(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Lampu Perangkap Serangga: Teknologi Sederhana untuk Deteksi Dini Hama di Sawah

Admin distan | 13 Juni 2025 | 357 kali


 

Oleh : I Gede Sila Adnyana, S.P.

( POPT Ahli Pertama di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukasada )


Serangan hama merupakan ancaman serius bagi produktivitas sawah. Jika tidak dideteksi sejak dini, hama seperti wereng, penggerek batang, atau ulat grayak dapat menyebabkan kerusakan parah pada tanaman padi. Salah satu solusi praktis dan ramah lingkungan untuk memantau keberadaan hama adalah dengan menggunakan lampu perangkap serangga. Alat ini tidak hanya membantu mengendalikan populasi serangga, tetapi juga berfungsi sebagai detektor dini yang memungkinkan petani mengambil tindakan cepat sebelum hama menyebar luas.

Cara Kerja Lampu Perangkap Serangga

Lampu perangkap serangga bekerja dengan prinsip menarik perhatian serangga menggunakan cahaya, terutama dari spektrum ultraviolet (UV) atau kuning. Ketika dinyalakan pada malam hari, lampu ini akan menarik serangga yang aktif dalam kondisi gelap. Serangga yang mendekat akan terperangkap di dalam wadah khusus yang telah disiapkan di sekitar sumber cahaya. Dengan memeriksa serangga yang tertangkap, petani bisa mengetahui jenis dan jumlah hama yang sedang mendominasi di area sawah.

Manfaat sebagai Sistem Deteksi Dini

Salah satu keunggulan utama lampu perangkap adalah kemampuannya dalam memberikan peringatan dini terhadap potensi serangan hama. Misalnya, jika dalam beberapa hari berturut-turut ditemukan banyak wereng coklat di dalam perangkap, maka itu menjadi sinyal kuat bahwa populasi hama sedang meningkat. Petani pun dapat segera melakukan tindakan pencegahan seperti pengamatan intensif atau penyemprotan selektif sebelum hama menyerang tanaman secara masif.

Mengurangi Penggunaan Pestisida Secara Berlebihan

Dengan data yang diperoleh dari hasil tangkapan lampu perangkap, petani tidak perlu lagi mengandalkan penyemprotan pestisida secara rutin. Penyemprotan dapat dilakukan secara terukur, hanya saat populasi hama sudah mencapai ambang batas tertentu. Hal ini tidak hanya menghemat biaya operasional, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem di sawah dan mencegah pencemaran lingkungan akibat residu pestisida.

Lampu perangkap serangga juga mendukung konsep pertanian presisi, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan data lapangan yang nyata. Sebagai contoh, jika jumlah ngengat penggerek batang meningkat, petani bisa fokus mencari keberadaan telur atau larva pada tanaman padi sebelum fase serangan terjadi. Dengan pendekatan berbasis data ini, pengendalian hama bisa dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

Berbeda dari pestisida yang bisa mencemari air, tanah, dan organisme lain, lampu perangkap tidak meninggalkan residu berbahaya. Alat ini juga dapat digunakan bersamaan dengan metode pengendalian alami lainnya, seperti penanaman tanaman refugia atau pelestarian musuh alami hama, untuk membangun sistem perlindungan yang berkelanjutan dan menyeluruh di area pertanian.

Agar lampu perangkap bekerja dengan optimal, petani perlu memperhatikan cara penggunaannya. Lampu sebaiknya dipasang di lokasi strategis, seperti di pinggir sawah atau dekat area yang rawan serangan hama. Nyalakan lampu sejak waktu senja hingga pagi hari, saat serangga hama paling aktif. Lakukan pemeriksaan rutin setiap pagi dan catat hasil tangkapan untuk memantau populasi hama secara berkala.

Meskipun banyak manfaatnya, lampu perangkap juga memiliki beberapa keterbatasan. Salah satunya adalah ketergantungan pada listrik, yang bisa menjadi masalah di daerah terpencil. Untuk mengatasi hal ini, petani dapat menggunakan lampu yang bertenaga surya. Selain itu, cahaya dari lampu kadang menarik serangga non-target seperti lebah. Oleh karena itu, penting untuk memilih spektrum cahaya yang lebih selektif agar tidak mengganggu serangga yang menguntungkan bagi tanaman.

Dengan segala manfaat yang ditawarkan, lampu perangkap serangga menjadi langkah nyata menuju pertanian yang lebih bijak dan berkelanjutan. Bukan hanya soal efisiensi dan kemudahan, tapi juga tentang kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan pertanian itu sendiri. Ketika petani mulai beralih ke solusi seperti ini, mereka turut membangun sistem pertanian yang lebih sehat, aman, dan bertanggung jawab. Kini saatnya berinovasi—bukan hanya demi hasil panen yang lebih baik, tetapi juga demi bumi yang tetap lestari.           

 

Daftar Pustaka :

Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian RI. (2020). Panduan pengendalian hama terpadu (PHT) pada tanaman padi. http://www.litbang.pertanian.go.id/publikasi/

Sastrosiswojo, S. (1996). Pengendalian hama terpadu pada tanaman padi.