Oleh: Rosma Susiwaty Situmeang, S.P/POPT Kec. Banjar
Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferrari) menjadi hama utama
dalam berbudidaya tanaman kopi. Hama ini tidak hanya dapat menyebabkan
kerusakan secara morfologis terhadap buah kopi dengan tingkat kerusakan antara
40-60 persen, bahkan bisa menyebabkan kegagalan panen karena dapat merusak
hingga 100 persen apabila tidak dilakukan pengendalian.
Secara morfologis, penggerek
buah kopi (PBKo) mempunyai badan berbentuk bulat dengan kepala berbentuk
segitiga yang ditutupi oleh bulu-bulu. Imago PBKo betina berukuran panjang
1,4-1,8 mm, berwarna hitam, dan mempunyai sayap lengkap sehingga dapat terbang
meskipun terbatas. Berbeda dengan imago PBKo betina, imago PBKo jantan
mempunyai panjang 1,2-1,6 mm, berwarna hitam kecokelatan, tidak mempunyai sayap
yang lengkap sehingga tidak dapat terbang dan hanya berada di dalam lubang
gerekan. Siklus hidup PBKo dimulai dari fase telur, larva, pupa, kemudian
imago. Siklus ini memerlukan waktu selama 25-35 hari. Selama hidupnya, setiap
induk PBKo dapat bertelur sebanyak 74 butir.
PBKo betina akan menginfestasi
buah kopi yang bijinya telah mengeras, namun buah muda yang endospermanya belum
mengeras pun, PBKo betina tetap menggerek dan tinggal di dalamnya sampai
endosperma buah tersebut mengeras. Hal tersebut menyebabkan buah muda kopi
berguguran sebelum masak. Pada buah tua yang terserang, bijinya akan berlubang
yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat dan kualitas biji kopi.
Pengendalian terpadu hama
penggerek buah kopi dapat dilakukan dengan beberapa teknik pengendalian, antara
lain:
1.
Pengendalian
mekanik, dapat dilakukan pada saat panen dengan memetik/memanen buah secara maksimal
tanpa ada yang tertinggal di tanaman serta mengumpulkan buah yang jatuh.
Sedangkan apabila belum saatnya panen maka dapat dilakukan dengan memetik
buah yang terserang hama kemudian buah dijemur dibawah matahari sampai telur,
larva, pupa maupun imago mati.
2.
Pengendalian
teknis, dapat dilakukan dengan pemupukan berkala sesuai dosis anjuran,
pemangkasan penaung dan tanaman secara berkala untuk mengurangi kelembaban
serta pengendalian gulma. Tanaman yang diberi pupuk dengan pupuk organik
lebih tahan terhadap hama penggerek buah kopi dibandingkan yang diberi pupuk
NPK.
3.
Pengendalian
biologi, dapat dilakukan dengan menggunakan parasitoid Prorops nasuta yang dapat menyerang
telur, larva dan pupa; Cephalonomia stepanoderis yang menyerang larva dan pupa; Phymastichus coffea yang menyerang imago dan
predator Karnyothrips flavipes
memangsa telur dan larva hampei. Selain penggunaan parasitoid dan
predator, pengendalian biologi dapat dilakukan dengan penggunaan jamur patogen
(entomopatogen) seperti Beauveria bassiana dan Clonostachys rosea. Penggunaan jamur patogen
(entomopatogen) Beauveria bassiana sangat mudah yaitu dengan cara memetik
buah masak pertama yang terserang, dikumpulkan, dicampur dengan jamur B.
bassiana, dan dibiarkan selama satu malam, kumbangnya akan keluar dan dilepas
sehingga dapat menularkan B. Bassiana kepada pasangannya di kebun.
Pemakaian B. Bassiana dilakukan pada saat kulit tanduk buah sudah
mengeras.
4.
Pengendalian
nabati, dengan menggunakan insektisida nabati yang terbuat dari bahan alami
tumbuhan seperti daun nimba, sirih hutan, daun ramayana, tembakau dan
babadotan.
5.
Pengendalian
kimia dengan bahan aktif landane dan endosulfan. Pengendalian kimia
dilakukan bilamana serangan hama sudah melampaui batas ambang ekonomi yang
artinya serangan sudah tinggi. Selama serangan belum melampaui batas
ambang ekonomi maka pengendalian kimia harus dihindari, hal ini untuk
mengurangi efek negatif bagi lingkungan.
Sumber:
Rasiska, S., parieksit, Sudarjat, Gunawan, B dan
Setiawan, I. 2024. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi dengan Menggunakan Perangkap
Berantraktan secara Partisipatoris di Kabupaten Bandung. Jurnal Pengabdian
Agrokompleks Universitas Padjajaran. Bandung.