(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI MICESSLA (Mimba, Cengkeh, Serai Wangi, Lengkuas) SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALIAN YANG MURAH DAN MUDAH

Admin distan | 20 November 2024 | 6 kali

Oleh : I Wayan Sudiarta, S.P. 

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Busungbiu


Pestisida Nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya adalah tumbuhan, mudah dibuat dengan bahan dan teknologi yang sederhana. Bahan bakunya yang alami/nabati membuat pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Pestisida ini juga relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), saat diaplikasikan,  akan  membunuh  hama saat itu juga dan setelah hamanya mati, residunya akan hilang di alam. Dengan demikian produk terbebas dari residu pestisida  sehingga aman dikonsumsi manusia. Pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian hama yang aman dibanding pestisida sintetis. Penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda, selain menghasilkan produk yang aman, lingkungan juga tidak tercemar.



MICESSLA merupakan pestisida nabati yang terbuat dari tanaman obat yaitu Mimba, Cengkeh, Sirih, Serai Wangi dan Lengkuas. Petisida nabati MICESSLA ini berfungsi sebagai pestisida pengendali hama pada berbagai macam tanaman yang tidak hanya spesifik untuk satu tanaman saja. Hal ini dikarenakan kandungan yang terdapat dalam pestisida nabati MICESSLA ini sangat komplit dimana mencangkup berbagai macam pestisida yaitu Insektisida, Herbisida, Nematisida, Fungisida, dan Rodentisida.



            Formulasi pestisida nabati Micessla merupakan hasil kajian dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan. Bahan-bahan pembuatan pestisida nabati banyak dijumpai di lingkungan sekitar.

 

ALAT DAN BAHAN

 

·         200 gram daun mimba

·         200 gram cengkeh

·         200 gram  sereh

·         200 gram  daun sirih

·         200 gram  laos/lengkuas

·         5 liter air matang

·         blender/alat tumbuk

·         wadah tertutup

 

 

CARA MEMBUAT

 

·         Semua Bahan Dihaluskan ( Bisa Diblender Atau Ditumbuk ).

·         Setelah Bahan Tercampur,Baru Dicampur Dengan Air.

·         Kemudian Disimpan  Diwadah Tertutup Selama 12 – 24 Jam

·         MICESSLA siap diaplikasi

·         Tanaman Umur 7 Hst

·         Penyemprotan  2 Minggu Sekali

·         1 Tangki  ( 14 Liter ),Diberi 200 Ml Micessla

 

 

MANFAAT MICESSLA :

 

Beberapa kelebihan yang didapat ketika melakukan pengendalain hama menggunakan pestisida nabati.

 

·         Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan)

·         Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis/kimiawi.

·         Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang

·         Memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian

·         Memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif

·         Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman

·         Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumberdaya yang ada di sekitar dan bisa dibuat sendiri.

·         Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati

·         Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga

·         Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia



 

Sumber Refrensi

Bina, G. (2015). Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara alami. Jakarta: Pustaka Alam Nusantara.

 

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, 2022, Kajiann Micessla sebagai pestisda nabati.

Handayani, T. S., & Widodo, P. (2017). Pemanfaatan ekstrak tumbuhan sebagai pestisida nabati pada tanaman hortikultura. Jurnal Agribisnis dan Pengelolaan Lingkungan, 10(2), 45-55.