(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Beauveria bassiana: Solusi Alami Pengendalian Hama Padi yang Ramah Lingkungan

Admin distan | 22 Mei 2025 | 1371 kali


Oleh: I Wayan Rusman, S.P.

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan

 

Pertanian pada era modern saat ini menghadapi tantangan besar akibat meningkatnya ketergantungan terhadap bahan kimia seperti pestisida kimia sintetis. Penggunaan berlebihan senyawa tersebut tidak hanya berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, tetapi juga menimbulkan resistensi hama serta matinya musuh alami. Oleh karena itu, salah satu pendekatan yang lebih berkelanjutan seperti penggunaan Agens Pengendali Hayati (APH) menjadi solusi penting dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Salah satu APH yang efektif dan banyak dikembangkan adalah Beauveria bassiana, jamur entomopatogen yang secara alami menyerang serangga dengan cara menembus kutikula, menginfeksi jaringan tubuh, dan akhirnya menyebabkan kematian inang. Umumnya serangan hama padi seperti wereng dan walang sangit menjadi masalah serius bagi para petani, sehingga diperlukan intervensi berbasis hayati yang aman dan dapat diandalkan.

Perlu diketahui efektivitas Beauveria bassiana terhadap Hama Walang Sangit pada beberapa penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Penelitian oleh Juliartawan et al. (2022) menunjukkan bahwa aplikasi B. bassiana dengan konsentrasi 10 ml/liter air mampu mencapai tingkat mortalitas hama walang sangit sebesar 100% dalam kondisi laboratorium. Konsentrasi 8 ml/liter air juga menunjukkan efektivitas tinggi dengan mortalitas 97,5%. Studi lapangan oleh Tabudlong dan Estoy Jr. (2015) di Filipina melaporkan bahwa aplikasi B. bassiana dengan konsentrasi 1 × 10 pangkat 9 konidia/ml selama fase inisiasi malai padi secara signifikan menurunkan populasi hama walang sangit dibandingkan kontrol, serta meningkatkan hasil panen hingga 4,08 ton/ha pada musim tanam kedua.

Bagaimana Jamur Beauveria bassiana dapat mengendalikan hama?

Penjelasan secara sederhana, jamur ini tidak perlu dimakan oleh hama seperti racun kimia. Justru, saat spora jamur (bibit jamur) menempel pada tubuh hama, seperti walang sangit, wereng, atau ulat, spora ini langsung mulai bekerja. Pertama, spora menempel kuat pada kulit luar hama. Setelah itu, spora tumbuh menjadi benang-benang halus (disebut hifa) yang menembus kulit hama dengan bantuan zat alami seperti enzim. Zat ini bisa melarutkan lapisan luar tubuh hama, sehingga jamur bisa masuk ke dalam. Setelah berhasil masuk, jamur akan berkembang biak di dalam tubuh hama. Ia menyebar ke seluruh bagian tubuh dan mengeluarkan racun alami yang membuat hama menjadi lemah, tidak mau makan, dan akhirnya mati dalam waktu 3 sampai 7 hari. Setelah hama mati, jamur akan tumbuh keluar dari tubuh hama dan menghasilkan spora baru di permukaan tubuhnya. Spora baru ini kemudian bisa menyebar ke hama lain yang ada di sekitar, sehingga proses pengendalian terus berlanjut secara alami. Hama yang terinfeksi jamur akan terlihat diselimuti oleh jamur berwarna putih pada permukaan kulitnya.

Cara Pembuatan APH BB (Beauveria bassiana)

Proses produksi Beauveria bassiana di Desa Bila dilakukan dengan metode fermentasi menggunakan media nutrisi sederhana, yaitu ekstrak kentang gula (EKG). Adapun tahapan produksi sebagai berikut:

1.   Pembuatan Media EKG; Bahan baku terdiri atas 8 kg kentang, 400 gram gula pasir, dan 25 liter air. Kentang dikupas dan dipotong kecil, direbus hingga lunak, lalu dicampurkan dengan gula dan air. Setelah itu, larutan disaring untuk memperoleh media cair yang kaya nutrisi.

2.   Inokulasi dan Fermentasi; Media EKG yang telah disterilkan (direbus) lalu didinginkan, kemudian diinokulasi (dimasukkan) dengan isolat Beauveria bassiana yang diperoleh dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHBun) Provinsi Bali sejumlah 2 botol isolat dalam 25 liter EKG. Fermentasi dilakukan selama 14 hari dalam jeriken tertutup yang dilengkapi aerator yang sudah didesain khusus untuk menjaga sirkulasi oksigen dan terdapat larutan kalium permanganat digunakan untuk mensterilkan udara yang masuk sehingga tidak terkontaminasi.

Setelah dua minggu fermentasi, larutan Beauveria bassiana siap digunakan sebagai pestisida hayati. Aplikasi dilakukan dengan mencampurkan 10 ml larutan hasil fermentasi ke dalam 1 liter air bersih, kemudian disemprotkan langsung ke tanaman yang terserang hama. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari paparan sinar matahari langsung yang dapat merusak spora jamur BB. Aplikasi dilakukan secara berkala tergantung pada tingkat serangan hama dan kondisi lingkungan. Ketika aplikasi dilakukan secara rutin dan secara alami BB sudah hidup di alam maka tindakan pengendalian akan berjalan secara alami didalam ekosistem yang berkelanjutan.

 

Sumber referensi :

Zimmermann, G. (2007). Review on safety of the entomopathogenic fungus Beauveria bassiana. Biocontrol Science and Technology, 17(6), 553–596.

Lacey, L. A., & Kaya, H. K. (2007). Field Manual of Techniques in Invertebrate Pathology. Springer.

Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali. (2024). Panduan Isolasi dan Produksi Agen Hayati.

Santi, N., & Widawati, S. (2016). Pemanfaatan jamur Beauveria bassiana sebagai agen pengendali hayati hama wereng pada tanaman padi. Jurnal Hama Penyakit Tumbuhan, 6(1), 45-52.