Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis dengan potensi besar, baik di pasar lokal maupun internasional. Sebagai minuman yang digemari di seluruh dunia, kopi tidak hanya menjadi sumber pendapatan utama bagi jutaan petani, tetapi juga berkontribusi terhadap perekonomian daerah hingga nasional. Namun, di balik peluang besar ini, terdapat tantangan serius, terutama dari serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama maupun penyakit tanaman.
Penggerek buah kopi atau biasa disebut PBKo (Hypothenemus hampei) menjadi salah satu hama utama pada tanaman kopi. Kehilangan hasil akibat serangan hama ini berkisar antara 20% hingga 80%, tergantung tingkat serangan dan metode pengendalian yang dilakukan. Kerugian akibat serangan hama PBKo tidak hanya mengurangi jumlah hasil panen, tetapi juga menurunkan kualitas biji kopi sehingga berdampak pada harga jual.
Hama PBKo merupakan serangga kecil berwarna cokelat gelap hingga hitam, dengan ukuran tubuh sekitar 1-2 mm. Serangga betina bertelur di dalam biji kopi, dan larva yang menetas akan memakan bagian dalam biji. Satu betina dapat menghasilkan hingga 60 telur selama hidupnya. Siklus hidupnya berlangsung sekitar 24-45 hari, tergantung pada suhu dan kelembapan. Hama ini sangat aktif pada suhu 25-30°C, kondisi yang ideal untuk perkembangbiakan hama tersebut. Serangan biasanya terjadi pada musim panen atau menjelang panen, ketika buah kopi mulai matang.
Serangan hama PBKo ditandai dengan adanya lubang kecil di permukaan biji kopi. Serangan pada biji mengakibatkan perubahan warna biji menjadi kuning hingga cokelat kehitaman serta biji menjadi rapuh dan mudah hancur. Selain itu, akan terjadi penurunan kualitas rasa kopi akibat kerusakan biji sehingga tidak layak jual. Hama ini menyerang buah kopi yang hampir matang, terutama pada tahap akhir perkembangan buah.
Upaya pengendalian hama PBKo dapat dilakukan secara terpadu dengan beberapa pendekatan seperti:
1. Hindari buah kopi terlalu lama berada di pohon untuk mengurangi risiko serangan, jika memungkinkan panen satu minggu sekali dan secara serempak.
2. Mengumpulkan dan memusnahkan buah kopi yang jatuh atau tersisa setelah panen untuk memutus siklus hidup hama (racutan/rampasan/lelesan).
3. Menggunakan musuh alami seperti parasitoid Cephalonomia stephanoderis atau jamur entomopatogen Beauveria bassiana secara rutin untuk mengurangi populasi hama secara alami.
4. Penggunaan perangkap senyawa penarik (atraktan) yang efektif untuk menarik hama dewasa dan memantau tingkat serangan di kebun.
Hama PBKo adalah ancaman serius bagi produksi kopi. Dengan memahami bioekologi, gejala serangan, dan metode pengendalian, maka dapat meminimalkan kerugian akibat serangan hama ini. Dengan pengelolaan yang baik, hasil panen kopi dapat terjaga kualitas dan kuantitasnya.