tidak sesuai dengan dosis anjuran, justru dapat menimbulkan gejala keracunan atau dampak negatif bagi tanaman. Kelebihan urea pada tanaman padi biasanya mudah diamati melalui perubahan pertumbuhan dan kondisi fisik tanaman di lapangan.

Gejala pertama yang sering terlihat adalah pertumbuhan vegetatif yang sangat subur. Daun padi menjadi lebih lebar dengan warna hijau tua yang pekat. Sekilas kondisi ini tampak baik, namun sebenarnya menunjukkan kelebihan nitrogen dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan vegetatif yang berlebihan menyebabkan tanaman lebih tinggi dan rapuh, sehingga meningkatkan risiko rebah, terutama saat memasuki fase bunting hingga pengisian bulir.

Selain itu, tanaman yang mendapat kelebihan urea biasanya menghasilkan anakan yang banyak tetapi lemah. Anakan tersebut tidak semuanya produktif, bahkan sebagian besar tidak mampu menghasilkan malai yang optimal. Kondisi ini diperparah dengan pembungaan yang terlambat, karena tanaman terlalu lama berada pada fase vegetatif. Akibatnya, pemasakan gabah juga mundur dan banyak bulir yang kosong atau hampa.

Gejala keracunan urea juga dapat dilihat pada daun. Pada kondisi tertentu, akumulasi amonia dari urea dapat menyebabkan gejala terbakar (leaf burn), ditandai dengan warna coklat kering di ujung atau tepi daun. Jaringan daun yang terlalu lunak akibat kelebihan nitrogen juga membuat tanaman lebih rentan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman, terutama penyakit seperti blas dan hawar daun bakteri.

Di bagian bawah tanah, kelebihan urea justru menghambat pertumbuhan akar. Akar padi terlihat lebih pendek, berwarna coklat, dan jumlahnya berkurang. Hal ini menyebabkan tanaman kurang efisien dalam menyerap unsur hara lain maupun air, sehingga produktivitas menurun. Dengan demikian, meskipun pada awalnya padi tampak lebih subur, tetapi hasil panen cenderung tidak optimal.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi atau menghentikan sementara pemberian urea. Apabila tanaman menunjukkan gejala keracunan, sebaiknya tidak lagi menambahkan pupuk urea pada fase berikutnya. Sebagai gantinya, petani dapat memberikan pupuk dengan kandungan kalium (K) dan fosfor (P). Unsur hara tersebut berfungsi untuk memperkuat batang, memperbaiki sistem perakaran, serta menyeimbangkan kelebihan nitrogen dalam jaringan tanaman.

Langkah kedua adalah melakukan pengaturan air di lahan sawah. Pada kondisi kelebihan urea, akumulasi amonia di dalam tanah bisa meningkat dan meracuni akar. Dengan cara mengalirkan atau mengganti air sawah, konsentrasi amonia dapat diencerkan sehingga mengurangi kerusakan pada akar. Pengaturan air yang baik juga membantu memperbaiki aerasi tanah dan menurunkan risiko pembusukan akar.

Selanjutnya, penggunaan pupuk organik atau bahan amelioran seperti kompos, pupuk kandang matang, atau biochar dapat membantu memperbaiki struktur tanah dan menyeimbangkan ketersediaan unsur hara. Pupuk organik juga berfungsi sebagai penyangga yang dapat mengurangi efek racun dari kelebihan nitrogen, sekaligus meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat.

Selain itu, tanaman yang terlalu subur akibat kelebihan urea cenderung lebih rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) secara intensif. Pengamatan rutin di lapangan harus dilakukan agar serangan penyakit seperti blas atau hawar daun dapat ditangani sejak dini, baik melalui penggunaan pestisida nabati maupun kimia sesuai anjuran.

Langkah terakhir adalah perbaikan pola pemupukan untuk musim tanam berikutnya. Pemberian urea sebaiknya disesuaikan dengan dosis anjuran berdasarkan rekomendasi setempat, dan dikombinasikan dengan pupuk lain secara berimbang. Prinsip pemupukan berimbang (N, P, K, dan unsur hara mikro) menjadi kunci agar pertumbuhan padi lebih sehat, tidak terlalu subur, dan produktivitasnya maksimal.

Dengan penanganan yang tepat, gejala keracunan urea pada tanaman padi dapat ditekan sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi petani.

 

Daftar Pustaka

Hadi, M. S., Suryanto, D., & Prasetyo, B. E. (2015). Identifikasi dan pengendalian penyakit batang pada tanaman kopi di dataran tinggi. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 19(2), 45-52.

Sutrisno, B., & Hartono, S. (2020). Efektivitas berbagai fungisida dalam menekan perkembangan penyakit kanker batang kopi. Jurnal Agrikultura Tropika, 5(1), 66–73.

Yuliasmara, F., Andriyani, N., & Firmansyah, R. (2018). Studi epidemiologi penyakit kanker batang pada tanaman kopi arabika. Jurnal Penelitian Tanaman Industri, 24(1), 37-44.