(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

Admin distan | 21 Maret 2025 | 36 kali

Oleh: Rosma Susiwaty Situmeang, S.P/POPT Kec. Banjar


Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferrari) menjadi hama utama dalam berbudidaya tanaman kopi. Hama ini tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan secara morfologis terhadap buah kopi dengan tingkat kerusakan antara 40-60 persen, bahkan bisa menyebabkan kegagalan panen karena dapat merusak hingga 100 persen apabila tidak dilakukan pengendalian.

Secara morfologis, penggerek buah kopi (PBKo) mempunyai badan berbentuk bulat dengan kepala berbentuk segitiga yang ditutupi oleh bulu-bulu. Imago PBKo betina berukuran panjang 1,4-1,8 mm, berwarna hitam, dan mempunyai sayap lengkap sehingga dapat terbang meskipun terbatas. Berbeda dengan imago PBKo betina, imago PBKo jantan mempunyai panjang 1,2-1,6 mm, berwarna hitam kecokelatan, tidak mempunyai sayap yang lengkap sehingga tidak dapat terbang dan hanya berada di dalam lubang gerekan. Siklus hidup PBKo dimulai dari fase telur, larva, pupa, kemudian imago. Siklus ini memerlukan waktu selama 25-35 hari. Selama hidupnya, setiap induk PBKo dapat bertelur sebanyak 74 butir.

PBKo betina akan menginfestasi buah kopi yang bijinya telah mengeras, namun buah muda yang endospermanya belum mengeras pun, PBKo betina tetap menggerek dan tinggal di dalamnya sampai endosperma buah tersebut mengeras. Hal tersebut menyebabkan buah muda kopi berguguran sebelum masak. Pada buah tua yang terserang, bijinya akan berlubang yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat dan kualitas biji kopi.

Pengendalian terpadu hama penggerek buah kopi dapat dilakukan dengan beberapa teknik pengendalian, antara lain:

1.    Pengendalian mekanik, dapat dilakukan pada saat panen dengan memetik/memanen buah secara maksimal tanpa ada yang tertinggal di tanaman serta mengumpulkan buah yang jatuh.  Sedangkan apabila belum saatnya panen maka dapat dilakukan dengan memetik buah yang terserang hama kemudian buah dijemur dibawah matahari sampai telur, larva, pupa maupun imago mati.

2.    Pengendalian teknis, dapat dilakukan dengan pemupukan berkala sesuai dosis anjuran, pemangkasan penaung dan tanaman secara berkala untuk mengurangi kelembaban serta pengendalian gulma.  Tanaman yang diberi pupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap hama penggerek buah kopi dibandingkan yang diberi pupuk NPK.  

3.    Pengendalian biologi, dapat dilakukan dengan menggunakan parasitoid Prorops nasuta yang dapat menyerang telur, larva dan pupa;  Cephalonomia stepanoderis yang menyerang larva dan pupa; Phymastichus coffea yang menyerang imago dan predator Karnyothrips flavipes memangsa telur dan larva hampei.   Selain penggunaan parasitoid dan predator, pengendalian biologi dapat dilakukan dengan penggunaan jamur patogen (entomopatogen) seperti Beauveria bassiana dan Clonostachys rosea.  Penggunaan jamur patogen (entomopatogen) Beauveria bassiana sangat mudah yaitu dengan cara memetik buah masak pertama yang terserang, dikumpulkan, dicampur dengan jamur B. bassiana, dan dibiarkan selama satu malam, kumbangnya akan keluar dan dilepas sehingga dapat menularkan B. Bassiana kepada pasangannya di kebun.  Pemakaian B. Bassiana dilakukan pada saat kulit tanduk buah sudah mengeras.

4.    Pengendalian nabati, dengan menggunakan insektisida nabati yang terbuat dari bahan alami tumbuhan seperti daun nimba, sirih hutan, daun ramayana, tembakau dan babadotan.  

5.    Pengendalian kimia dengan bahan aktif landane dan endosulfan.  Pengendalian kimia dilakukan bilamana serangan hama sudah melampaui batas ambang ekonomi yang artinya serangan sudah tinggi.  Selama serangan belum melampaui batas ambang ekonomi maka pengendalian kimia harus dihindari, hal ini untuk mengurangi efek negatif bagi lingkungan.

 

Sumber:

https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/info-literasi/strategi-canggih-atasi-serangan- penggerek-buah-kopi

Rasiska, S., parieksit, Sudarjat, Gunawan, B dan Setiawan, I. 2024. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi dengan Menggunakan Perangkap Berantraktan secara Partisipatoris di Kabupaten Bandung. Jurnal Pengabdian Agrokompleks Universitas Padjajaran. Bandung.