Oleh: I Wayan
Rusman, S.P.
Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan
Kubutambahan
Pertanian
pada era modern saat ini menghadapi tantangan besar akibat meningkatnya
ketergantungan terhadap bahan kimia seperti pestisida kimia sintetis.
Penggunaan berlebihan senyawa tersebut tidak hanya berdampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia, tetapi juga menimbulkan resistensi hama serta
matinya musuh alami. Oleh karena itu, salah satu pendekatan yang lebih
berkelanjutan seperti penggunaan Agens Pengendali Hayati (APH) menjadi solusi
penting dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Salah
satu APH yang efektif dan banyak dikembangkan adalah Beauveria bassiana,
jamur entomopatogen yang secara alami menyerang serangga dengan cara menembus
kutikula, menginfeksi jaringan tubuh, dan akhirnya menyebabkan kematian inang. Umumnya
serangan hama padi seperti wereng dan walang sangit menjadi masalah serius bagi
para petani, sehingga diperlukan intervensi berbasis hayati yang aman dan dapat
diandalkan.
Perlu
diketahui efektivitas Beauveria bassiana terhadap Hama Walang Sangit
pada beberapa penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Penelitian oleh
Juliartawan et al. (2022) menunjukkan bahwa aplikasi B. bassiana dengan
konsentrasi 10 ml/liter air mampu mencapai tingkat mortalitas hama walang
sangit sebesar 100% dalam kondisi laboratorium. Konsentrasi 8 ml/liter air juga
menunjukkan efektivitas tinggi dengan mortalitas 97,5%. Studi lapangan oleh
Tabudlong dan Estoy Jr. (2015) di Filipina melaporkan bahwa aplikasi B.
bassiana dengan konsentrasi 1 × 10 pangkat 9 konidia/ml selama fase
inisiasi malai padi secara signifikan menurunkan populasi hama walang sangit
dibandingkan kontrol, serta meningkatkan hasil panen hingga 4,08 ton/ha pada
musim tanam kedua.
Bagaimana Jamur Beauveria
bassiana dapat mengendalikan hama?
Penjelasan
secara sederhana, jamur ini tidak perlu dimakan oleh hama seperti racun kimia.
Justru, saat spora jamur (bibit jamur) menempel pada tubuh hama, seperti walang
sangit, wereng, atau ulat, spora ini langsung mulai bekerja. Pertama, spora
menempel kuat pada kulit luar hama. Setelah itu, spora tumbuh menjadi
benang-benang halus (disebut hifa) yang menembus kulit hama dengan bantuan zat
alami seperti enzim. Zat ini bisa melarutkan lapisan luar tubuh hama, sehingga
jamur bisa masuk ke dalam. Setelah berhasil masuk, jamur akan berkembang biak
di dalam tubuh hama. Ia menyebar ke seluruh bagian tubuh dan mengeluarkan racun
alami yang membuat hama menjadi lemah, tidak mau makan, dan akhirnya mati dalam
waktu 3 sampai 7 hari. Setelah hama mati, jamur akan tumbuh keluar dari tubuh
hama dan menghasilkan spora baru di permukaan tubuhnya. Spora baru ini kemudian
bisa menyebar ke hama lain yang ada di sekitar, sehingga proses pengendalian
terus berlanjut secara alami. Hama yang terinfeksi jamur akan terlihat diselimuti
oleh jamur berwarna putih pada permukaan kulitnya.
Cara Pembuatan APH BB (Beauveria
bassiana)
Proses
produksi Beauveria bassiana di Desa Bila dilakukan dengan metode
fermentasi menggunakan media nutrisi sederhana, yaitu ekstrak kentang gula
(EKG). Adapun tahapan produksi sebagai berikut:
1. Pembuatan
Media EKG; Bahan baku terdiri atas 8 kg kentang, 400 gram gula pasir, dan 25
liter air. Kentang dikupas dan dipotong kecil, direbus hingga lunak, lalu
dicampurkan dengan gula dan air. Setelah itu, larutan disaring untuk memperoleh
media cair yang kaya nutrisi.
2. Inokulasi
dan Fermentasi; Media EKG yang telah disterilkan (direbus) lalu didinginkan,
kemudian diinokulasi (dimasukkan) dengan isolat Beauveria bassiana yang
diperoleh dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
(BPTPHBun) Provinsi Bali sejumlah 2 botol isolat dalam 25 liter EKG. Fermentasi
dilakukan selama 14 hari dalam jeriken tertutup yang dilengkapi aerator yang
sudah didesain khusus untuk menjaga sirkulasi oksigen dan terdapat larutan
kalium permanganat digunakan untuk mensterilkan udara yang masuk sehingga tidak
terkontaminasi.
Setelah
dua minggu fermentasi, larutan Beauveria bassiana siap digunakan sebagai
pestisida hayati. Aplikasi dilakukan dengan mencampurkan 10 ml larutan hasil
fermentasi ke dalam 1 liter air bersih, kemudian disemprotkan langsung ke
tanaman yang terserang hama. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari
untuk menghindari paparan sinar matahari langsung yang dapat merusak spora
jamur BB. Aplikasi dilakukan secara berkala tergantung pada tingkat serangan
hama dan kondisi lingkungan. Ketika aplikasi dilakukan secara rutin dan secara
alami BB sudah hidup di alam maka tindakan pengendalian akan berjalan secara
alami didalam ekosistem yang berkelanjutan.
Sumber referensi :
Zimmermann, G. (2007). Review
on safety of the entomopathogenic fungus Beauveria bassiana. Biocontrol
Science and Technology, 17(6), 553–596.
Lacey, L. A., & Kaya, H.
K. (2007). Field Manual of Techniques in Invertebrate Pathology.
Springer.
Balai Proteksi Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali. (2024). Panduan Isolasi dan Produksi
Agen Hayati.
Santi, N., & Widawati, S.
(2016). Pemanfaatan jamur Beauveria bassiana sebagai agen pengendali
hayati hama wereng pada tanaman padi. Jurnal Hama Penyakit Tumbuhan,
6(1), 45-52.