(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Serba-Serbi Tomcat sebagai Musuh Alami Sahabat Petani

Admin distan | 21 Januari 2025 | 14457 kali

Serba-Serbi Tomcat sebagai Musuh Alami Sahabat Petani

Oleh: I Wayan Rusman, S.P.

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan

Tomcat (Paederus spp.), sering kali dianggap sebagai serangga yang merugikan karena dapat menyebabkan iritasi kulit pada manusia, disisi lain sebenarnya serangga ini memiliki peran ekologis yang penting, terutama di sektor pertanian. Tomcat dalam ekosistem berperan sebagai musuh alami (predator) hama pada tanaman, tomcat dapat menjadi sekutu atau sahabat bagi petani dalam mengendalikan populasi serangga yang merusak tanaman. Artikel ini akan mengupas berbagai aspek tentang tomcat sebagai musuh alami yang bermanfaat bagi pertanian.

Tomcat adalah serangga kecil dari keluarga Staphylinidae yang dikenal karena kemampuannya menghasilkan cairan beracun bernama pederin. Meskipun cairan ini dapat menyebabkan dermatitis ketika kontak pada manusia, namun keberadaan tomcat di lingkungan pertanian justru memberikan manfaat besar, karena potensinya sebagai musuh alami. Serangga ini aktif pada malam hari dan sering ditemukan di daerah yang kaya akan sumber makanan, seperti lahan pertanian atau persawahan.

Ekologi Tomcat

Spesies Paederus sp. memiliki siklus hidup dengan tahapan telur, larva, pupa dan dewasa. Kumbang betina akan meletakkan telurnya di dalam tanah yang lembab dan berpori serta memiliki sejumlah bahan organik yang membusuk, hal ini bertujuan untuk menghindari adanya bahaya kekeringan. Selama hidupnya, kumbang betina dapat menghasilkan telur hingga 106 butir. Perkembang fase telur pada kumbang ini berlangsung selama 4 hari. Setelah itu, telur menetas menjadi larva, larva tersebut mengalami 2 instar (2 kali pergantian kulit) sebelum akhirnya menjadi pupa. Fase larva tersebut berlangsung selama kurang lebih 9 hari. Kemudia larva tersebut memasuki fase pre pupa yang berlangsung selama 1 hari dan setelah itu fase pupa selama 4 hari. Saat kumbang sudah masuk ke fase dewasa, kumbang akan keluar dari dalam tanah kemudian hidup pada tajuk tanaman untuk mencari makanan. Lama hidup betina dewasa kurang lebih 114 hari dan jantan dewasa selama 109 hari.

Peran Tomcat dalam Ekosistem Pertanian

Tomcat adalah predator yang efektif dalam mengontrol populasi hama tanaman, seperti wereng, ulat (Helicoverpa armigera), wereng batang coklat, ngengat, telur penggerek batang padi. dan serangga kecil lainnya. Berikut adalah beberapa manfaat keberadaan tomcat di pertanian:

1. Pengendalian Hama Secara Alami; Tomcat memakan telur, larva, dan serangga dewasa yang sering menjadi hama utama pada tanaman padi, jagung, dan sayuran. Kehadiran tomcat membantu petani mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang dapat merusak lingkungan.

2.  Dampak Positif pada Hasil Panen; Dengan menekan populasi hama, tomcat secara tidak langsung meningkatkan produktivitas tanaman. Pengendalian hama alami ini membantu tanaman tumbuh lebih sehat dan menghasilkan panen berkualitas tinggi.

3. Konservasi Lingkungan Penggunaan tomcat sebagai agen pengendalian hayati mendukung praktik pertanian yang berkelanjutan. Mengurangi penggunaan pestisida kimia membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi organisme non-target seperti lebah dan burung.

Tantangan dalam Memanfaatkan Tomcat

Meskipun bermanfaat, keberadaan tomcat di lahan pertanian juga menghadirkan beberapa tantangan, terutama jika interaksi dengan manusia tidak dikelola dengan baik. Cairan pederin yang dikeluarkan tomcat dapat menyebabkan masalah kesehatan pada pekerja di pertanaman atau masyarakat di sekitar lahan pertanian. Berikut adalah beberapa langkah untuk mengelola risiko:

1.       Pendidikan dan Sosialisasi Petani perlu diberi pemahaman tentang manfaat tomcat dan cara menghindari kontak langsung dengan serangga ini. Penggunaan sarung tangan dan pakaian pelindung selama bekerja di ladang dapat mengurangi risiko terkena cairan pederin.

2.    Pengelolaan Habitat Menyediakan habitat alami untuk tomcat, seperti area yang ditumbuhi tanaman liar di sekitar ladang, dapat membantu meningkatkan populasi mereka tanpa mengganggu aktivitas manusia.

3.       Tindakan Pengobatan; Pengobatan pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan membilas permukaan kulit yang terkena racun paederin menggunakan air mengalir dan jangan mengusap cairan racun tersebut. Bagian tubuh dan pakaian yang terkena cairan racun segera dicuci dengan sabun dan air mengalir. Penggunaan sabun (bersifat basa) dilakukan untuk meminimalisir efek dari racun tersebut yang bersifat asam. Jika timbul kemerahan pada kulit, dapat dikompres menggunakan air es untuk mengecilkan pembuluh darah dan racun tersebut dapat terisolasi sehingga pembengkakan dapat berkurang. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mengoleskan salep steroid secara tipis pada permukaan kulit yang teriritasi untuk mengurangi rasa gatal dan radang. Salep antibiotik sebaiknya hanya digunakan jika timbul infeksi sekunder, misalnya menjadi bisul yang besar.



Sumber Referensi:

Arifin, Z., & Susanto, R. (2018). "Peran Serangga Predator dalam Pengendalian Hayati Hama Pertanian." Jurnal Agroekologi, 5(3), 45-56.

Nugroho, B. (2020). "Manfaat Tomcat (Paederus spp.) di Lahan Pertanian." Agrikultura, 12(1), 12-20.

Yulianti, T. (2021). "Efek Cairan Pederin pada Manusia dan Upaya Pencegahannya." Jurnal Kesehatan Lingkungan, 9(4), 22-30.